04🎯

29.9K 2.1K 86
                                    

Happy Reading❇️

"Ngapain lo?"

"Eh bangkek anjing nelor!" latah Ainelis terkejut dengan kehadiran Aldo yang tiba-tiba berada dibelakangnya.

"Lo mau bunuh gue lagi ya?!" bentak Ainelis pada Aldo.

Aldo sempat terkejut namun wajahnya kembali menatap Ainelis dengan jijik.

"Maksud lo apa? dasar jalang!"

Bughh!
Pyarr!

Suara pukulan dan pecahan gelas membuat Roni dkk yang berada diruang keluarga terkejut.

"Eh apaan tuh?" tanya wibi penasaran.

"kayanya dari dapur." analisis Aldi.

"Oh iya, Aldo kan didapur," kata Agung.

"Samperin," kata Roni dengan nada dingin dan diangguki lainnya.

Saat masuk kedapur mereka terkejut melihat sudut bibir Aldo berdarah akibat pukulan yang dilayangkan Ainelis.

"Heh, apa-apaan lo huh?!" bentak Jony tepat di depan Ainelis.

Plakk!

Satu tamparan mendarat diwajah Ainelis, membuat ia tersulut emosi dan menatap Jony tajam.

"Anjing lo! Kalo gak tau apa-apa gak usah ikut campur, bangsat!" teriak Ainelis.

Bugh!

Mereka kembali terkejut saat Ainelis meninju Jony dengan santai.

"Cuh! Mau caper lo?" sinis Agung pada Ainelis.

"Masih gak ngotak lo? udah dimaluin juga," kata Aldi.

Ainelis yang melihat darah dari sudut bibir Aldo tersenyum tipis tanpa memperdulikan ucapan yang di lontarkan padanya.

Kemudian ia menoleh menatap tajam manik mata Roni. Roni terkejut namun dia menutupinya dengan wajah datarnya.

"Gue udah ngomong sama kalian, bahwa gue gak sudi ngemis perhatian ke manusia bodoh seperti kalian! Haus kasih sayang dari saudara kandung heh? Besar kepala sekali anda," ucap Ainelis dengan nada mengejek.

sedikit rasa sesak didadanya mungkin  perasaan Ainelis asli.

Terlihat diantara mereka menunduk merasa bersalah mungkin? Namun ego mereka lebih kental. Ainelis pun mengambil nampan mienya yang sudah mengembang lalu mengambil beberapa langkah ke kamarnya namun ia berhenti sebentar.

"Anggap saja kita tidak saling kenal. Dan perlu kalian ingat, Luka dibalas darah, Darah dibalas nyawa." ucap Ainelis tanpa menoleh.

Deg!

Mereka merasakan aura Ainelis merinding dan berkeringat dingin. Ditambah lagi tatapannya yang seperti siap memangsa siapapun. Kemudian Ainelis kembali melangkah ke kamarnya.


"Moto itu... mungkin kebetulan," batin Dimas.

"kenapa rasanya sakit yah?" batin seseorang 2.

i'm ClaraWhere stories live. Discover now