Part 41

4.6K 1K 217
                                    

"Ayo kita nyusul yang lain, Woo."

"Masih ada yang belum lo jelasin," sela Jeongwoo, mencegah Haruto untuk membunuhnya.

Haruto mengernyit. "Apa?"

"Kenapa lo lakuin ini semua?"

Haruto terdiam sejenak, lalu menurunkan pistolnya, membuat Jeongwoo merasa sedikit tenang karna kematiannya kembali diundur.

"Lo beneran pengen tau?"

"Iya. Gue pengen tau, apa salah kita semua sampe lo ngelakuin hal gila kayak gini?"

"Sebenernya kalian nggak ada salah apa-apa."

"Terus kenapa lo ngelakuin ini?"

"Karna kalian bikin gue iri."

"Iri?" Jeongwoo nampak bingung. "Iri kenapa?"

"Kalian sering cerita tentang masa kecil kalian, ngabisin waktu bareng orangtua dan diajak pergi ke taman hiburan pas liburan. Bahkan beberapa dari kalian bilang, orangtua kalian tetep nanyain kabar meskipun sibuk." Haruto terdiam sejenak, merasa ada perasaan aneh yang mulai menyebar dalam dada. "Sedangkan gue, sama sekali nggak pernah cerita tentang hal kayak gitu."

Jeongwoo termenung, mengingat berbagai memori masa lalu, kemudian menyadari suatu hal.

Selama ini, setiap mereka berdua belas berkumpul dan bercerita tentang hal indah yang pernah dilalui bersama keluarga, Asahi adalah yang paling jarang membuka suara. Sedangkan Haruto tak pernah mengatakan apa-apa.

"Kenapa lo nggak pernah cerita?"

"Karna gue nggak pernah ngerasain apa yang kalian ceritain."

Tidak pernah merasakan? Apa mungkin Haruto kekurangan kasih sayang dari keluarganya?

"Lo mau tau sesuatu?"

Jeongwoo tersadar dari lamunan, lalu kembali fokus pada Haruto, menunggu kalimat yang akan ia katakan.

"Gue anak panti asuhan yang diangkat sama keluarga Watanabe, karna mama nggak bisa punya anak." Haruto terdiam sejenak ketika melihat Jeongwoo nampak terkejut, lalu kembali melanjutkan. "Dan mereka adopsi gue, bukan karna pengen mencurahkan kasih sayang sebagai orangtua. Tapi untuk jadiin gue sebagai investasi masa depan."

Jeongwoo membeku di tempat, tak tahu harus mengatakan apa karna sebuah fakta baru yang terkuak kembali membuatnya terkejut.

Jadi, Haruto bukan anak kandung keluarga Watanabe? Jeongwoo sama sekali tak tahu tentang itu.

"Mereka selalu nuntut gue buat jadi anak berprestasi, supaya bisa jadi penerus perusahaan yang udah mereka bangun bertahun-tahun. Padahal gue sama sekali nggak tertarik, karna gue lebih suka bidang musik." Haruto kembali bercerita, membuat Jeongwoo mendengarkan dengan saksama. "Tapi mereka nggak peduli. Mereka bilang, gue harusnya bersyukur karna udah diangkat anak sama keluarga ini. Jadi gue harus bales jasa mereka dengan jadi apa yang mereka mau."

Haruto menggenggam pistol di tangannya dengan erat, rahangnya mengeras, menandakan emosinya mulai naik karna mengingat memori menyakitkan dalam hidupnya.

"Kalo Junghwan pengen mati, gue justru nggak pengen lahir." Suara Haruto bergetar kala mengatakan itu. "Buat apa lahir kalo nggak diinginkan sama orang yang ngelahirin lo sendiri?"

"Haruto." Jeongwoo terdiam sejenak, berusaha meyakinkan diri untuk melanjutkan. "Kenapa lo nggak pernah cerita sama gue?"

"Buat apa gue cerita?"

"Kalo lo cerita, gue mungkin bisa bantu."

"Lo mau bantu gue buat ngelakuin semua ini?"

"Bukan itu, tapi soal masalah lo," bantah Jeongwoo. "Kalo lo cerita, gue mungkin bisa bantu."

Secret | Treasure ✓Where stories live. Discover now