5

823 135 23
                                    

Seperti biasa, ketika jam istirahat berlangsung Zefanya akan memilih berdiam diri di perpustakaan bersama tumpukan buku-buku tebal. Kini gadis berambut panjang itu tengah terlihat serius mempelajari rumus-rumus matematika untuk mempersiapkan lomba besok, meski Zefanya telah berjanji akan mengalah dalam perlombaan itu, Zefanya tetap berjuang mempelajari rumus serta soal yang mungkin belum ia ketahui.

Brak!

Gadis berambut hitam itu mengalihkan pandangannya dari buku dan pulpen di tangannya pada sebuah buku tulis yang terlempar ke hadapannya, setelah itu kepalanya terangkat, menatap Sena yang kini berdiri di depannya.

"Ngapain lo belajar? Lupa perintah gue semalam? Inget, gue gak main-main dengan ucapan gue," ujar Sena datar.

Zefanya hanya mampu menunduk, bingung harus mengatakan apa.

"Mending lo kerjain PR gue," timpal Sena kemudian mendudukkan dirinya di salah satu kursi dan mengambil telepon pintarnya dari saku celana.

Zefanya menghela napas pelan, matanya melirik Sena yang tengah memainkan ponsel sebelum mengambil buku tulis laki-laki itu dan mengerjakan PR di dalamnya.

Zefanya rasanya ingin menangis sekencang-kencangnya, kenapa hidupnya terasa berat sekali? Apakah di masa lalu Zefanya hidup sebagai seorang penjahat hingga semesta menghukumnya dengan begitu kejam.

"Kenapa bengong? Cepet kerjain!" Sena menegur Zefanya dari tempatnya.

Lamunan Zefanya seketika buyar. "I-iya," sahutnya lalu kali ini benar-benar mengerjakan PR milik lelaki itu.

Kenapa Sena begitu berbeda jika hanya berdua dengannya? Apakah sifat laki-laki itu sebenarnya memang seperti ini? Lalu bagaimana dengan Sena yang selalu tersenyum dan ramah pada semua orang terutama guru-guru? Apakah semua itu hanya untuk pencitraan belaka? Melihat Sena yang sering melontarkan kata-kata kasar, serta lihatlah, pemuda itu tengah bermain game di ponselnya dengan kaki menyilang layaknya seorang bos.

Namun, Zefanya hanya akan terus menyimpan pemikiran serta rasa penasarannya di dalam kepala, ia tak ingin berurusan dengan laki-laki itu lebih jauh, jika sedikit saja dirinya masuk ke dalam kehidupan Sena, mungkin hidupnya akan bertambah semakin rumit.

"Minggu depan Mama ada acara arisan, kamu harus menang lomba matematika besok biar Mama bisa pamer ke temen-temen Mama

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Minggu depan Mama ada acara arisan, kamu harus menang lomba matematika besok biar Mama bisa pamer ke temen-temen Mama." Amara membuka percakapan di dalam mobil yang akan membawa dirinya serta putra semata wayangnya menuju tempat les.

Di tempatnya Sena hanya berdeham dengan pandangan ke luar jendela mobil.

"Kamu sudah pelajari soal dan hafal kunci jawaban yang Mama letakan di meja belajar kamu, kan?" tanya Amara.

Lagi-lagi Sena hanya membalas pertanyaan Ibunya dengan dehaman pelan. Enggan menanggapi Amara melalui ucapan.

Amara tersenyum senang, jemari lentiknya meraih sebelah tangan besar putranya lalu mengelus buku-buku jari Sena.

MistakeWhere stories live. Discover now