19

405 77 9
                                    

Setelah kejadian di mall tempo hari, Sena bersikap seolah tidak terjadi apa-apa. Setiap harinya pemuda itu tetap meminta diajarkan materi saat jam istirahat, dan seperti sudah menjadi kebiasaan pula, saat hari Sabtu Sena kembali meminta Zefanya untuk datang ke rumahnya. Zefanya seperti diminta untuk kerja rodi, hal itu rasanya membuat Zefanya semakin membenci kehadiran Sena, dan juga membuatnya semakin berambisi untuk mencari letak kekurangan pemuda itu.

Setelah selesai dijelaskan materi dan mengaku paham, Sena meminta Zefanya untuk memberikannya soal, Zefanya mengiyakan, sembari menunggu Sena selesai mengerjakan tugasnya, Zefanya memilih membaca ulang materi yang tadi ia jelaskan kepada Sena, takut-takut mendapatkan kekeliruan.

Namun, di tengah-tengah kegiatannya, Zefanya merasakan sesuatu mengalir dari daerah kewanitaannya, membuat jantungnya berpicu lebih cepat dan otaknya mengingat tanggal berapa hari ini.

"G-gue mau ke kamar mandi," pinta Zefanya tergagap.

Sena mendongak, menatap heran wajah panik yang Zefanya coba sembunyikan serta nada suaranya yang tiba-tiba berubah, tetapi tetap menganggukkan kepala mengizinkan.

Setelah mendapat persetujuan dari Sena, Zefanya lantas menyambar ponselnya dan berjalan cepat menuju toilet yang berada di dalam kamar pemuda itu.

Zefanya mendesis pelan, dugaannya benar, dirinya datang bulan dan lupa membawa pembalut di tasnya. Meski darahnya tidak sampai menembus bagian luar celananya, tetapi Zefanya yakin cairan merah itu akan terus keluar dan tak lama menimbulkan bercak di bagian belakang jeansnya.

Setelah beberapa saat mencoba menurunkan ego dan berdamai dengan rasa malunya, Zefanya memutuskan untuk bertanya kepada Sena apakah lelaki itu memiliki pembalut di rumahnya, karena Zefanya tentu tak bisa terus berada di dalam toilet seperti ini.

Sementara itu, Sena mengerutkan keningnya ketika mendapat notifikasi pesan dari Zefanya, untuk apa Zefanya mengirimkannya pesan padahal perempuan itu bisa keluar dan berbicara langsung dengannya. Namun, tak urung menghentikan gerakan tangannya untuk meraih ponselnya dan membaca pesan dari gadis itu.

Cewek Munafik

Sena, lo ada pembalut?

Sena akui, untuk seorang peraih peringkat pertama pararel pertanyaan Zefanya sanglah konyol. Sena adalah anak tunggal dan dia laki-laki, apakah Zefanya berpikir jika dirinya juga mengalami menstruasi?

Sena menghela napas pelan sebelum membalas pesan Zefanya dan bangkit dari duduknya untuk mencari benda yang gadis itu butuhkan.

Cewek Munafik

Gue cari dulu

Zefanya menghela napas lega. Untunglah meski Sena memiliki segudang sifat menyebalkan, pemuda itu tetap mau membantunya.

Entah mendapat ilham dari mana, Zefanya yang semula duduk di atas kloset tertutup, tiba-tiba terbesit pikiran untuk merealisasikan niatnya mencari kekurangan Sena.

Zefanya mengangguk pelan. Benar, tak ada waktu untuk di sia-siakan, celah sedikit apa pun harus ia manfaatkan. Zefanya bangkit dari duduknya lalu memastikan keadaan luar aman, barulah kakinya melangkah mendekati meja belajar Sena yang tampak berantakan. Matanya mulai membaca satu persatu kertas-kertas yang berserakan di atas meja berbahan dasar kayu itu.

Zefanya hendak akan pergi sebelum sebuah kertas bertuliskan 'Kunci Jawaban Lomba Matematika' terperangkap indra penglihatannya, membuatnya terkejut bukan main. Zefanya hendak mengambil kertas itu, tetapi urung ia lakukan saat mendengar suara derap langkah kaki. Dengan cepat Zefanya membuka ponselnya dan menangkap gambar kertas yang terselip di antara kertas serta buku-buku tebal lainnya. Zefanya kemudian berjalan cepat menuju kamar mandi. Tubuhnya bersandar pada kusen pintu seraya berusaha menenangkan keterkejutannya.

MistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang