Ainelis menyipitkan matanya saat melihat motor yang tidak asing baginya. Kemudian ia tersenyum tipis, sangat tipis melihat rombongan didalam cafe.

"Ternyata gak pernah salah filling gue," kata Ainelis.

Ia turun dari motornya dan masuk kedalam cafe. Tanpa mencari bangku kosong ia menghampiri kelompok pemuda yang sedang mengobrol. Ainelis langsung duduk di tengah-tengah mereka tanpa melepas maskernya.
Mereka yang melihat gadis tiba-tiba duduk diantara mereka mendadak geram.

"Heh, lo ngapain duduk disini huh?!" bentak salah satu mereka.

"Pergi gak lo!" bentak pria disamping kiri Ainelis sambil mendorong Ainelis. Namun Ainelis tidak bergeming.

"Lo tuli?" tanya pria yang disamping kanan Ainelis.

Ainelis yang sedari tadi matanya sudah berkaca-kaca akhirnya lolos keluar. Kemudian ia membuka maskernya dan itu membuat mereka terkejut. Bagimana tidak kaget ternyata yang menghampiri mereka gadis cantik. Tapi itu tidak berlaku untuk dua pria yang disisi kanan dan kiri Ainelis.

Grebb!

"Bang Al, hiks. Ara kangen," kata Ainelis yang sudah menangis memeluk pria sebelah kanannya.

Sedangkan pria dan yang lainnya mematung saat mendengar kata Ainelis.

"Jangan pernah sebut panggilan itu dari mulut kotor lo!" teriak pria yang dipeluk sambil mendorong Ainelis menjauh.

"Hiks hiks... ini Ara bang, Clara Florentina Sanjaya hiks," kata Ainelis terisak.

"Heh, lo gak usah ngaco lo! Ara gue udah mati! MATI ngerti lo?!" teriak pria yang disebelah kiri Ainelis dengan menarik kaos Ainelis.

Ainelis menunduk, karena sesak didadanya. Ya, dia lupa bahwa dia sudah mati dan sekarang ia menjadi orang lain.

"Risky Tanureza hiks... dari panti asuhan Kasih Ibu, hiks hiks... maniak anime. Tomy hiks... Alexsander punya tanda lahir dipaha kiri, hiks. da-dan...." kata Ainelis terpotong saat tiba-tiba seseorang memeluknya.

Grebb!

"Maaf," lirih pria yang memeluk Ainelis erat bernama Riksy.

"Hiks. Bang Tata hiks, Ara kesepian hiks hiks," kata Ainelis yang masih menangis dipelukan Risky.

"Lo tau gak ra? Gue hampir gila lo ninggalin gue," kata Risky menangkup wajah Ainelis.

"Hiks hiks. Ara sayang kalian... hiks,"kata Ainelis.

"Sstt... udah nangisnya yah? Kita juga sayang Ara... sayang banget," kata Risky sambil mencium pucuk kepala Ainelis.

Setelah acara menangis, Ainelis saat ini berada dipangkuan Tomy dengan kepala bersandar didada bidang Tomy dan tangan Tomy mengelus surai Ainelis sayang sesekali mencium pucuk kepalanya.

"Sekarang cerita. Apa kamu oplas?" kata Risky.

Ainelis pun menoleh memerhatikan mereka yang sedari tadi diam.

"Apa kalian percaya transmigrasi itu ada?" tanya Ainelis.

Melihat tidak ada yang menjawab ia menghela nafas lalu menceritakannya dari awal dia sebelum meninggal hingga berakhir ditubuh Ainelis.

"Ternyata ada ya transmigrasi," kata Dwi.

Pltakk!

"Aw! Lo kok suka mukul palak gue sih san," kata Dwi sinis.

"Biar otak lo encer... jelas-jelas ada buktinya masih nanya," kata Hasan santai.

"Lo kalo iri sama nih palak ngomong aja kalik," kata Dwi mengejek.

"Sorry... palak lo di CODin juga gak laku," kata Hasan menatap Dwi remeh.

"Enak aja ganteng gini dibilang gak laku," sangkal Dwi.

