Sena

| Besok pagi jam sepuluh datang ke rumah gue

| (Alamat)

Zefanya menghela napasnya berat. Ada apa? Salah apa lagi dirinya sehingga Sena memerintahkannya untuk datang ke rumah pemuda itu besok? Jika Sena hanya takut ia bertingkah curang saat mengerjakan soal lomba tadi, Zefanya berani bertaruh dengan beasiswanya jika ia mengerjakan hampir seperempat soal dengan jawaban yang salah.

Memilih tak memusingkan pesan Sena, Zefanya mematikan lampu kamarnya setelah mengirimkan balasan pesan pada lelaki tersebut. Gadis itu kemudian berbaring di atas kasur kecilnya dan memejamkan mata, berharap dunia mimpi jauh lebih baik dari dunia aslinya.

Pagi menyambut, sinar matahari sudah bersinar terang di atas langit, ditemani awan-awan tipis yang mengudara dengan indah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi menyambut, sinar matahari sudah bersinar terang di atas langit, ditemani awan-awan tipis yang mengudara dengan indah.

Setelah membereskan rumah dan membuatkan sarapan untuk ayahnya, Zefanya pergi ke rumah Sana. Seperti permintaan pemuda itu, tepat pukul sepuluh pagi Zefanya berdiri di depan sebuah gerbang menjulang tinggi yang di belakangnya terdapat rumah bergaya eropa klasik bercat putih gading. Sangat kontras sekali dengan kontrakan mungilnya.

Selepas membayar ongkos ojek, Zefanya menekan bel di dekat gerbang berwarna hitam itu. Beberapa saat kemudian, muncul seorang satpam bertubuh kekar menyapa penglihatannya.

Tanpa basa-basi atau mendengar penjelasan Zefanya lebih dulu, satpam itu lebih dulu berucap, "Di sini gak nerima sumbangan, Dek. Cari di tempat lain aja."

Hati Zefanya mencelos, sebegitu lusuhkah penampilannya sehingga dikira sebagai relawan peminta sumbangan?

Zefanya meringis pelan. "B-bukan, Pak. Saya mau cari Sena," sahut Zefanya. Gadis itu tak berani mengungkapkan jika dirinya adalah teman pemuda itu. Zefanya juga masih mempertanyakan apakah ia dan Sena adalah seorang teman atau bukan, karena nyatanya selama dua tahun berada satu kelas bersama Sena, Zefanya jarang atau seingatnya bahkan tak pernah berbicara dengan Sana. Baru beberapa kali setelah kejadian malam itu Sena dan Zefanya terlibat sebuah pembicaraan.

Mendengar jawaban Zefanya, satpam itu mengerutkan keningnya, matanya menatap gadis itu dari atas sampai bawah.

Zefanya yang mendapat tatapan seperti itu lantas ikut memperhatikan penampilannya.

"Ada perlu apa sama, Den Sena?" tanya satpam itu curiga. Bisa saja, kan gadis di depannya ini adalah orang yang mengaku sebagai teman Tuan Mudanya? Motif penipu zaman sekarang sulit untuk ditebak.

"Coba, Bapak, tanya sendiri sama orangnya." Zefanya tak dapat memberikan jawaban pasti, karena ia sendiri tak tahu ada maksud apa Sena menyuruhnya datang ke rumah pemuda itu.

MistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang