13

611 104 15
                                    

Sena berjalan ke luar gedung lesnya seraya merapatkan jaket yang melekat di tubuhnya. Hawa dingin terasa menyengat kulit, hari berjalan semakin malam, tetapi kegiatannya bahkan belum selesai.

Kaki jenjang itu berhenti melangkah, matanya memicing menatap mobil Audi hitam yang terparkir tak jauh darinya. Dari tempatnya Sena dapat mengetahui bahwa itu adalah mobil ibunya sesaat setelah ia membaca nomor polisi mobil tersebut. Mengingat sang ibu, sejak malam pertengkaran mereka, Sena berperang dingin dengan Amara, pemuda itu membatasi interaksi dengan ibunya, dan berusaha agar tak membuat banyak percakapan.

Dengan wajah yang kian datar Sena mendudukkan bokongnya di kursi pengemudi samping ibunya. Wanita itu terlihat biasa saja, seperti tak terjadi sesuatu sebelumnya.

Amara mengalihkan atensinya pada ponsel di genggamannya, menyimpan benda pipih itu ke dalam tasnya lalu menoleh ke arah putranya.

"Gimana belajar kamu, Sena?" ucap Amara memulai percakapan.

Keheningan menyapa Amara. Sena memilih bungkam sambil menatap ke luar jendela.

Akan tetapi, wanita berkepala tiga itu tidak menyerah, bibirnya mengukir senyum tipis.

"Hari ini makan malam di luar, ya? Mama punya rekomendasi restoran enak," imbuh Amara.

Lagi-lagi Sena hanya menanggapi ibunya dengan diam.

"Oh iya, kamu tau Ferdi, kan? Anaknya temen Mama yang dulu pernah ketemu kamu pas acara arisan. Dia bisa bahasa Prancis, loh, katanya mau lanjut kuliah di Paris." Amara menjeda ucapannya, matanya melirik ekspresi putranya yang semakin datar. "Kamu les bahasa Jepang, ya? Mama udah pilihin tutornya. Lesnya setiap Minggu sore, dimulai pekan ini."

Berbeda dengan wajahnya yang sudah menyerupai aspal baru, di dalam hatinya Sena berusaha menahan emosi. Memangnya apa lagi yang harus ia lakukan selain menurut? Jika saja dirinya tak memiliki tanggungan apa pun, Sena tidak akan sudi mengikuti semua perintah memuakkan ibunya.

"Zef, lo mending gantiin Yulia aja, biar Dian yang handle piring kotor," ucap Tono di sela tangannya menerima makanan pesanan pelanggan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Zef, lo mending gantiin Yulia aja, biar Dian yang handle piring kotor," ucap Tono di sela tangannya menerima makanan pesanan pelanggan.

Malam ini restoran kembali ramai oleh pelanggan. Entah sudah berapa ratus kali para pelayan bolak-balik ke dapur dalam waktu lima belas menit, dan sudah tak terhitung pula berapa piring yang harus dicuci oleh Dian dan Zefanya. Pun beberapa pelayan hari ini tidak hadir, menambah kerepotan Tono serta kawan-kawannya menghadapi mengantar pesanan pelanggan.

Zefanya melirik Dian yang terus membasuh piring kotor menggunakan spons busa.

"Udah, gak papa, kasihan waiters banyak yang gak masuk." Seakan mengerti arti lirikan Zefanya, Dian menyetujui perintah Tono.

Zefanya tersenyum, melepas sarung tangan plastik yang ia pakai lalu menyentuh lengan Dian. "Makasih, ya, Mbak. Semangat!" balasnya seraya tersenyum.

MistakeWhere stories live. Discover now