Chapter 24

2.8K 172 14
                                    

~Happy Reading~











DISARANKAN UNTUK MEMBACA CERITA STORY WITH MANTAN TERLEBIH DAHULU!!














"Ngapain lo bawa dia? Gue kira udah mati" Santai Jayden sembari memainkan ponselnya.



Jihan melotot tajam ke arah sang adik. "JAYDEN! JAGA BICARA LO!!" Bentaknya setengah berteriak. "Apa begitu cara memperlakukan papah sendiri? Anak macam apa lo ini?!!"



Dengan malas Jayden meletakkan ponselnya, kemudian berdiri dan menatap Jihan dari jauh. "Seharusnya pertanyaan tadi lo ganti Ca, Papah macam apa dia? yang tega buang anaknya sendiri"



"Itu masa lalu Jay, apa lo masih mau terkungkung sama kebencian dari masa lalu yang nggak ada habisnya?"



"Kalau rasa benci bisa buat gue puas ngebales rasa sakitnya, kenapa nggak?"



"Kebencian cuma bikin lo hancur dengan sendirinya, jadi tolong coba berbaikan sama papah Jay... " Ujar Jihan dengan nada melirih.



Suara gesekan sendal rumah dengan lantai beradu mengisi kekosongan ruangan. Jayden berjalan mendekati Jihan kemudian mengarahkan jari telunjuknya pada sang papah. "Gue pernah sesayang itu sama orang ini, tapi sayangnya gue disia-siain Ca, Jadi rasa apalagi yang bisa gue kasih ke dia selain rasa benci?"



"JAYDEN TURUNIN TANGAN LO!!" Jihan menarik tangan Jayden untuk turun, Namun adiknya malah memberontak tidak karuan.



Jayden yang mulai dikuasai oleh api amarah melihat pembelaan yang kakaknya lakukan merasa jengah. "JANGAN LARANG GUE UNTUK MEMBENCI PENGECUT KAYAK DIA!! YANG TAUNYA HANYA SELINGKUH, MENGHASILKAN ANAK LALU PERGI MENINGGALKANNYA!!"





'Plak'





Tangan Jihan bergetar hebat saat untuk pertama kalinya ia menampar pipi sang adik. Dia tidak ingin melakukan hal ini, tapi perkataan Jayden barusan membuatnya spontan melakukan tamparan tadi. Kesabarannya habis, Jayden tidak bisa diberi pengertian seperti Juna.



Tatapan mata Jayden yang memerah bertemu dengan Jihan. Lelaki itu masih memegangi pipinya yang terasa panas dan perih akibat tamparan sang kakak. "TAMPAR GUE SEBANYAK YANG LO MAU, TAPI KEBENCIAN GUE KE DIA AKAN TETAP SAMA!!" Teriaknya kemudian berlalu pergi ke kamar.



Seluruh keluarga masih mematung. Bahkan sejak tadi Iren menutup kedua mata dan telinga anaknya agar tidak melihat pertengkaran yang terjadi. Harapannya hanya satu, jangan sampai Reina dan Reyhan mencontoh hal atau perkataan yang tidak pantas untuk anak seusia mereka tau.



"Duduk" Ucap Hanin mempersilahkan. Entah untuk siapa, tapi seluruh keluarga sudah mengerti siapa yang dimaksud wanita itu.



Jihan menggait lengan papahnya dan menariknya perlahan untuk ikut duduk disofa bersama yang lain. "Ada Jihan pah, jangan takut ya" Ucapnya menguatkan.


Hanin menatap Juna, Jihan dan Bramantyo secara bergantian. "Jelaskan apa maksudnya membawa papah kalian ke sini"



"Papah ingin memperbaiki kesalahannya Mah..." Balas Jihan.


TEARS OF DISSAPOINTMENT {END} Where stories live. Discover now