Bab 37

308 33 5
                                    

Kepala Elzan menoleh kesana-kemari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kepala Elzan menoleh kesana-kemari. Ia berjalan di tengah koridor. Semua mata tertuju pada paras tampannya.

Kini ia menuruni tangga. Sedari tadi ia memutari sekolah hanya untuk menemukan kedua teman Bulan.

Ternyata kedua gadis itu sedang makan di kantin.

"Penyelesaian masalah Bulan?" Shezan terbatuk-batuk, ia tersedak kuah bakso.

"Bego banget emang nih jantan, bisa enggak sih salam dulu atau say hi kek!" Kenzi berucap dengan nada sewotnya.

"Gimana?" Elzan tak menghiraukan makian Kenzi. Ia hanya ingin segera mengetahui bagaimana cara membebaskan Bulan.

"Walaupun kita jawab, itu tak ada gunanya. Kita juga enggak kenal kamu, sekarang itu banyak iblis berwajah malaikat." Shezan berbicara setelah meminum es jeruknya.

"Bersatu kita teguh kan?"

"Teguh siapa? Bapak lo?" Kenzi terkekeh sendiri mendengar ucapannya.

"Kita sudah punya rencana. Kamu bisa siaga, barang kali kita butuh bantuan!" Elzan langsung melangkah pergi tanpa menanggapi ucapan Shezan.

"Lo ngapain kasih tahu dia?"

"Siapa tahu kita butuh. Kita enggak tahu orang seperti apa musuh kita." Shezan tersenyum meyakinkan.

...

"Bulan." Shezan memeluk erat tubuh Bulan. Tangisan tak lupa ia sertakan.

Mereka sudah duduk saling berhadapan. Shezan tak melepaskan genggaman tangannya pada Bulan.

"Botol yang lo kasih kemarin, itu racun. Lo dapat dari mana?" Kenzi memelankan suaranya. Matanya melirik polisi yang berdiri di sudut ruangan.

"Waktu itu Sara menjatuhkannya. Waktu gue hajar. Buat apa botol itu?"

Shezan dan Kenzi saling menatap. Kenzi menghela nafas sebelum menceritakan tentang apa yang mereka dengar dari dokter Alex.

"Tunggu!"

Kenzi dan Shezan berbalik. Menatap bingung laki-laki itu. Dokter Alex melunakkan raut seriusnya.

"Sebenarnya beberapa bulan lalu seorang wanita menemui saya." Kenzi dan Shezan kembali duduk di tempatnya.

"Saya benar-benar membuat kesalahan waktu itu, karena anak saya sedang membutuhkan pertolongan dan saya masih menjadi dokter umum biasa."

"Bisa langsung pada intinya. Saya tidak peduli dengan jumlah uang yang dia kasih untuk Anda." Shezan sangat tidak menyukai sogokan.

"Kalian harus berjanji tidak akan melaporkan saya ke polisi atau ke kepala rumah sakit!" Dokter itu menatap keduanya penuh harap.

"Bicaralah dokter!" Kenzi sudah tak tahan.

Massa (TAMAT)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang