Bab 31

268 35 1
                                    

Semangat Bulan untuk ke sekolah kembali lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semangat Bulan untuk ke sekolah kembali lagi. Ia sudah siap dengan seragamnya, langkahnya terlihat semangat menuruni tangga.

"Sarapan yuk kak!" Langkahnya terhenti, kepalanya menengok ke samping. Di ruang makan terlihat Amel dan bunda tirinya sarapan bersama.

Bulan melengos tak mengindahkan ucapan Amel. Langkahnya tak semangat seperti sebelumnya.

Bulan mengaduh. Tangannya terangkat, memegang rambutnya yang ditarik.

Tanpa menoleh saja Bulan sudah tahu siapa yang melakukan hal ini. Bulan merasa seperti boneka, tubuhnya dijadikan mainan. Wanita itu seenaknya saja melukai Bulan.

"Amel mengajakmu berbicara bodoh." Sesudah melepas jambakannya, wanita itu memukul kepala Bulan dengan entengnya.

"Bunda sudah, tak apa!" Amel mendekat, ia berusaha menjadi penengah.

Bulan menatap Amel sinis, "Munafik."

Bahu Bulan diputar. Hingga Bulan bisa melihat wajah wanita itu. Sedang menatapnya tajam.

Amel hanya menjadi alasan wanita itu untuk bisa menghajarnya. Selalu ada bahan untuk menyudutkannya.

"Siapa yang kau sebut munafik?" Tanya wanita itu.

"Amel." Bulan menjawab dengan enteng.

Plak

Lagi-lagi pipinya terkena tamparan. Yang kemarin masih perih, kini bertambah lagi level sakitnya.

"Ayah sudah pergi, kenapa Anda tak ikut pergi? Apa tujuan Anda masih di sini?" Bulan menaikkan satu alisnya.

"Tujuan saya masih belum tercapai, dan itu adalah kamu." Wanita itu tersenyum miring.

Wanita itu melayangkan tangannya. Namun meleset,  Bulan memundurkan langkahnya.

"Apa yang kau lakukan hah?"

Amarah wanita itu sudah dipuncaknya. Siapa yang tak kesal saat serangannya meleset. Bulan sengaja. Bukannya bermaksud memancing, ia hanya ingin segera berangkat sekolah.

Bulan berbalik. Berjalan meninggalkan wanita itu. Bulan melihat jam tangannya, sudah menunjukkan pukul setengah tujuh.

Jika menaiki angkutan umum ia akan terlambat. Ada niat naik taxsi, tapi segera ia padamkan saat jumlah uang yang ia punya melintas di otaknya.

Motor milik Elzan berhenti di depannya. Bulan memutar bola matanya.

"Naik!" Elzan menepuk jok motornya.

"Malas." Bulan berlari menjauh. Berlari dengan kecepatan tinggi.

Larinya ia percepat saat matanya melihat angkot di depan sana. Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali.

Lega, saat Bulan sudah duduk di dalam angkot. Kakinya bergerak tak tenang, angkot tak kunjung berjalan. Masih menunggu penumpang.

Jam tujuh tepat. Terlambat sedetik saja Bulan tak dapat melewati gerbang depan.

Siswa-siswi tersenyum tak enak kepada Bulan. Bulan mengangguk saja menanggapi mereka.

"Bulan, bisa bicara sebentar?" Bulan menghentikan langkahnya menaiki tangga. Ia melihat Aska di bawah sana.

"Udah mau bel, lain kali!" Bulan hendak melangkahkan kaki kembali.

"Penting, sebentar aja kok!"

...

"Kenapa?" Bulan to the poin, tak ingin bersama Aska dalam waktu lama.

"Tentang kemarin, gue mau nanya sesuatu. Gaun itu, siapa yang ngasih ke lo?"

"Bunda, tapi orang lain yang jadi perantara." Bulan menatap Aska datar.

"Siapa?" Aska mengepalkan tangannya di dalam saku.

"Sahabat bunda."

"Gaun itu juga udah hilang." Lanjut Bulan.

" Lanjut Bulan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Massa (TAMAT)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang