Tujuh

3.8K 581 52
                                    

Hayooo siapa yang nungguin??

Yok vote dulu!

Kasih komen biar rameee hahahaha

Selamat membacaaaa <3

***

Kini Hana sudah bisa bernapas lega karena kondisi ayahnya yang perlahan membaik, ia juga sudah bisa dengan leluasa mengajar dan tanpa beban—memikirkan ayahnya. Hana sudah bisa benar-benar tersenyum, tidak seperti sebelumnya yang tersenyum tetapi kemudian murung lagi. Hana juga diam-diam selalu bersyukur karena memiliki suami seorang dokter yang selalu merawat ayahnya dengan baik. Entah kenapa, tetapi sekarang pernikahannya terasa benar. Ya, setidaknya untuk saat ini.

"Langsung pulang, Miss Hana?" tanya seseorang ketika melihat Hana berkemas, Rena—rekan kerja Hana. "Enggak mau gabung makan dulu sama kita? Jarang-jarang loh kita pulang agak pagi."

Hana tersenyum dan menggeleng pelan. "Lain kali ya, Miss. Saya mau ke rumah sakit soalnya."

"Ayah udah baikan, kan, Miss?" Hana membenarkan. "Syukur ya, Miss. Titip salam buat ayah."

"Makasih, Miss."

"Hari ini pulang sama Hamas lagi, Miss?" tanya Maya, rekan kerja Hana yang lain. Hana membenarkan. "Kok setiap hari antar-jemput Hamas, Miss?" Hana menatap Maya yang terlihat penasaran, begitu juga dengan rekan kerjanya yang masih ada di ruang guru.

"Ee—iya, emang antar-jemput Hamas setiap hari, soalnya kan saya kerja buat itu." jawab Hana sambil susah payah menyembunyikan kebohongannya.

"Berapa sih gajinya, Miss? Kok kayaknya semua-semua yang ngerjain Miss Hana?" tanya Rena yang ikut penasaran. "Sampai dua digit ya, Miss?" tanya Rena lagi, tetapi Hana hanya diam—tidak tahu mau menjawab apa. "Saya juga mau kalau digaji dua digit buat ngurus anak segampang Hamas."

"Ee—enggak kok, Miss, enggak sampai dua digit," jawab Hana gugup. "Saya pulang dulu ya, Miss Rena, Miss Maya. Kayaknya Hamas udah nunggu saya."

"Hati-hati ya, Miss."

Hana tersenyum kemudian bergegas meninggalkan kantor guru sebelum rekan-rekannya bertanya-tanya lebih banyak tentang 'pekerjaan sampingan'nya. Hana memang belum mengumumkan pernikahannya pada rekan kerjanya, selama ini Hana mengaku memiliki pekerjaan tambahan sebagai pengasuh Hamas.

Hana tahu ia bodoh telah berbohong karena kenyataannya ia tidak bekerja sebagai pengasuh, tetapi menjadi ibu dari Hamas. Namun Hana merasa belum siap untuk mengatakan pada para rekan kerjanya bahwa ia sudah menikah dengan ayah Hama yang tidak pernah menampakkan diri di sekolah. Karena Hana tahu, berita pernikahannya akan menggemparkan sekolah dan membuat hidupnya di sekolah yang nyaman terganggu.

"Ibu lama banget," gerutu Hamas yang sudah berada di mobil dengan muka ditekuk. "Aku udah laper, Ibu."

Hana tersenyum dan mengusap pipi Hamas dengan sayang. "Maaf ya, tadi ibu ngobrol dulu sama Miss Maya sama Miss Rena. Hamas mau dimasakin apa?"

"Ayam kecap!" seru Hamas yang membuat Hana tertawa pelan melihat perubahan suasana hati Hamas, dari kesal menjadi begitu bersemangat. "Ayo Pak Yo kita pulang! Aku udah laper banget!"

"Siap Mas Boss!"

Hana kembali dibuat tersenyum dengan kelakuan anaknya. Jujur saja, Hana tidak pernah menyangka akan langsung mendapatkan anak setelah ia menikah, terlebih anak yang begitu menakjubkan seperti Hamas. Meski di awal perkenalannya dengan Hamam, Hana menganggap sang ayah sudah keterlaluan karena memperkenalkannya dengan sosok laki-laki yang sudah memiliki anak, tetapi kini Hana begitu bersyukur dengan kehadiran Hamas. Ya, walau baru beberapa hari, tetapi Hamas sudah memberi warna yang berbeda pada hidup Hana. Sekali lagi, kini Hana merasa pernikahannya terasa benar.

Me After YouWhere stories live. Discover now