Bab 22

245 35 6
                                    

Tubuh ringkih Bulan didorong

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tubuh ringkih Bulan didorong. Bulan meringis, tubuhnya jatuh di atas pecahan guci yang baru saja ditabraknya.

"Skors? Kamu di skors lima hari? Mau jadi apa kamu hah?"

Sara, wanita itu mengambil salah satu kepingan guci. Menggoreskannya ke lutut Bulan. Membuat ukiran di sana.

Bulan mengibaskan kakinya, membuat wanita itu melepaskan beling itu. Wajah bunda tiri Bulan terkena cipratan darahnya.

Bulan menangis, tak sanggup menahan sakit di kepalanya kala wanita itu membenturkannya ke tembok.

"Berani sekali kamu hah."

Wanita itu mendorong kepala Bulan, hingga tembok bisa memantulkan kepala itu. Begitu seterusnya.

Plak
Plak
Plak

Kedua pipi Bulan kembali memerah. Pipinya ditampar berkali-kali, wanita itu menamparnya menggunakan tenaga. Sangat keras.

Wanita itu didorong seseorang. Sampai terjatuh.

"Bulan kamu kenapa gini?" Shezan menangkup pipi Bulan yang biru dan basah.

"Kenapa kalian kesini? Kenapa? Pergi! Gue enggak mau ada yang tahu. Pergi kalian!" Bulan terduduk, menutup wajahnya. Menangis terisak.

Ruangan besar itu hanya diisi tangisan pilu milik Bulan. Tangisan yang membuat orang akan ikut hanyut.

"Anda siapa?"

"Tidak perlu bertanya. Saya tahu kamu mengerti." Wanita itu pergi. Berjalan santai seperti tak terjadi apa-apa.

Bulan berlari menaiki tangga dengan kepalanya yang pusing. Meninggalkan kedua orang yang baru dikenalnya.

Shezan menatap Kenzi, "Kita telat Ken."

"Sudah berapa lama ia seperti ini? Dasar bodoh kau Kenzi." Kenzi memaki dirinya sendiri. Ia juga memukul kepalanya.

...

Empat hari berlalu. Selama itu Bulan mendekam di dalam ruangan pengap nan gelap. Tanpa asupan makanan.

Yang ia lakukan hanya berbaring atau menunduk di pojok ruangan. Ia mandi, namun kala malas tak menyerangnya.

Raganya ada dalam kamar itu, namun pikirannya berkelana jauh. Hanya berisi tentang, siapa? Siapa? Dan siapa?.

Memikirkan hal itu membuat kantung matanya menghitam. Insomnia sepanjang malam.

Arrgggghhh

Teriaknya. Tembok itu menjadi samsak tinjuannya. Berkali-kali ia melakukan itu, sampai dinding biru muda berubah jadi merah.

Brak

Suara itu terdengar tiga kali. Berasal dari balkon. Dengan langkah gontai, Bulan berjalan. Membuka balkon.

"Lo kenal Alea?"

Plak

Gerakan reflek itu membuat Kenzi menatap Bulan tajam. Bulan menutup mulutnya. Ia terkejut, hingga tangannya bergerak sendiri untuk menampar Kenzi.

"WOI BEGO AMAT LO."

"Eits, sabar-sabar!" Shezan berada di tengah-tengah Bulan dan Kenzi, menjadi penengah.

"Maaf Ken!" Bulan berkata dengan senyum sungkan.

Kenzi tidak menjawab, ia berjalan masuk ke kamar Bulan setelah menabrak bahu banyak beban milik Bulan.

"Mana sih tombol lampu?" Kenzi meraba-raba dinding di tengah kegelapan.

"Enggak ada lampunya."

Shezan langsung menyalakan lampu belajar milik Bulan.

"Kamar kamu kayak gudang ya," Shezan terkejut melihat kamar Bulan yang sangat berantakan.

"Gue enggak kenal Alea, siapa dia?" Ucapnya, tak mengindahkan perkataan Shezan. Bulan duduk di tepi kasur.

Kenzi tak menjawab, melainkan membuka laptop, menyalakannya. Bulan diam, memperhatikan Kenzi yang mengotak-atik laptop itu.

"Gue menyadap salah satu wa seseorang yang masuk ke grup. Grup khusus buat rencana bully lo."

Bulan memalingkan wajah. Tanpa diketahui siapapun, tangannya terangkat menghapus air mata yang iapun tak menginginkan kehadirannya. Sampai seperti itu? Apa sih salahnya, hingga ia di khususkan seperti itu.

Bulan melangkah, menghampiri Kenzi begitupun Shezan. Ketiganya sama-sama menatap laptop.

"Grup ini yang buat si Alea itu. Ini, dia ngirim foto ini."

Bulan menajamkan penglihatannya. Ia tersentak melihat foto itu.

Di dalam foto itu ada dirinya bersama seorang om-om di dalam sebuah club. Posisi mereka seperti hendak berciuman.

"Iya itu gue. Tapi dia mau bisikin sesuatu. Gue juga mundur waktu itu."

"Kamu ngapain ke sana?"

"Amel, gue dipaksa pergi sama Amel."

"Tapi yang bagiin foto Alea." Kenzi berkata lirih.

Vote yuk 🥺

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

...
Vote yuk 🥺

Massa (TAMAT)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang