"Makasih, Kak." Lita menghapus airmatanya dan membalas senyum Advin yang samar. Meskipun begitu Lita bisa menduga kalau sebenarnya Advin orang yang ramah, hanya pembawaannya saja yang memang lebih pendiam dari yang lain.

"Sebenernya, ada yang mau kita tanyain. Apa yang bikin elo pertama kali punya niat kasih kita kue waktu itu dan akhirnya ikut semua ekskul yang kita terlibat diantaranya." Fiksa buru-buru menambahkan ketika melihat Lita mau menjawab.  "Alasan jujur. Paling jujur."

"Emang penting ya?" tanya Lita setengah hati dengan suara yang sengau habis menangis.

"Penting." Akhirnya Seran mengeluarkan suara juga.

Lita kelihatan gelisah dan matanya melirik lima cowok di sekitarnya satu-satu. "Janji jangan ketawa," ucap Lita membuat mereka semua saling bertatap bingung.

"Janji nggak?"

"Iya, janji." Daffa mengacak rambut Lita gemas.

"Alasan paling jujur itu saya mau kenal lebih deket sama kakak semua, karena kakak-kakak tuh mirip geng cowok terkenal dan ganteng kayak di drama Korea favorit saya." Lita mengatakan itu dalam satu tarikan napas dan langsung menunduk malu.

Suasana kembali hening. Tidak ada yang berkomentar. Membuat Lita makin enggan melihat ekspresi apa yang ditampilkan lima orang cowok disamping kanan-kiri dan depannya.

"Kita ganteng?" Fiksa geli sendiri dengan pertanyaannya.

"Kita geng terkenal? Kayak geng mafia gitu maksudnya?" Daffa memiringkan kepalanya agar bisa melihat wajah Lita yang masih tertunduk.

"Drama Korea?" Advin mengerutkan kening.

"Ada alasan yang lebih konyol lagi?" Seran mengusap wajahnya seperti orang frustasi.

Lita memaksakan wajahnya yang masih tertunduk untuk menoleh ke arah Kay yang belum memberi komentar sebelah alis yang dinaikkan. Antara bingung atau tidak tahu harus komentar apa.

"Beneran itu alasannya?" Daffa masih belum percaya.

"Iya." Lita malas menjawab panjang lebar alasan konyolnya itu.

"Oke, oke. Tapi, gue masih belum nangkep kenapa juga lo harus repot-repot ikut lima ekskul sekaligus?" tanya Fiksa.

"Abisnya saya penasaran. Kalo di drama Korea yang saya tonton geng cowoknya tuh punya anggota yang sikap dan sifatnya saling menyeimbangkan. Ada yang galak, judes, tapi pasti ada yang ramah, suka senyum. Sedangkan, kakak semua nggak pernah senyum. Makanya, waktu saya ngintip kalian ketawa di ruang musik, saya penasaran. Kalian bisa ketawa begitu, tapi kalo di depan orang-orang judes mulu."

"Kapan lo ngintipin kita?"

"Bukan ngintip." Lita meralat ucapannya sekaligus pertanyaan Advin. "Waktu Kak Advin nyuruh saya nyalin partitur-partitur lagu dari buku ke kertas HVS."

"Ohh, itu pas kita ngetawain video si Arcalita yang loncat dari ke kolam renang, terus mukanya ketampar air."

Lita melongo. Jadi waktu itu dia yang diketawain ngakak sama mereka berlima, bahkan Kay sampai jongkok-jongkok saking gelinya. Lita langsung menoleh dan di sebelahnya Kay menelungkupkan kepala di meja. Bahunya terguncang pelan. Kay sedang tertawa. Muka Lita panas dan merah seketika.

"Berarti bener waktu itu gue denger suara di luar."

"Tapi, pas gue periksa kok nggak ada siapa-siapa?" Ucapan Advin sebelumnya langsung ditanggapi pertanyaan oleh Fiksa.

"Dia keburu kabur dan ngumpet. Elo sampe nabrak papan buletin, 'kan?" kata-kata telak dari Seran dengan nada datar, tapi bisa dilihat dengan jelas senyum di bibirnya berusaha tidak mengeluarkan tawa seperti Kay yang masih terus menelungkupkan kepalanya, ditambah ucapan Seran tadi membuat guncangan bahunya bertambah cepat.

Almost Paradise [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang