"Bukan gitu maksud gue." Junghwan membantah dengan cepat, berusaha menepis pemikiran temannya itu. "Gue heran aja, ngapain lo ke sini malem-malem?"

"Lo juga, ngapain ke sini malem-malem?" Lelaki itu membalik pertanyaan Junghwan.

"Kok malah balik nanya sih?"

"Lo kebanyakan nanya, giliran ditanya balik nggak mau."

Junghwan mendengus pelan, lalu memilih diam dan kembali menatap ke depan, memandang danau yang tenang. Ia tak lagi berniat untuk bertanya apapun, karna kesal pertanyaannya tak dijawab dan justru dikembalikan padanya.

Meski sebenarnya, Junghwan sangat penasaran kenapa temannya itu datang ke danau di jam seperti ini. Padahal sebelumnya, Junghwan tak pernah bertemu atau melihat sosoknya setiap datang.

"Lo lagi ada masalah, Hwan?"

Junghwan menggeleng pelan. "Enggak, Bang."

"Yakin?" Lelaki itu nampak ragu. "Kalo ada masalah, cerita aja sama gue. Jangan dipendem sendiri, nanti jadi penyakit."

Junghwan terdiam mendengar itu, mendadak ingin menceritakan semua masalah dan kegundahannya saat ini; tentang dirinya yang tertekan karna dituduh sebagai pembunuh, tentang sang ibu yang baru saja marah karna nilai ujiannya tak mendapat nilai sempurna, dan tentang banyak hal lain yang selama ini Junghwan pendam seorang diri.


"Gue nggak papa kok, Bang." Itulah jawaban yang Junghwan pilih pada akhirnya, karna ia tak sanggup untuk menceritakan apa-apa.

Bukan Junghwan tak percaya, ia hanya tidak mau terlihat terluka. Semua orang menganggapnya sebagai anak yang selalu bahagia, dan Junghwan ingin orang-orang terus menganggapnya seperti itu, sedihnya tak perlu ada yang tahu.

Selama ini, yang tahu tentang lukanya hanya Mashiho. Itupun karna Mashiho tak sengaja mendengar orangtua Junghwan memarahi dirinya ketika hendak mengantar makanan.

Lalu setelah Mashiho mati, Junghwan kehilangan satu-satunya tempat untuk bercerita dan kembali menyimpan semua sendiri.

"Lo capek, Hwan?"

"Iya." Junghwan menjawab tanpa sadar, namun sedetik kemudian nampak kaget dengan jawabannya sendiri. "Eh, maksudnya capek apa?"

Lelaki itu tersenyum tipis. "Jangan pura-pura bego, gue tau, lo pasti paham maksud gue."

Junghwan merutuki diri sendiri dalam hati karna telah salah bicara dan mungkin membuat temannya itu mulai tahu jika Junghwan sedang dalam kondisi lelah.

Lelah dalam segala hal, termasuk hidup.

"Kalo capek tuh istirahat."

"Gimana kalo capeknya nggak hilang walau udah istirahat?" tanya Junghwan, entah apa yang ia pikirkan sampai menanyakan hal itu.

"Berarti yang lo butuhin itu bukan istirahat biasa."

"Terus istirahat yang kayak gimana?"

"Istirahat selamanya."

Junghwan tertegun. "Maksud lo?"

"Gue tau lo capek sama semuanya, termasuk hidup. Iya, kan?"

"Tau dari-"

Secret | Treasure ✓Kde žijí příběhy. Začni objevovat