••••

"Asahi."

Asahi menoleh, mengalihkan fokus dari layar televisi ke arah Jaehyuk yang baru saja memanggil.

"Kenapa?"

"Soal Junghwan, menurut lo gimana?"

Asahi mengernyit. "Emang Junghwan kenapa?"

"Kan dia dituduh sebagai pelaku pembunuhan Mashiho."

"Terus?"

Jaehyuk berdecak sebal. "Jangan kayak tukang parkir."

"Terus gue harus jawab apa? Lo aja nggak nanya apa-apa."

"Lo percaya nggak sama dugaan Yedam tentang Junghwan?" tanya Jaehyuk, kali ini dengan jelas agar Asahi dapat mengerti.

"Enggak."

"Kenapa?"

"Gue udah pernah bilang, gue curiga sama Yedam. Jadi mana mungkin gue percaya sama omongannya."

Ah iya, Jaehyuk sempat melupakan fakta bahwa Asahi mencurigai Yedam.

"Tapi, gimana kalo omongan Yedam bener?" Jaehyuk kembali bertanya.

"Berarti bener dong kalo lo pelakunya? Kan Yedam pernah nuduh lo."

"Maksud gue tentang Junghwan," tegas Jaehyuk, kesal karna Asahi mengingatkannya pada hal itu.

"Daripada lo mikir gimana kalo omongan Yedam bener, mending lo mikir gimana kalo omongan gue yang bener?" Asahi membalik pertanyaan Jaehyuk, tanpa berniat untuk menjawab terlebih dahulu.


"Walau Yedam pernah jadi alasan gue dituduh waktu itu, tapi jujur, gue nggak nemuin hal yang mencurigakan dari dia," ungkap Jaehyuk, ia memang tak menaruh curiga pada Yedam sama sekali.

"Yedam itu pinter, saking pinternya sampe nyiptain berbagai dugaan tanpa bukti yang jelas buat menyudutkan lo dan Junghwan. Itu yang bikin gue curiga."

Jaehyuk mengernyit bingung. "Kenapa curiga karna itu? Dia bikin berbagai dugaan, karna dia pinter. Walau agak bego juga karna dia bikin dugaan itu tanpa bukti yang jelas. Tapi itu mungkin karna dia lebih pake logika, kan?"

"Lo mikir gitu?"

"Iya."

Asahi menatap layar televisi yang sedang menayangkan film horror, lalu mengucapkan suatu kalimat yang berhasil membuat Jaehyuk termenung.

"Yedam buat berbagai dugaan itu, karna dia pinter dalam mecahin misteri atau buat nutupin kesalahannya sendiri?"

••••

Junghwan terbangun dari tidurnya dengan kondisi tubuh yang pegal karna tertidur di atas meja belajar.

Semalam, Junghwan belajar cukup lama karna materi yang ia pelajari sedikit susah untuk dimengerti. Bukan karna materinya rumit, tapi Junghwan yang terlalu sulit untuk fokus.

Apa yang terjadi pada Junghwan kemarin menjadi beban pikiran untuknya, membuatnya kesulitan selama belajar hingga tertidur di atas meja belajar hingga pagi, dan sekarang seluruh badannya terasa pegal dan nyeri.

Jika yang lain mungkin akan memilih untuk bolos satu hari dan melanjutkan tidur di atas kasur, maka Junghwan tidak. Ia tetap bangun, meregangkan ototnya sejenak, lalu pergi mandi dan bersiap untuk ke sekolah.

"Junghwan!"

Langkah Junghwan terhenti di bawah tangga ketika mendengar suara seseorang memanggil, bersamaan dengan suara pintu yang diketuk. Karna di rumah hanya ada dirinya, terpaksa Junghwan berjalan menuju pintu utama untuk menyambut sang tamu.

"Bang Yedam?" Junghwan nampak bingung ketika melihat kedatangan Yedam di pagi hari seperti ini, sedangkan yang ditatap justru tersenyum hangat. "Lo ngapain ke sini?"

"Nih." Yedam menyodorkan sebuah kantong plastik berisi tiga buah donat. "Buat lo sarapan."

Junghwan mengernyit. "Buat gue?"

"Iya, lah. Buat siapa lagi?"

"Dalam rangka apa lo ngasih gue ini?"

"Pengen ngasih aja, karna gue tau lo belum sarapan. Emang nggak boleh?"

"Setelah nuduh dan bikin semua orang curiga sama gue kemarin, lo tiba-tiba ngasih gue makanan?" Junghwan mengingatkan Yedam akan apa yang telah lelaki itu lakukan padanya kemarin, barangkali ia lupa. "Aneh."

"Gue minta maaf soal itu." Yedam terdiam sejenak, memikirkan kata yang pas untuk melanjutkan. "Gue kebawa suasana sampe kepikiran sama dugaan yang berlebihan."

"Percuma ngomong kayak gitu sekarang, apalagi sama gue doang. Karna nggak akan ngerubah kecurigaan semua orang ke gue."

"Iya, gue tau. Tapi serius, gue minta maaf." Yedam berucap dengan tulus, berharap Junghwan mau memaafkan.

"Ok, gue maafin," ucap Junghwan kemudian, membuat Yedam kaget karna ternyata semudah itu ia dimaafkan.

Yedam pikir, Junghwan tak akan mau memaafkannya.

"Serius?" Yedam mencoba memastikan.

"Iya, Bang," jawab Junghwan yang seketika membuat senyum Yedam merekah. "Masuk dulu, yuk. Sarapan bareng gue."

Senyum Yedam sirna seketika. "Di dalem ada siapa aja?"

"Cuma ada gue sendiri."

Yedam tertegun, membuat Junghwan menatapnya bingung.

"Kenapa?"

"Eh, ng-nggak papa," jawab Yedam sedikit terbata, nampak panik sekaligus bingung. "Nggak usah deh, Hwan. Gue nggak laper."

"Beneran nggak laper?" Junghwan memandang Yedam sejenak, lalu tersenyum miring. "Atau takut gue bunuh, Bang?"

••••

Sejauh ini, kalian curiga sama siapa?

fyi, aku nulis part ini sambil nonton vlive jihoon 😍🙌🏻

Secret | Treasure ✓Onde histórias criam vida. Descubra agora