"Terus gebetannya mana bang?" tanya Ainelis sambil menaik turunkan alisnya membuat Dwi gelagapan dengan pertanyaan Ainelis.

"Ak- tenang aja, kan ada Ara," kata Dwi santai sambil mengedipkan sebelah matanya.

Dan dia pun mendapat tatapan horor dari yang lain. Dwi yang ditatap menelan salivanya dengan susah payah dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal menampilkan wajah idiotnya.

"Aduh... firasat gue gak enak nih," batin Dwi.

"ADA TIKUS! TIKUS!" heboh Dwi naik diatas kursinya, membuat pengunjung lain juga ikut heboh.

"ADA JANDA! LONTONG! JANDA BOLONG!" teriak Hasan.

Susana yang tadi heboh pun mendadak hening. Hasan yang baru sadar pun menoleh dan menatap sekitar dengan senyum idiotnya.

"Emak, bapak... Maafkan zigotmu ini yang belum bisa memberimu cucu," batin Hasan.

Dan pada akhirnya mereka memukul Hasan dan Dwi berjamaah.

Plakk!
Bughh!
Plakk!
Plakk!

"Aw! Ampun bang jago... hehe, aw!" kata Dwi meringis disela-sela pukulan mereka.

"AWAS TIKUS!!" teriak Ainelis.

Membuat mereka kembali berhamburan tidak jelas. Sedangkan Ainelis sibuk merampas makanan pengunjung lain dan memakannya dengan santai di bawah meja.

"Ehem. Enak yah?" ucap seseorang membuat Ainelis menoleh ke sumber suara.

Ainelis mendongak melihat wajah Risky yang tampan kemudian mengangguk kaku saat sadar dirinya kini di tatap para pengunjung yang merasa kehilangan makannya.

Tomy pun narik tangan Ainelis dan meminta maaf dengan para pengunjung cafe. Dan beberapa saat kemudian Ainelis mendapat ceramah hingga ia tertidur.
Melihat Ainelis yang tertidur pulas dipelukannya membuat ia tersenyum tipis hampir tak terlihat.

"Riky! panggil Edo kesini bawa mobil," perintah Risky.

Mendengar suara Risky membuat aktifitas mereka berhenti. Dan melihat Ainelis sudah tertidur.

"Terus gimana keluarganya?" tanya Riky

"Hm, gue gak tau alamat rumahnya juga. Biarin dia tidurr di markas, besok pagi biar gue bangunin. sekalian umumin ke anak-anak lainya," kata Risky.

"Okelah." Riky mengangguk setuju.

Mereka melihat wajah damai Ainelis dengan wajah yang cantik dan pipi yabg tidak terlalu berisi membuat mereka gemas.

Cup
Cup
Cup

Mereka mencium wajah Ainelis kecuali dibibir. Dan aktifitas mereka tak luput dari pelanggan lainnya. Ada yang iri, ada yang mengagumi tentu saja itu untuk pemeran utama kita.

Dilain tempat.

"Eh Ron, tumben nenek lampir gak buat ulah hari ini," kata Wibi.

"Baguslah," kata Jony.

"Ck. Iya juga sih, mana tadi gak kayak ulet ke bos. Parahnya lagi nyuekin kita loh," kata Agung heboh.

"Diem salah... berulah juga salah... serba salah," kata Aldo yang sedari tadi hanya diam.

"Ck. Lo kok yang sewot sih, Do?" tanya Wibi heran.

"Tau lah. Bang, gue balik," kata Aldo meninggalkan mereka yang heran dengan sikap Aldo.

"Ngapa tuh anak? Aneh," tanya Agung.

Mereka yang ditanya hanya diam memperhatikan punggung Aldo yang sudah mengilang dibalik tembok.

"Apa yang lo pikirin do?" batin seseorang 1.

"Jangan bilang, kalo lo mau minta maaf sama dia." batin seseorang 2

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Hoaamm... Sorry ya kalo ada yg kurang² asin, manis, kurang ajar, dsb (dan sebangsanya). Jaga hati, jaga mata, jaga lilin.. Bey💆‍♀

i'm ClaraWhere stories live. Discover now