Bab 39

343 33 3
                                    

2 tahun lebih 8 bulan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

2 tahun lebih 8 bulan

Seorang gadis berambut panjang diikat kuda berjalan dengan langkah tegas.

Sepatu kets yang dipakainya menginjak lantai di dalam ruang pengadilan. Bukan untuk menyelidiki sesuatu yang menjadi tugasnya, nanti setelah ia lulus dan menjadi detektif. Tapi, untuk menjemput seseorang.

Kedatangannya disambut gadis berhijab dengan pakaian formal menghiasi tubuh indahnya.

Kenzi, gadis itu berjalan ke arah Shezan yang masih membereskan barang-barangnya di atas meja pengacara.

"Masih latihan kok serius banget." Kenzi merasakan ketegangan di dalam ruangan ini.

Shezan tersenyum, "Biar mendalami."

"Siap?" Kenzi menaikkan sebelah alisnya.

Shezan menghela nafas panjang, sebelum mengangguk dan tersenyum meyakinkan.

Mereka masuk ke dalam mobil. Kenzi melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.

Mereka berhenti di depan gerbang rumah tahanan di salah satu kota Jakarta.

Shezan berlari. Ia memeluk tubuh seorang gadis berambut se-leher itu dengan erat.

"Bulan sehat?" Shezan menatap lamat-lamat wajah Bulan.

Penampilan Bulan terlihat berbeda dengan dua tahun lalu. Bahkan kini, Bulan terlihat lebih segar. Potongan rambutnya nampak pantas.

"Wih rapi sekali para mahasiswa ini." Bulan tertawa kecil.

"Ayo kita tuntaskan semua!" Kenzi mengingatkan Bulan. Bulan mengangguk. Mereka berjalan saling merangkul.

Bangunan tua berlantai satu menjadi tempat ternyaman untuk Kenzi dan Shezan selama ini. Mereka mengumpulkan bukti-bukti dan menyimpannya di tempat ini.

Bulan melangkah. Mengelilingi ruangan ini. Foto-foto berjejer, semua foto berisi gambar wanita itu, Sara. Hidup wanita itu berubah sekali, terlihat lebih berwarna.

Bulan mengambil satu foto yang digantung. Mengamatinya. Seseorang sedang berdiri di depan cermin, pantulan cermin menunjukkan wajah hancur, penuh luka bakar.

"Ini siapa?" Bulan menunjukkan foto itu ke Kenzi yang sedang meminum minuman kaleng.

"Nanti lo tahu."

"Yuk, susun rencana!" Shezan baru kembali sehabis mengganti baju, menjadi lebih santai.

Mereka duduk melingkar. Di depan mereka ada sebuah meja bundar sebagai tempat makanan ringan tergeletak.

...

Shezan berjalan di halaman rumah Bulan. Tangannya memegang segelas es cincau.

Shezan tak sengaja menabrak tubuh Sara yang berjalan berlawanan dengannya. Hingga, segelas es cincaunya tumpah. Membasahi wajah dan baju wanita itu.

"Dimana matamu hah?" Bentak wanita itu.

Dengan polosnya Shezan menunjuk ke arah matanya berada. Amarah wanita itu semakin memuncak.

"Ngapain kamu kesini?"

"Ambil barang-barang Bulan." Shezan berjalan masuk. Tak mengindahkan wanita itu.

Kala kakinya sudah menginjak ke dalam rumah. Ia mengangkat jempol ke arah Bulan dan Kenzi, sebelum mereka memasuki kamar wanita itu.

Tempat Bulan bersembunyi sama seperti Kenzi, di bawah tempat tidur. Kenzi juga bersembunyi di tempat yang sama saat ini.

Suara high heels sudah terdengar. Tubuh Bulan menegang, namun kembali rileks saat Kenzi menyentuh tangannya dan mengangguk.

"Dasar anak kecil, membuang waktuku saja." Wanita itu berdiri di depan cermin.

Jantung Bulan berdetak kencang. Ia membekap mulutnya menggunakan kedua tangan. Tak menyangka apa yang sedang dilihatnya.

Wanita itu melepas kulit wajahnya. Menyisakan wajah dengan penuh luka bakar. Ternyata selama ini ia ditipu? Wajah cantik itu menyembunyikan wajah buruk.

"Masih banyak kejutan lain. Kita cari sama-sama!"

...

Sore hari. Kenzi duduk di dalam sebuah cafe yang memiliki sedikit pengunjung. Di depannya ada seorang laki-laki. Kenzi menatap tajam laki-laki itu.

"Ini yang kamu minta, tugas saya selesai. Saya permisi!" Tanpa persetujuan dokter Alex pergi.

Kenzi menancapkan flashdisk itu ke dalam body laptop di bagian samping. Kenzi memutar salinan cctv itu.

Dengan cermat ia melihat setiap adegan di dalam cctv itu. Mulai dari wanita itu masuk sampai keluar ruangan.

Bahkan Kenzi melihat saat wanita itu memberikan sejumlah uang kepada dokter.

Kenzi terbatuk-batuk, tersedak minuman. Ia terkejut bukan main, saat wanita itu melihat ke arahnya, atau lebih tepatnya ke arah cctv. Wajah itu, wajah yang ia kenal.

"Sudah kuduga."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

...

Bulan bertahan karena kalian katanya🥰

Massa (TAMAT)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang