20

810 94 4
                                    

"Sudah siap audisinya?", tanya Seulgi pada Jaeyong yang tampak gugup. Seulgi menangkup pipi pemuda yang lebih tinggi dari dirinya itu. Sang pemilik pipi hanya menghela nafas berat. Ingat, ia audisi hanya untuk mengadu nasib saja, bukan sepenuhnya mempertaruhkan hidupnya sebagai idola. Hanya tersenyum sebagai jawaban pertanyaan Seulgi, wajah itu tampak terbebani. Sang gadis mengusap surai hitam itu lembut berniat menguatkan tekadnya.

"Kau harus yakin. Kau tahu tidak sewaktu audisi, Wendy mengerahkan segala kemampuannya. Ia melakukan semuanya dengan baik", ucap Seulgi.

"Ne", jawab Jaeyong.

"Igeon, penyemangat", Seulgi melepaskan gelang dengan emoticon smile dari tangannya dan mengaitkannya di pergelangan tangan kiri Jaeyong. Keduanya tersenyum. Seulgi menggandeng tangan anak itu membawanya menuju taxi yang ia pesan.

Tak butuh waktu lama untuk sampai ke tujuan. Keduanya membaca papan nama gedung agensi itu. Seulgi merasa aneh karena baru pertama kali pergi ke sana. Sementara Jaeyong sama sekali tidak paham isi dari agensi itu apa.

"Kajja", ajak Seulgi.

Setelah menemui resepsionis dengan menyerahkan kartu nama, keduanya diizinkan masuk dan langsung menemui Bang Pd. Namun, keberuntungan tidak memihak. Ruangan tampak tertutup rapat. Sepertinya Bang Pd sedang sibuk. Yang dapat mereka lakukan hanyalah menunggu sembari duduk di kursi panjang depan ruang CEO itu sampai waktu habis kesabaran mereka. Sekitar dua jam mereka hanya duduk, bahkan kini Seulgi sudah tertidur dengan posisi terduduk. Sebuah tangan terulur menangkup wajah Seulgi tatkala gadis itu hampir terantuk lantai ketika tak sadar tertidur lelap. Sontak, pemilik marga Kang itu terbangun dengan keadaan linglung. Membertulkan tatanan rambutnya dan bersiap menyapa orang yang menolongnya itu.

"Eo sunbaenim", Seulgi membungkuk tanda hormat.

"Annyeong", balasnya.

"Ada apa? Mengapa di sini?", tanyanya.

"Geu... mengantarkan audisi", jawab Seulgi.

"Nugu?"

"Jae....yong, kemana bocah itu?", Seulgi celingukan mencari Jaeyong namun batang hidungnya tak kunjung nampak.

"Jin hyung!", panggil seseorang membuat kedua insan berbeda jenis itu menengok ke sumber suara. Lelaki dengan celana jeans dan hoodie hitam yang membuatnya tampak lebih tampan dan santai. Seulgi terdiam memikirkan apa yang ada di pikiran lelaki itu. Pria itu mendekati mereka, menepuk pundak Jin dan mengganti pandangannya kepada gadis mungil di hadapannya. Dengan tatapan yang membuat Seulgi salah tingkah sendiri, pria itu mengalihkan atensinya kembali kepada Jin.

"Hyung, kau dipanggil Namjoon hyung", katanya.

"Jimin-ah, temani Seulgi-ssi dulu. Kurasa ia sedang ada keperluan dengan Bang Pd", ucap Jin. Huft untung saja, Jin memberitahu Jimin sehingga pria itu tidak mungkin alan berpikiran macam-macam. Kini hanya tersisa ia dan Jimin. Duduk di kursi dengan jarak setengah meter, berjauhan. Jimin tidak seagresif malam itu hingga Seulgi berpikir ia sungguh hanya pelampiasan sesaat. Kang Seulgi, memang seharusnya sejak awal kau tidak boleh menganggap perkataan lelaki brengsek ini adalah suatu ketulusan. Mengedarka pandangannya ke segala arah untuk menutupi rasa gugupnya, sial kenapa ia malah gugup. Jimin yang menyadari tingkah tidak nyaman Seulgi, membuka suara, "kau ada apa ke sini?", tanyanya.

"Bukankah Jin sunbae sudah memberitahukan", jawabnya ketus.

"Dalam rangka apa?"

"Mengantarkan audisi", jawabnya singkat.

"Geurae, tunggu lima jam lagi", kata Jimin santai lalu meletakka tangannya pada sandaran kursi sebagai bantal.

"Dan aku hanya mempunyai waktu paling lama 30 menit untuk duduk yang sia-sia ini", lanjutnya. Seulgi sontak menatapnya.

Winter Bear | Jimin X SeulgiWhere stories live. Discover now