"Kenapa lo bisa percaya kalo dia nggak salah?" Hyunsuk tak habis pikir kenapa Asahi begitu percaya pada Jaehyuk setelah semua bukti tertuju padanya. "Padahal dari cerita Yedam waktu itu, udah jelas banget kalo Jaehyuk emang pelakunya, kan?"

"Gue percaya sama Jaehyuk, karna dia temen gue. Gue yakin dia nggak akan ngelakuin hal sejahat itu."

"Kita juga temen Bang Jaehyuk, tapi kita nggak tutup mata sama kesalahan temen sendiri." Yedam mengeluarkan opini. "Ngebela temen yang salah nggak akan ngebuat kita jadi temen yang baik."

"Gue lebih deket sama Jaehyuk dibanding kalian, jadi gue lebih kenal dia. Kalo gue bilang dia bukan pelakunya, berarti bukan." Asahi berucap dengan tegas, seolah yakin dengan kalimatnya dan tak ingin dibantah. "Lagian nggak ada bukti yang jelas, kan? Emang ada yang ngeliat Jaehyuk ngebunuh Mashiho atau Doyoung?"

Tak ada yang menjawab, karna mereka sama sekali tak punya bukti seperti yang Asahi katakan.

"Dan lagi, kalian bilang kalo kalian juga temennya Jaehyuk. Tapi kenapa segampang itu kalian curiga sama temen sendiri? Padahal bukti belum jelas." Asahi memandang teman-temannya dengan tatapan yang tak mampu dideskripsikan. "Temen tuh harusnya saling percaya. Kalo kita beneran temen, harusnya disaat kayak gini kita kerja sama buat nemuin pelakunya, bukan saling tuduh cuma karna bukti yang belum tentu bener."

Asahi adalah yang paling jarang berbicara di antara mereka, dia lebih sering diam dan mendengarkan. Lalu sekarang, ketika ia bicara banyak, semua orang mendengarkan lalu dibuat diam.

Tak ada yang menjawab, semuanya menunduk, merasa tertampar dengan ucapan Asahi. Selain itu, rasa bersalah terhadap Jaehyuk juga mulai muncul dalam diri mereka.

Kecuali si pelaku yang sebenarnya.

••••

Setelah bicara panjang lebar, Asahi mengajak Jaehyuk untuk pulang. Hyunsuk juga menyuruh semua temannya yang tersisa untuk pulang, karna kepalanya mendadak diserang pening dan ia ingin segera istirahat.

Hyunsuk mulai merasa matanya memberat, sepertinya ia akan tertidur. Tapi pintu kamarnya tiba-tiba diketuk dari luar, membuatnya kembali terjaga.

"Siapa?" tanya Hyunsuk dari atas kasur, tak berniat untuk pergi membukakan pintu.

"Jihoon," jawab suara dari luar. "Gue masuk, ya?"

Tanpa menunggu jawaban, Jihoon langsung membuka pintu dan masuk ke dalam.

Hyunsuk sama sekali tak marah, karna Jihoon sudah biasa seperti itu. Malah biasanya lebih parah, dia akan langsung masuk tanpa mengetuk pintu atau memberitahu dari luar, membuat Hyunsuk terkejut karna kedatangannya yang tiba-tiba seperti hantu.

"Kenapa belum pulang?" Hyunsuk bingung karna Jihoon masih ada di rumahnya, padahal ia sudah menyuruh semua untuk pulang sejak tadi.

"Bawain obat." Jihoon mendekati Hyunsuk, lalu meletakkan sebungkus obat di atas nakas. Ia tak membawa minum karna tahu jika Hyunsuk sudah menyediakan air minum sendiri di dalam kamar.

Hyunsuk mengernyit. "Buat apa?"

"Katanya kepala lo pusing, jadi gue bawain obat," jelas Jihoon singkat. "Diminum, biar cepet sembuh."

"Tumben lo baik."

"Gue emang selalu baik, lo aja yang lupa, Bang."

Hyunsuk tertawa pelan. Jihoon tak berbohong soal ucapannya, ia memang selalu bersikap baik pada Hyunsuk, meski sering juga mengusili teman tertuanya itu. Tapi, Hyunsuk tahu jika semua itu hanya sebatas candaan.

Dan mengenai ucapannya tadi, Hyunsuk hanya bercanda. Ia tak mungkin lupa akan semua kebaikan Jihoon padanya selama ini.

"Buruan diminum obatnya."

"Males." Hyunsuk nampak tak berminat menyentuh obat. "Gue nggak suka obat."

"Kalo gitu gimana pusingnya mau hilang?"

Hyunsuk menghela napas. "Sebanyak apapun gue minum obat, pusingnya nggak bakal hilang kalo masalah yang gue pikirin nggak selesai."

"Masalah tentang kematian Mashiho sama Doyoung?"

"Untuk sekarang gue lebih dibuat pusing sama Jaehyuk daripada itu."

"Lo masih curiga sama dia?"

"Gue ngerasa bersalah sama dia, Ji."

"Kenapa?"

"Omongan Asahi bener, semua bukti emang menuju ke arah Jaehyuk. Tapi bukti itu belum jelas kebenarannya, kita harusnya nggak nuduh Jaehyuk sampe segininya, kan?"

Jihoon kembali mengingat ucapan Asahi tadi, lalu merasa setuju dengan perkataan Hyunsuk.

"Dan seperti apa yang Asahi bilang, kalo kita emang temennya Jaehyuk, seharusnya kita nggak segampang itu curiga sama dia." Hyunsuk terdiam sejenak, lalu kembali melanjutkan. "Gue bener-bener ngerasa bersalah."

Hyunsuk tertunduk sedih, terlihat jelas kalau lelaki itu memang merasa bersalah atau apa yang telah ia lakukan pada Jaehyuk.

"Besok lo ikut gue."

Hyunsuk seketika mendongak, menatap Jihoon bingung. "Ke mana?"

"Ketemu Jaehyuk, buat minta maaf."

Secret | Treasure ✓Where stories live. Discover now