Bab 34

256 34 3
                                    

Di dalam mobil tanpa atap, Bulan dan kedua temannya saling melempar tawa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di dalam mobil tanpa atap, Bulan dan kedua temannya saling melempar tawa. Mereka dikelilingi perbukitan, tumbuh-tumbuhan hijau menghilangkan polusi udara. Jangkrik dan serangga lain terdengar bunyinya.

Angin berhembus, menerbangkan rambut panjang Bulan yang duduk dibalik kemudi.

"Kita harus bahagia hari ini!" Shezan berdiri dari duduknya, berteriak di jalanan sepi ini.

"Harus!" Sahut Kenzi yang berada di kursi bagian belakang.

Bulan tersenyum. Matanya bergantian menatap teman-temannya dan jalanan.

Perjalanan menuju tempat tujuan mereka memang harus melewati hutan. Mereka bagai mendaki gunung menggunakan mobil. Jalanan menanjak dan berbelok-belok.

"Enak kali ya tinggal di sini?" Shezan memandang takjub pemandangan di sekitarnya.

"Enggak lah bego, jauh dari mana pun." Kenzi menggeleng tak terima.

Bulan mengangguk, "Semua itu pasti punya kelebihan dan kekurangan."

Topik pembicaraan mereka ganti. Ada saja yang mereka bahas. Tidak ada kecanggungan di antara mereka dan Bulan senang akan hal itu.

Suasana pagi ini jarang Bulan rasakan. Udara yang sejuk dan pemandangan yang indah. Hijau dari pepohonan menyejukkan matanya.

"Kalau gue hilang jangan dicari ya, soalnya gue sengaja!" Bulan terkekeh akibat ucapannya sendiri.

"Hilang kemana?" Shezan tak mengerti maksud ucapan Bulan.

Bulan menunjuk hutan di sampingnya, "Kalau bisa gue pengen hidup di dalam sana. Di sana enggak bakal ada yang nyakitin gue." Bulan mulai memasuki dunia khayalan.

Shezan menggeleng, "Tapi di sana sepi."

Bulan tersenyum, "Itu yang gue cari."

Shezan diam, matanya terus memperhatikan Bulan. Bulan tersenyum sendiri, membayangkan ucapannya terjadi.

Jujur saja, bila menjadi Bulan, Shezan tak akan mampu. Menyembunyikan kesedihan bertahun-tahun, bagai hidup sendiri padahal ada seribu orang disekitarnya.

Shezan terus mengucap syukur dalam hati, mengingat abi dan uminya yang selalu ada untuknya dan membuatnya bisa merasakan kasih sayang.

Perjalanan diisi keheningan. Suara jangkrik terdengar lebih kencang, angin tak henti-hentinya membuat kecantikan Bulan bertambah, karena rambutnya berkibar.

Bulan menikmati perjalanan ini sendiri, sebab kedua temannya tertidur.

...

Bulan merentangkan kedua tangannya. Membiarkan air turun menimpa tubuhnya.

Air terjun di atasnya membuat tubuh kecilnya merasa segar. Kini, seluruh bajunya basah.

Shezan berenang di bawah air terjun, Kenzi berada di atas tebing tak terlalu tinggi. Gadis itu mengambil ancang-ancang untuk melompat.

Massa (TAMAT)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang