2

1.2K 203 13
                                    

Setelah turun dari bus, Zefanya melangkahkan kakinya menuju pintu belakang sebuah restoran yang terlihat begitu ramai. Karena inilah ia tak mau menerima tumpangan Aretha, Zefanya tak ingin ada seseorang pun yang mengetahui bagaimana kehidupan aslinya, sebagai sahabat, Aretha hanya mengetahui bahwa Zefanya hidup di keluarga menengah ke bawah.

"Zef, ganti baju terus makan dulu sana," ujar Dian ketika melihat Zefanya masuk ke bagian belakang restoran.

Zefanya menggeleng pelan. "Enggak, Kak. Aku ganti baju aja, lagian restoran lagi rame banget," sahutnya.

Baru saja Dian ingin kembali membalas ucapan Zefanya, tetapi Tono lebih dulu menyela.

"Yan, cepetan! Tamu makin banyak yang dateng," serunya seraya mencuci sayuran.

Zefanya tersenyum kecil lalu bergegas menuju tempat mengganti baju, setelahnya Zefanya menghampiri Dian guna membantu perempuan berkepala dua itu mencuci piring.

"Huh, dasar Mas Tono, tuh sensian banget!" kesal Dian.

Zefanya tersenyum tipis seraya menggeleng pelan. "Udah, Mbak, enggak papa, emang bener, kan resto lagi rame hari ini?" sahutnya.

Dian menatap Zefanya sekilas. "Duh, kamu ini baik banget, sih!"

"Jadi manusia, kan memang harus selalu baik supaya mendapat balasan kebaikan."

"Enggak juga, tuh!" jawab Dian sedikit sewot, mengigat beberapa kali kebaikannya seringkali dimanfaatkan oleh orang lain.

"Gak ada salahnya berbuat baik sama orang lain, apapun balasan mereka ke kita," tutur Zefanya.

Setelah membilas piring terakhir, kini Dian seutuhnya menatap Zefanya. "Kamu jangan terlalu bijak, ya? Aku yang lebih tua jadi minder," ucapnya dengan wajah serius, walau Zefanya tahu Dian tengah bergurau.

Zefanya hanya membalas dengan tawa renyah.

Setelah menyelesaikan pekerjaan paruh waktunya sebagai tukang cuci piring di salah satu restoran pinggiran kota sekitar jam sepuluh malam, Zefanya akhirnya dapat benar-benar pulang ke rumahnya.

Hari ini ia mendapat gaji, tak banyak, tetapi cukup untuk membayar uang sewa kontrakan dan masih memiliki sisa untuk ditabung.

Zefanya mengetuk pintu rumah pemilik kontrakan tempat ia tinggal. Sekitar beberapa menit pintu dibuka, menampakkan seorang wanita bertubuh gempal yang wajahnya terlihat baru bangun tidur mengenakan daster rumahan.

"Eh, Zefanya, ada apa?" tanyanya seraya mengajak Zefanya duduk di kursi yang berada di teras rumahnya.

Zefanya mengeluarkan beberapa lembar uang dari amplop gajiannya. "Ini uang kontrakan bulan ini, Bu. Maaf, ya, Zefanya telat ngasihnya, baru gajian soalnya," sahut Zefanya seraya memberikan uang di tangannya pada Bu Rantiㅡpemilik kontrakanㅡyang duduk di sampingnya. Zefanya memang sengaja langsung memberikan uang sewa kontrakan karena takut uangnya terpakai oleh hal-hal lain.

"Iya, enggak papa kok. Kamu habis pulang kerja?" balas Bu Ranti setelah mengambil uang yang diberikan oleh Zefanya.

"Iya, Bu."

"Kamu udah makan belum? Ibu masak soto, masih banyak. Kalau mau Ibu bungkusin buat kamu sama Ayahmu."

Zefanya menggeleng. "Enggak usah, Bu. Tadi Zefanya udah makan di tempat kerja," tolak Zefanya sopan. "Kalau gitu Zefanya pamit, ya, Bu. Maaf ganggu malam-malam," pamitnya.

"Ya udah, terima kasih, ya," balas Bu Ranti.

"Seharusnya Zefanya yang bilang terima kasih, Bu," sahut Zefanya.

MistakeOnde as histórias ganham vida. Descobre agora