Part 18

3.8K 1K 87
                                    

Pada malam hari, Jeongwoo datang ke rumah Haruto untuk bermain karna bosan di rumah. Awalnya ia mengajak Junghwan untuk ikut, namun lelaki itu menolak dengan alasan harus belajar.

Junghwan memang tak memiliki ujian di hari esok, tapi ia memang seperti itu, selalu belajar setiap hari, mengulangi berbagai materi agar benar-benar mengerti.

"Haruto," panggil Jeongwoo, membuat Haruto yang sedang fokus menonton film di layar televisi mengalihkan atensi. "Lo takut nggak sih?"

Haruto mengernyit. "Takut apa?"

"Takut sama keadaan dan apa yang bakal terjadi ke depannya."

"Hah?" Haruto nampak kebingungan. "Lo lagi galau karna mikirin masa depan, Woo?"

"Gue mikirin hidup gue, To."

"Kenapa? Ada masalah?" Haruto nampak sedikit khawatir. "Coba cerita, jangan dipendem sendiri. Siapa tau gue bisa bantu."

"Pembunuh yang ada di antara kita, bikin gue takut."

Haruto tertegun, kaget karna Jeongwoo membahas tentang hal itu. "Kenapa?"

"Gue takut dibunuh."

"Kan lo nggak ada masalah sama siapapun, jadi tenang aja, lo nggak bakal dibunuh."

"Bang Mashiho, Bang Doyoung, sama Bang Junkyu juga nggak ada masalah sama siapa-siapa, kan? Di antara kita nggak pernah ada masalah. Tapi kenapa mereka dibunuh?"

Haruto terdiam, tak tahu harus menjawab apa.

"Gue pikir Bang Mashiho dibunuh karna dendam pribadi. Tapi abis itu Bang Doyoung juga dibunuh, bikin gue mulai ragu sama pemikiran sendiri." Jeongwoo mulai bercerita, dan Haruto mendengarkan dengan saksama. "Terus sekarang, Bang Junkyu juga dibunuh. Dugaan gue jadi berubah."

"Berubah jadi apa?"

"Gue rasa pembunuhnya nggak ngincer orang tertentu, tapi semuanya."

"Maksudnya?"

"Pembunuh itu pengen ngebunuh kita semua."

Haruto terdiam sejenak, lalu kembali melanjutkan. "Kenapa lo mikir gitu?"

"Karna satu-persatu dari kita mulai dibunuh, kan?"

"Jadi lo mikir, setelah Bang Junkyu, bakal ada korban lain?"

Jeongwoo mengangguk pelan. "Iya."

Haruto menghela napas sambil mengacak rambutnya pelan, nampak pusing dengan situasi yang terjadi.

"Gue nggak tau apa yang bakal terjadi ke depannya, entah tebakan lo bener atau enggak. Kita berdoa aja." Haruto nampak pasrah dengan keadaan. "Yang penting, kita saling jaga, Woo."

"Emang lo bisa dipercaya?"

Haruto nampak terkejut, namun beberapa detik kemudian ekspresi wajahnya kembali normal, seolah tak terjadi apa-apa.

"Terserah lo mau percaya sama gue atau enggak."

Jeongwoo tertawa pelan, merasa lucu melihat Haruto memasang wajah sedih yang terkesan dibuat-buat.

"Bercanda, bego." Jeongwoo menjewer kuping Haruto pelan, membuat lelaki itu menatap tajam. Tapi Jeongwoo hanya tersenyum tanpa merasa bersalah. "Gue percaya sama lo."

Mendengar itu, Haruto tersenyum tipis.

••••

Untuk sarapannya pagi ini, Asahi memilih bubur ayam depan komplek sebagai menu dan mengajak Jaehyuk untuk menemani. Sarapan seorang diri sepertinya tak menyenangkan.

Secret | Treasure ✓Where stories live. Discover now