"Apa?" tanya Junkyu.

"Nggak ada barang yang hilang, berarti pelakunya emang murni pengen ngebunuh Doyoung." Hyunsuk terdiam sejenak, lalu kembali melanjutkan. "Doyoung dibunuh di ruang tamu, berarti pelakunya masuk ke dalam rumah. Tapi nggak ada kerusakan di pintu atau jendela yang merupakan akses masuk ke dalam."

"Jadi?" Jaehyuk nampak tak mengerti karna ucapan Hyunsuk tak begitu jelas baginya.

"Pelakunya masuk ke dalam rumah karna Doyoung yang ngebukain pintu."

"Iya." Hyunsuk mengiyakan perkataan Yedam yang seketika membuat semua orang terkejut.

Bukan hanya terkejut karna fakta yang Yedam katakan, tapi karna kepintaran Yedam yang dapat menangkap maksud dari perkataan Hyunsuk dengan cepat. Padahal yang lain masih berusaha untuk mencerna.

"Doyoung bukan anak bodoh, dia nggak bakal izinin orang masuk ke rumah sembarangan. Kecuali, dia kenal orang itu." Hyunsuk kembali bicara, membuat mereka kembali fokus mendengarkan. "Dan setelah gue pikirin baik-baik, kasus kematian Doyoung kayaknya berkaitan sama kasus kematian Mashiho."

"Kenapa lo bisa mikir gitu?" Haruto meminta penjelasan lebih rinci.

"Mashiho sama Doyoung meninggal dalam waktu berdekatan, dengan kasus yang sama, yaitu dibunuh. Dan cara dibunuhnya pun sama, ditusuk berulang kali." Hyunsuk memulai penjelasan dari apa yang telah ia pikirkan sejak tadi. "Pelaku pembunuhan Mashiho pake jaket yang kita punya, kemungkinan besar dia salah satu di antara kita, karna cuma kita yang punya jaket itu. Dan pelaku pembunuhan Doyoung masuk ke rumah atas izin Doyoung sendiri, yang berarti Doyoung kenal dia."

"Terus?" Jeongwoo meminta kesimpulan atas penjelasan Hyunsuk. Otaknya terlalu lelah untuk menyimpulkan sendiri. Dia masih anak sekolah, rasanya terlalu kecil untuk diajak berdiskusi mengenai permasalahan berat seperti ini.

"Ada kemungkinan orang yang ngebunuh Doyoung juga salah satu dari kita?" Jaehyuk mencoba menyimpulkan.

"Bukan kemungkinan, karna kasus kematian Mashiho sama Doyoung terlalu banyak kesamaan." Hyunsuk memandang teman-temannya, lalu kembali melanjutkan. "Gue yakin, pelaku pembunuhan Mashiho dan Doyoung adalah orang yang sama. Dan dia emang salah satu di antara kita."

••••

"Bang Junkyu."

Junkyu tersentak, tersadar dari lamunan ketika sebuah tangan menepuk bahunya pelan. Lelaki itu memalingkan pandang dari layar televisi ke arah Haruto yang duduk di sampingnya.

"Kenapa? Ngagetin aja."

"Dipanggil Bang Jihoon tuh daritadi, masa nggak kedengeran?"

"Hah?" Junkyu nampak kaget, pasalnya ia sama sekali tak mendengar panggilan dari Jihoon sejak tadi. "Masa?"

"JUNKYU, TEHNYA MAU DINGIN APA ENGGAK?" Suara teriakan Jihoon terdengar dari arah dapur, membuat Junkyu kaget untuk yang kedua kali. Jangankan Junkyu, Haruto yang sejak tadi mendengar teriakan itu tetap saja kaget ketika mendengarnya lagi.

"Hangat aja, Ji!" jawab Junkyu dengan suara yang sedikit lantang agar dapat terdengar oleh Jihoon.

"DARITADI KEK, GUE CAPEK TERIAK!" protes Jihoon yang hanya ditanggapi Junkyu dengan kekehan pelan. Sebenarnya ia merasa bersalah karna membuat Jihoon berteriak. Tapi sungguh, ia tak mendengar panggilan dari Jihoon karna terlalu fokus dengan isi pikirannya sendiri.

"Lo kenapa, Bang?" tanya Haruto yang seketika membuat Junkyu bingung.

"Kenapa apanya?"

"Kenapa nggak denger panggilan dari Bang Jihoon daritadi?" Haruto memperjelas pertanyaannya. "Sibuk mikirin apa?"

"Mikirin omongan Bang Hyunsuk tadi sore," ucap Junkyu, jujur.

Apa yang Hyunsuk bicarakan pada mereka berhasil menambah beban pikiran Junkyu, membuat otaknya terus bekerja tanpa komando untuk memecahkan teka-teki yang ada.

"Emang apa yang lo pikirin tentang itu?"

"Gue setuju kalo pelaku pembunuhan Mashiho sama Doyoung itu orang yang sama, dan gue juga setuju kalo pelakunya itu salah satu di antara kita." Junkyu mulai menjelaskan isi pikirannya. "Tapi gue nggak tau siapa, belum ada yang patut dicurigai. Pelakunya bener-bener pinter, baik dalam menghilangkan jejak sampe akting di depan kita semua seolah bukan dia pelakunya."

Haruto mengangguk mengerti, karna ucapan Junkyu benar. Pelakunya itu pintar. Dia membunuh dua orang tanpa meninggalkan jejak dan berhasil bersikap seolah berduka atas kematian teman yang disebabkan oleh dirinya sendiri.

"Pelakunya pinter, dan lo juga lumayan pinter, Bang."

"Terus kenapa?" Junkyu sedikit tak suka dengan perkataan Haruto karna seolah menyamakan dirinya dengan sang pelaku.

Apa Haruto pikir Junkyu pelakunya?

"Orang pinter biasanya bakal berusaha ngancurin orang pinter lainnya ketika merasa tersaingi," ujar Haruto, membuat kening Junkyu berkerut karna tak mengerti arah pembicaraan lelaki itu. "Jadi jangan terlalu pinter, Bang. Bisa aja pelakunya merasa terancam sama keberadaan lo dan berakhir nyingkirin lo supaya rencananya bisa tetep jalan."

Junkyu membeku mendengar itu. Ucapan Haruto, berhasil membuatnya diselimuti rasa takut.

Secret | Treasure ✓Where stories live. Discover now