Part 24

3.6K 1K 242
                                    

Jeongwoo memukul dinding di hadapannya, melampiaskan sedih dan amarah yang berkecamuk dalam dada. Sedih dan marah adalah perpaduan sempurna untuk membuat seseorang kacau, dan itu terjadi pada Jeongwoo sekarang.

"Woo, udah." Haruto menarik Jeongwoo mundur, menjauhkannya dari dinding. "Sabar."

"Gue udah cukup sabar setelah kehilangan Bang Mashiho, Bang Doyoung, sama Bang Junkyu. Dan sekarang Junghwan, lo pikir gue masih bisa sabar?"

Junghwan adalah satu-satunya teman termuda yang Jeongwoo punya, dan satu-satunya teman yang ia anggap seperti adik sendiri. Jeongwoo mungkin dipandang sebagai remaja yang nakal, susah diatur, dan jahil. Tapi jika di hadapan Junghwan, ia akan menjelma menjadi saudara laki-laki terbaik yang pernah ada.

Bagi Jeongwoo, Junghwan bukan hanya teman yang harus disayang, tapi juga adik kecil yang harus dijaga. Namun, ia gagal.

"Tapi dengan lo kayak gini nggak bakal bikin Junghwan hidup lagi." Haruto memandang engsel jari Jeongwoo yang memerah karna memukul dinding sebanyak tiga kali. "Lo justru nyakitin diri sendiri."

Jeongwoo terdiam, lalu melangkah menuju sofa ruang tamu dan duduk di sana. Ia menunduk, menatap kedua kakinya yang menapak lantai.

"Jadi gue harus gimana?" tanya Jeongwoo ketika Haruto baru duduk di sebelahnya.

"Cari pelakunya."

"Gimana caranya?" Jeongwoo mengacak rambutnya frustasi. "Udah ada empat korban, tapi nggak ada petunjuk yang jelas, semua masih dugaan yang nggak pasti."

"Tapi cuma itu yang bisa kita lakuin."

Jeongwoo menghela napas berat, kepalanya mendadak pusing hebat.

"Sampe kapan kita kayak gini? Gimana kalo nanti ada korban lagi?"

"Kita berdoa buat yang terbaik aja, Woo."

••••

"Jadi Jeongwoo gimana, Bang?" tanya Asahi pada sosok Yoshi yang sedang sibuk dengan ponselnya, bertukar pesan dengan Haruto.

"Katanya udah nggak papa," jawab Yoshi yang seketika membuat semua orang bernapas lega.

Semua orang masih ada di rumah Hyunsuk. Kecuali Jeongwoo yang pulang lebih dulu karna sudah tak sanggup melanjutkan diskusi, dan Haruto yang mengikuti karna takut pemuda itu melakukan hal di luar kendali saat sedang emosi.

"Jeongwoo pasti sedih banget, ya?" Raut Yedam nampak sedih sekaligus kasihan.

"Pasti," jawab Jihoon. "Karna Junghwan itu satu-satunya temen yang dia anggap kayak adik sendiri."

Jihoon tahu, Jeongwoo yang paling terpuruk atas kematian Junghwan dibanding yang lain. Karna ia adalah orang pertama yang mengenal Junghwan sekaligus membawa bocah itu untuk mengenal yang lainnya.

Dan Jihoon paham mengenai kesedihan Jeongwoo, karna Jihoon juga merasakan hal serupa saat kehilangan Junkyu. Bahkan hingga sekarang, rasa sedih itu masih ada, hanya saja tak lagi terlihat karna berusaha Jihoon tutupi sehingga tak menimbulkan kekhawatiran bagi yang lain.

"Gue masih nggak percaya kalo Junghwan beneran dibunuh, apalagi sama salah satu di antara kita." Jaehyuk angkat suara, membuatnya jadi pusat perhatian. "Junghwan itu adik kita, kita semua sayang sama dia. Jadi siapa coba yang tega ngebunuh anak itu?"

"Mungkin lo," jawab Hyunsuk yang membuat Jaehyuk menoleh dengan tatapan tak suka.

"Maksud lo apa, Bang?"

Secret | Treasure ✓Kde žijí příběhy. Začni objevovat