Part 13

4K 1.1K 97
                                    

Haruto dan Jeongwoo sampai di sekolah lebih awal dari biasanya karna ingin sarapan lebih dulu di kantin. Sebenarnya mereka jarang sarapan, tapi karna Haruto rindu dengan mie ayam kantin, ia memutuskan untuk sarapan hari ini dan tentu mengajak Jeongwoo untuk ikut.

"Woo," panggil Haruto, membuat Jeongwoo yang sedang fokus pada layar ponselnya menoleh dengan tatapan penuh tanya. "Lo masih belum mau ngasih tau gue barang apa yang lo beli di kantin kemarin?"

Mendengar itu, Jeongwoo teringat dengan sesuatu yang ia beli di kantin ketika jam pulang sekolah kemarin. Tangannya lantas masuk ke dalam saku celana, seolah mencari sesuatu. Tapi kemudian ia ingat, ia tak memakai celana yang sama dengan celana kemarin.

"Gue beli biskuit," jawab Jeongwoo kemudian.

"Biskuit doang?"

"Iya."

"Terus kenapa lo bilang gue bakal bangga sama lo?" Haruto nampak kebingungan. "Lo pikir beli biskuit itu udah kayak nyelamatin suatu negara apa gimana?"

"Gue belum selesai ngomong, dengerin dulu jangan langsung motong," protes Jeongwoo, kesal karna Haruto lebih dulu menarik kesimpulan dari ucapannya yang belum lengkap.

"Makanya ngomong tuh langsung sampe selesai, jangan nanggung. Gue mana tau lo mau ngomong apa aja." Haruto balas protes, tak terima karna disalahkan. "Cepet lanjut."

Jeongwoo mendengus kesal, tapi tetap melanjutkan ceritanya agar Haruto tak terus penasaran.

"Gue beli biskuit itu buat kucing liar di komplek."

"Serius? Kesambet apaan lo?" Haruto nampak tak percaya. "Perasaan kucing liar di komplek udah lama ada, tapi kenapa baru sekarang lo beliin makanan?"

"Dua hari yang lalu, pas gue nungguin lo siap-siap buat balapan ke sekolah, gue ngeliat ada kucing lagi ngorek sampah." Jeongwoo memulai cerita, sambil mengingat apa yang terjadi antara dirinya dan kucing liar di depan rumah Haruto waktu itu. "Gue mikirnya dia laper pas itu, gue pengen kasih makan, tapi gue nggak bawa apa-apa. Jadi gue bilang ke kucing itu bakal kasih dia makan kalo ketemu lagi, dan gue beli biskuit itu kemarin, dengan harapan bakal ketemu dia."

"Tapi nggak ketemu, ya?" tebak Haruto. "Lagian kucing liar di komplek tuh banyak, Woo. Pasti susah nemu kucing yang lo maksud itu."

"Gue ketemu sama kucing itu, To." Jeongwoo membantah pemikiran Haruto.

"Serius?" Haruto ingin memastikan, dan Jeongwoo mengangguk sebagai jawaban. "Bagus dong kalo gitu."

"Tapi, gue ketemu dia dalam keadaan mati."

Haruto membeku, tangannya yang sibuk mengaduk mie ayam mendadak berhenti ketika mendengar ucapan Jeongwoo. Untung saja suapan terakhir yang masuk ke dalam mulutnya telah tertelan, jika tidak, ia pasti tersedak sekarang.

"Kucing itu udah mati?" tanya Haruto setelah diam selama beberapa saat.

Jeongwoo mengangguk, membuat pikiran Haruto melayang pada kejadian semalam.

"Kucing yang lo maksud itu, kucing yang kemarin kita temuin di jalan?"

Jeongwoo kembali mengangguk. "Iya, bangkai kucing yang nggak sengaja gue injek kemarin itu, bangkai dari kucing yang gue maksud."

"Lo yakin itu kucing yang lo cari?" Haruto berusaha memastikan karna tak percaya.

"Iya, corak di badannya warna oren."

"Kucing kayak gitu banyak, Woo. Mungkin cuma mirip."

"Tapi gue ngerasa itu emang kucing yang gue cari, To. Persis."

Secret | Treasure ✓Where stories live. Discover now