Chapter 36

9.7K 323 39
                                    

~Happy Reading~











DISARANKAN UNTUK MEMBACA CERITA STORY WITH MANTAN TERLEBIH DAHULU!!














SATU bulan penantian Jihan dan Titan untuk bertemu Aluna akhirnya akan terpenuhi hari ini. Kondisi Jihan yang sudah mulai membaik sebagai alasan kini mereka sudah berpakaian rapi dan membawakan sekotak coklat beserta sebuket bunga untuk diberi pada gadis berponi itu. Wajah Jihan tidak henti menampilkan senyum rasa bahagianya untuk hari ini.



"Rio, Aluna suka bunga dan coklat kan?" Tanya Jihan bersemangat.



Rio yang berada di kursi depan bersama Titan yang tengah mengemudi hanya tersenyum kecil mengangguk. Lelaki itu sejak tadi tidak berbicara, hanya merespon melalui gerakan tubuhnya dan menunjukkan arah jalan ke rumah Aluna pada Titan. Entah apa yang salah tapi Jihan merasa jika lelaki itu sangat menutup diri dari dirinya dan Titan, tidak ada basa-basi atau kalimat panjang yang ia keluarkan selain membahas bagaimana Aluna dulu.



Mobil Titan berhenti di sebuah rumah besar ber cat putih yang memiliki halaman luas. "Ini rumah Aluna?" Tanya Titan.



Rio tidak merespon. Dia memilih langsung keluar mobil dan membuka gerbang menunggu Jihan dan Titan keluar dari mobil. Wajahnya terlihat pucat seperti menyimpan sesuatu yang amat menyakitkan. Jihan dan Titan saling bersi tatap setelah keluar dari mobil dan melangkah bersamaan mengikuti Rio dengan tangan yang saling bergandengan.



Langkah mereka berhenti di halaman belakang rumah yang terbilang luas. Rumput-rumput hijau segar dan beberapa pohon membuat suasana sejuk menyentuh kulit. Pandangan Jihan mengedar ke segala arah. Dia merasa sangat bingung kenapa Rio membawa mereka ke halaman ini dan bukan masuk ke dalam rumah. "Kenapa kita kesini?"



"Kak Jihan mau bertemu Aluna kan? Dia di sana" Tunjuk Rio pada sebuah gundukan tanah yang berada di bawah pohon.



Titan dan Jihan tercengang. Mereka tidak mengerti maksud dari perkataan Rio barusan. Pria itu hanya berbicara seperlunya tanpa mau menjelaskan, gurat kesedihan bahkan semakin tampak jelas pada wajahnya saat melangkah mendekati gundukan tanah liat tersebut.



Lelaki itu berjongkok dan mengusap nisan bertuliskan nama Aluna di sana. Dia tersenyum manis lalu mengecup singkat nisan kayu itu penuh rasa sayang. "Kemarilah" Perintah Rio agar Jihan dan Titan mendekat.



Jihan membekap mulutnya tidak percaya dengan apa yang tengah ia liat sekarang. "J-jadi Aluna...?"



"Setelah operasi tumor otak kondisi Aluna memburuk. Dokter tidak bisa menyelamatkannya lagi karena penyakit itu sudah ber stadium akhir. Seharusnya dia melakukan operasi ini saat stadium masih dikatakan rendah"



Kaki Jihan terasa lemas. Bunga dan coklat yang ia pegang jatuh begitu saja. Perlahan ia berlutut di depan kuburan Aluna dan bersimpuh di atas tanah dengan tangis yang sudah pecah tidak dapat lagi ditahan. Harus dia ke manakan rasa terimakasih yang begitu besar ini? Semua terlambat dan terasa sangat percuma. Hati Aluna benar-benar baik bagai malaikat. "Hiks, hiks... Aku fikir surat itu hanya sebuah tanda perkenalan agar kita bisa lebih dekat setelahnya Lun, tapi kenapa kamu malah berhenti duluan?"

TEARS OF DISSAPOINTMENT {END} Where stories live. Discover now