"Perasaan lo aja kali, kucing kan banyak yang mirip. Apalagi kucing liar di komplek tuh banyak, pasti banyak juga yang keliatan sama."

Perkataan Haruto masuk akal. Tapi entah kenapa, Jeongwoo tetap merasa jika bangkai kucing yang semalam ia injak adalah bangkai dari kucing yang ia temui di tong sampah waktu itu.

"Btw, lo mau ngasih biskuit ke kucing?" Haruto kembali memulai pembicaraan.

"Iya."

"Emang kucing makan biskuit?"

Jeongwoo mengendikkan bahu. "Nggak tau, gue kepikiran tuh kucing kemarin, jadi gue beli aja biskuit, kali aja nggak sengaja ketemu. Soalnya di kantin nggak ada makanan kucing."

"Bego," ejek Haruto yang seketika mendapat tatapan tajam dari Jeongwoo, namun Haruto tak peduli dan kembali menikmati makanannya.

Tak ada lagi yang bicara, Haruto fokus pada makanannya dan Jeongwoo sibuk memandang mie ayamnya. Namun bukan ke sana fokus Jeongwoo sekarang, melainkan pada pikirannya yang sedang berkelana.

"To," panggil Jeongwoo, memecahkan keheningan dan membuat fokus Haruto teralih padanya. "Kucing kemarin, matinya karna apa?"

"Ditabrak mobil, kan udah gue bilang dari semalem," kata Haruto cepat. "Perutnya robek sampe isinya keliatan, kaki sama tangannya patah, dan lehernya nyaris putus. Apa lagi sebabnya kalo bukan ditabrak?"

"Kalo ditabrak, kenapa kucingnya nggak gepeng?" tanya Jeongwoo. "Dan kalo beneran ditabrak, pasti ada darah yang nempel di ban dan ninggalin jejak. Tapi kemarin, nggak ada jejak sama sekali, kan?"

Pertanyaan Jeongwoo membuat Haruto berpikir keras, serta membuatnya mulai ragu dengan dugaan sendiri.

"Kalo diperhatiin, sayatan di badan kucing itu lumayan rapi, To. Kayak bukan karna ditabrak." Jeongwoo kembali bicara, sambil mengingat kondisi bangkai kucing yang ia dan Haruto temukan semalam. Bangkai yang amat mengenaskan.

"Kalo bukan ditabrak, dia mati karna apa?"

Jeongwoo ragu ingin mengatakan apa yang ada di pikirannya atau tidak. Namun pada akhirnya, ia memilih mengatakan agar tak menjadi beban pikiran.

"Dibunuh."

••••

Mobil milik Asahi melaju di sepanjang jalanan kota, bersamaan dengan kendaraan lainnya. Namun bukan Asahi yang mengemudi, melainkan Jaehyuk.

Jaehyuk dan Asahi berada dalam satu universitas, fakultas, dan kelas yang sama. Jadi mereka selalu pergi kuliah bersama menggunakan mobil Asahi, atau terkadang menggunakan motor Jaehyuk jika sedang terburu-buru agar dapat sampai lebih cepat.

Selama perjalanan, keduanya saling bertukar cerita, tentang Hyunsuk dan Yedam yang masih mencurigai Jaehyuk.

"Gue curiga sama Bang Hyunsuk." Jaehyuk berterus terang tentang kecurigaannya pada teman tertuanya itu.

"Kenapa?" Asahi meminta penjelasan.

"Dia terlalu nuduh gue pas itu, dan opini dia juga menggiring yang lain buat curiga sama gue. Bisa aja dia kayak gitu buat nyelamatin diri, kan?"

"Tapi kan dia udah minta maaf."

"Tapi dia masih curiga sama gue, Sa. Gue ngerasa dia minta maaf bukan karna beneran ngerasa bersalah, tapi biar keliatan masih ada rasa kasian aja sama gue setelah denger ucapan lo waktu itu."

Asahi mengangguk-angguk, mengerti maksud ucapan Jaehyuk.

"Lo sendiri, ada curiga sama orang nggak?" tanya Jaehyuk, ingin tahu.

"Ada."

"Siapa?"

"Yedam."

Jaehyuk terperanjat, nampak bingung karna Asahi menyebutkan nama yang sama sekali tak ia curigai.

"Kenapa lo curiga sama dia?" tanya Jaehyuk sambil memutar stir, membuat mobil yang dikendarainya berbelok memasuki kawasan perumahan.

Asahi mengendikkan bahu. "Nggak tau, curiga aja."

"Lo curiga sama Yedam tanpa alasan?"

"Iya."

"Kenapa gitu?"

"Nggak papa, emang salah?"

"Salah, mana boleh curiga sama orang tanpa bukti. Kan jatuhnya fitnah."

"Gue cuma curiga bukan nuduh." Asahi membela diri. "Curiga doang wajar, kan? Yang nggak boleh tuh nuduh tanpa bukti yang jelas. Gue paham kok."

"Iya sih, tapi kok lo bisa curiga sama Yedam tanpa alasan gitu?"

"Nggak tau, dia keliatan mencurigakan aja."

"Gue merasa Yedam nggak mencurigakan sama sekali."

"Berarti cuma gue doang yang ngerasain."

"Kalo gitu—"

Ucapan Jaehyuk terhenti bersamaan dengan mobil yang juga ikut berhenti secara tiba-tiba, membuat Asahi kaget dan hampir terlempar ke depan. Namun beruntung ia memakai seatbelt, jika tidak, kepalanya pasti sudah terbentur.

"Lo kenapa ngerem mendadak?" Asahi nampak kesal karna Jaehyuk menginjak rem secara mendadak. Jantungnya masih berdebar kencang seolah ingin keluar.

"Itu Bang Hyunsuk, kan?" tanya Jaehyuk, mengabaikan pertanyaan Asahi begitu saja.

Asahi mengikuti arah pandang Jaehyuk dan mendapati seorang lelaki berkaos ungu sedang mengetuk pintu rumah seseorang, lalu masuk ke dalam setelah dibukakan pintu oleh seorang wanita parubaya.

Dan seperti dugaan Jaehyuk, lelaki itu memang Hyunsuk.

"Bang Hyunsuk ngapain ke rumah Mashiho, Sa?"

Secret | Treasure ✓Kde žijí příběhy. Začni objevovat