Eps.46 - Fake Boy

Mulai dari awal
                                    

"Oh tentu. Tentu aja gue bohong buat mencintai lo selama ini. Hahahaha."

Kenyataan itu benar-benar memporakporandakan tembok hatiku. Sungguh, aku tidak berlebihan karena ini teramat sangat sakit. Orion hanya akting selama ini. Sikap manisnya hanya fiktif belaka untuk meluluhkan hatiku. Senyum indahnya terpasang sebagai topeng untuk menjerat jiwaku. Hingga akhirnya aku terpikat dan takluk di bawah pesonanya, tak memikirkan motif buruk yang disembunyikan olehnya. Apakah ini yang dimaksud oleh Arraja waktu itu bahwa aku harus berhati-hati dengan Orion?

"Lo ngedeketin gue, berpacaran sama gue, tanpa ada rasa hati. Lo pernah nolongin gue...." Seandainya tanganku tidak diikat, rasanya aku ingin menampar pipi Orion sekarang juga. Namun sepertinya tenagaku sangat lemah. "... gue pikir semua itu tulus."

"Sekarang lo sadar kan lo itu cuma cewek bodoh yang gampang dimanfaatkan?" Orion kembali menyeringai.

"Lo jahat, Yon, gue nggak nyangka lo tega ngelakuin semua ini. Terus sekarang mau apa dari diri gue? Lo mau minta tebusan uang dari bokap gue? Iya?" Mataku yang berair berani menatap Orion tajam. Detik berikutnya tangan Orion terangkat dan segera menampar pipiku dengan keras. Tidak hanya sekali, namun sampai tiga kali tamparan berturut-turut.

"Lo pikir gue semiskin itu? Oke, gue emang kemarin miskin, tapi sekarang gue udah punya duit banyak. Tenang aja, uang-uang lo di tangan gue yang nggak seberapa itu bakal gue balikin."

"Apa maksud lo?"

Belum sempat Orion menjawab, Vegas sudah angkat suara. "Udahlah, Yon, sebaiknya kita lenyapkan aja nih cewek sekarang juga."

Orion mengangguk mantap. "Ya, itu kan rencana kita dari awal. Melenyapkan anak-anak orang tajir."

"Anak kayak lo tuh wajib mati!" desis Mandan dengan seringai khasnya.

"Hahaha enaknya kalau udah mati, kita apakan ya mayatnya?" Vegas mengusap-usap dagunya, pura-pura berpikir keras.

"Kita bedah tubuhnya, terus kita ambil ginjalnya. Terus... kita jual deh. Hahaha." Mandan tergelak kencang, disusul tawa Orion.

"Tapi bro tunggu dulu. Sebelum kita bunuh dia, katanya mau kita pakai dulu?" sahut Zaki. Astaga, jadi kesimpulannya mereka semua akan membunuhku?

"Langsung sikat aja silakan." Orion mengedikkan bahu. Aku berusaha menajamkan konsentrasi untuk berdoa agar tak ada kata pasrah dalam hatiku. Aku berharap ada seseorang yang menolongku dari aksi pembunuhan atau setidaknya tiga cowok itu tidak merusak kehormatanku sebagai wanita.

"Orion... sebenarnya apa yang terjadi sama lo?"

Orion melengos, tak mengindahkan kata-kataku.

"Orion tolong sadar. Gue mohon," pintaku dengan suara serak. Masih berusaha menyadarkan Orion. Mungkin saja cowok itu sedang dicuci otaknya, kan?

"Lo pikir gue kenapa? Hmm?" Orion kembali mendekatkan wajahnya, lalu menarik rambutku dengan kencang. Ya Tuhan, sakit banget.

"Yon, tolong sudahi semua ini." Sembari menahan rasa sakit, aku memejamkan mata rapat.

"Gue akan menyudahi kalau lo udah mati, Ayya!"

"Cukup hentikan!"

Aku membuka mata untuk melihat seseorang yang barusan bersuara. Senyum tipisku merekah begitu mendapati Miko sudah berdiri di undakan tangga terakhir, menatap Orion dan ketiga temannya dengan sorot mata sayu. Diam-diam aku menarik napas lega, meskipun kecil kemungkinan Miko berhasil menolongku.

"Oy, ngapain lo ada di sini?" Orion mendekati Miko, langsung menarik kerah kemeja Miko dan segera diseret, dioper ke tangan Vegas.

"Cowok kayak lo mau ngapain? Bisa apa? Mau jadi jagoan?" Vegas sudah mengunci leher Miko, membuat wajah Miko pucat pasi.

Be My Miracle Love [End] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang