11

655 121 19
                                    

Zefanya baru saja melangkahkan kakinya memasuki kelas ketika Javierㅡketua kelasㅡselesai menuliskan sesuatu di papan tulis.

"Bu Tika gak masuk, tapi dia bilang minggu depan ulangan harian. Itu kisi-kisi materi ulangan hariannya," ujar Javier dari depan kelas.

"Kayaknya buat dia gak afdol, ya kalau setiap minggu gak ada UH," celetuk Naufal dari tempatnya.

Javier hanya menggeleng pelan. "Dari pada nganggur mending lanjutin lukisan itu," balasnya seraya melirik kanvas yang bersandar di belakang kelas, tepatnya pada loker mereka. "Kelas juga belum didekor, bahan-bahannya, kan udah beli semua," lanjutnya.

Setelah beberapa kali rapat, akhirnya lomba untuk memperingati hari kemerdekaan telah diputuskan. Membuat lukisan bertema merdeka adalah salah satu inovasi kegiatan lomba baru, sementara menghias kelas adalah hal wajib yang tak akan pernah ketinggalan.

Zefanya kira lomba baru ini akan sepi peminat. Namun, ternyata teman-teman sekelasnya yang terkenal ambisius dalam hal pelajaran tertarik mengikuti lomba melukis ini, mereka bahkan telah membuat tiga lukisan yang saat ini semuanya masih belum ada yang rampung.

Di kelas Zefanya, kebanyakan yang mengikuti lomba melukis adalah laki-laki, tak disangka ternyata mereka memendam bakat yang jika terus digali dapat membuat sebuah karya.

Murid-murid yang tadinya sibuk pada kegiatan masing-masing kompak mulai mendekorasi kelas. Aretha bahkan sudah lebih dulu menarik tangan Zefanya untuk meniup balon berwarna merah putih bersama beberapa siswi lainnya. Mengabaikan catatan kisi-kisi yang ditulis Javier, biasanya salah satu orang akan memfoto dan mengirimnya ke grup kelas.

"Lo, kan KETOS, pilih kelas kita jadi pemenang, dong," celetuk Aretha seraya menyengir.

"Bukan gue yang nilai, tapi guru-guru," sahut Zefanya di sela tangannya mengikat balon yang sudah ditiup.

"Tolong doubletip, dong!" Itu suara Sena, tengah berdiri di atas meja memasang balon helium berbentuk angka di dinding depan kelas.

"Nih, kasih." Aretha menyerahkan doubletip ke arahnya kemudian mulai meniup balon lagi.

Zefanya menerimanya dengan enggan, ingin memerintah orang lain, tetapi ia sadar tak sedekat itu dengan teman-teman sekelasnya.

Saat tiba di depan kelas, Zefanya langsung mengulurkan tangannya memberikan benda yang Sena minta, gadis itu tak mengindahkan tatapan Sena yang terasa aneh, setelahnya Zefanya langsung berbalik menuju Aretha. Ia tak ingin banyak berinteraksi dengan Sena, menurutnya berada satu jam setiap hari hanya berdua dengan pemuda itu sudah terasa lebih dari cukupㅡhampir memuakkanㅡsemakin hari sifat Sena bertambah bossy, dan jujur saja Zefanya benci itu. Jika dia memiliki kuasa, tak akan ia biarkan Sena menjajahnya seperti itu.

Sementara Sena berusaha mengendalikan dirinya untuk menyelesaikan pekerjaannya. Kepalanya menggeleng pelan, mengalihkan pikiran dari tangannya yang sempat menyentuh kulit Zefanya yang terasa lembut.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
MistakeWhere stories live. Discover now