Chapter 17

1.9K 160 22
                                    

~Happy Reading~









DISARANKAN UNTUK MEMBACA CERITA STORY WITH MANTAN TERLEBIH DAHULU!!









JIHAN dengan wajah lesu dan langkah malasnya menekan tombol lift untuk turun ke lantai bawah kantor, bersiap pulang. Hari ini ia memutuskan untuk pergi ke kantor dan menyibukkan diri di banding harus melihat kedekatan suaminya dengan Leyna yang semakin menjadi. Bahkan setelah kejadian kemarin, Titan tidak berniat mengajaknya bicara hingga berakhir mendiamkannya seharian.

Ia mengetuk-ngetuk jam di tangan yang menunjukkan pukul lima sore. Biasanya Titan akan menjemputnya sepulang lelaki itu dari kantor, tapi mengingat mereka sedang bertengkar apa mungkin suaminya mau menjemput?


'Ting'


Pintu lift terbuka, Jihan berjalan keluar dengan pandangan yang mengedar ke segala sudut kantor untuk mencari suaminya. Nihil, dia tidak menemukan Titan di manapun.

Ia memijat tengkuknya sembari menghembuskan nafas berat. "Titan kan hari ini udah mulai masuk kerja. Ayolah Jihan positif thinking, mungkin dia banyak kerjaan di kantor makannya lembur dan gak sempet jemput kamu" Ujarnya meyakinkan diri.

Wanita itu kembali melangkah keluar kantor berniat menunggu bus di halte. Di bukanya ponsel untuk mengirimi Titan pesan bahwa ia akan pulang sendiri saja, lelaki itu pasti lelah jika harus menjemputnya dan kembali lagi ke kantor. Jihan tidak perduli jika Titan kembali mengabaikan pesannya, yang terpenting dia sudah mengikuti perintah suaminya itu dengan memberi kabar sebelum pergi ataupun pulang.

Sayang kamu lembur ya sampe lupa jemput aku?
Kalau iya jangan pulang larut dan terlalu capek ya ^^ Aku pulang ke rumahnya naik taksi atau bus aja, See you at home dear❤

Send


Jihan terkekeh geli atas pesan yang ia kirim ke Titan barusan. Dia merasa sangat malu meskipun itu hal yang wajar dilakukan oleh pasangan pada umumnya, karena dalam delapan tahun berhubungan jarang buat dirinya dan Titan saling mengirimi pesan manis seperti kebanyakan pasangan lainnya.


"Bu Jihan baru menikah udah pulang naik bus aja, pasti pak Titan terlalu sibuk sama kerjaannya. Ternyata bener ya, kalau pria tampan dan mapan akan lebih mementingkan pekerjaan daripada pasangan"

Jihan melirik ke samping saat merasa namanya disebutkan dalam percakapan dua wanita di sampingnya.

"Bisa jadi bukan karena pekerjaan, tapi wanita lain. Kan banyak tuh biasanya CEO di sebuah kantor atau perusahaan selingkuh sama sekretaris atau wanita simpananya"

"Tapi pak Nathan nggak gitu"

"Ya karena istri pak Nathan cantik, baik, ramah, dan nggak ngebosenin, paket lengkap lah pokoknya. Coba liat bu Jihan? Udah galak, suka marah, egois, sering pergi bareng pak Vito padahal sudah punya pasangan, yakin pak Titan tahan sama pasangan yang kayak gitu?"

"Iya bener ya, bisa jadi sih. Tapi kok bisa ya Bu Iren dan Bu Jihan punya sifat yang jauh berbeda kayak gitu, padahal mereka kan adik kakak? Kalau aku jadi bu Iren, amit-amit deh punya adik se egois itu"

Bisik-bisik dari para karyawan yang duduk di sampingnya membuat Jihan sedikit terganggu. Kalimat itu sangat menyakitkan untuknya. Kenapa sejak dulu orang-orang selalu hobi membandingkan antara dirinya dengan para saudaranya. Dan apa tadi ia tidak salah dengar? Dia disebut sebagai wanita egois dan mereka mempertanyakan kesetiaan Titan karena sifatnya itu?

TEARS OF DISSAPOINTMENT {END} Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