Eps.31 - Benci Untuk Mencinta

Start from the beginning
                                    

"Gue setuju dengan kata-kata lo." Orion mengusap puncak kepalaku, membuat jantungku berdentum-dentum cepat. Astaga, mau sampai kapan jantungku berdetak kencang setiap kali Orion melalukan hal manis untukku?

Bianglala kembali bergerak dan aku mencoba menikmati momen indah ini. Aku ingin Tuhan memberikan ruang waktu yang sangat panjang agar Orion bisa tetap berada di segala sisiku. Seperti penuturan yang keluar dari mulutnya itu.

Aku memejamkan mata untuk menikmati kebersamaan ini.

"Triple O em ji .... Seru banget pacaran sama Orion!! Aaaaaaaaaah!!"

Sungguh ada angin apa yang membawa jiwaku meronta untuk menggerakkan bibir dan berseru lantang di dalam bianglala dengan kata-kata norak seperti seruanku tadi. Berteriak sekencang mungkin ke arah langit berbintang. Orion tertawa renyah menyaksikan kelakuanku yang sangat nekat ini. Dan aku pun ikut tertawa bersamanya, sembari merasakan manisnya cotton candy yang tersisa separuh.

"Oh iya, tadi ... lo bete kenapa sih?" tanya Orion kemudian saat kami baru saja turun dari wahana. Entah kapan lagi aku dan Orion bisa menikmati saat-saat indah seperti di atas bianglala tadi.

Sekilas, Orion tampak melirik Arraja yang sedang memberikan Cherry sebuah minuman botol. Astaga, kenapa mereka berdua jadi terlihat akrab?

Aku langsung mengubah ekspresi wajah menjadi kesal, terlebih kembali teringat sepatu incaranku yang sudah diambil oleh Arraja. "Jadi tuh tadi gue mau beli sepatu, tapi sepatu incaran gue malah udah dibayar sama Arraja. Gue nyoba minta ... dianya nggak mau. Ya gue kesel maksimal dong. Iya sih artinya itu sepatu bukan hak gue, tapi tetep aja kesel banget kalau yang dapatin sepatu si Raja Neraka!"

Alih-alih bersimpati atau ikutan sedih, Orion justru malah tertawa setelah mendengar penuturanku. Memangnya apanya yang lucu?

"Nah itu lo udah tahu, kan, kalau sepatu incaran lo berarti bukan rezeki lo. Udah, relain aja, oke, Ay? Next ... gue yakin lo bakal dapatin yang lebih bagus lagi. Sama kan kayak pacar, di saat lo harus rela ngelepasin doi, lo berharap bakal dapat pengganti yang lebih baik lagi."

Aku tersenyum simpul. "Makasih ya, Yon, lo emang selalu menghibur hati gue."

"Itu kan gunanya pacar?" Orion mengedip singkat ke arahku.

Tentu saja aku hanya bisa berdiri kaku, seolah membeku di tempat. Untung saja sebelum Orion mendengar degup jantungku yang menggila, dia kembali membuka suara. "By the way, Yudis sama Agil ke mana ya? Teman-teman lo juga nggak kelihatan," ujar Orion sembari menatap sekeliling.

Aku mengeluarkan ponsel. "Nggak tahu, Yon. Gue coba deh hubungin mereka."

"Oke siap. Oh iya, lo tunggu di sini sebentar ya, gue mau nyari toilet dulu."

Belum sempat aku menjawab, Orion segera bergegas meninggalkanku. Aku melambai singkat ke arah Orion menghilang dengan diiringi sebuah lengkungan tipis di sudut bibirku. Sepersekian detik, aku hendak membalikkan badan saat seseorang berdiri atau berjalan di belakangku, sontak saja minuman yang sedang dibawanya tumpah membasahi pakaianku. Triple O em ji, aku menganga lebar saat mendapati Arraja yang berdiri di depan. Bukannya merasa bersalah dan minta maaf, cowok rese itu justru menyeringai jahil, seolah-olah perbuatan tersebut memang disengaja olehnya.

"Sumpah ya, lo jadi orang ...." Oke, aku kehabisan kata-kata untuk memaki raja jahil titisan neraka ini. Aku mengatupkan rahang menahan geram saat Arraja malah melenggang santai meninggalkanku.

"Eh Arraja!"

Cowok itu menghentikan langkah, lalu tak segan-segan menoleh dan menatapku dengan ekspresi mengesalkan tingkat dewa.

Be My Miracle Love [End] ✔Where stories live. Discover now