Tiga Puluh Empat

3.2K 482 88
                                    

Halooo!!

Ada yang nunggu dong.. masa engga ada?🤪

Sebelum baca, VOTE dulu dong!

Selamat membaca~

***

Hana menatap jalan raya dari dalam mobil dengan diam. Saat ini ia sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit, dan entah kenapa hal itu membuat perasaannya bercampur aduk. Sedikit takut dan resah, berbagai pertanyaan bagaimana terus menghantuinya. Membuat Hana merasa tidak nyaman dan tidak tenang sama sekali.

Setelah Hana pingsan dan mencurigai bahwa istrinya sedang hamil, Hamam memang langsung menjadwalkan Hana untuk bertemu dengan rekan kerjanya yang merupakan dokter kandungan, karena bagaimanapun mereka harus memastikan kehamilan Hana yang sebelumnya masih menjadi asumsi Hamam itu.

"Mas Hamam udah nunggu, Mbak," ujar Satrio saat mobil mereka sudah memasuki area rumah sakit dan melihat sosok Hamam yang memang sedang berdiri di depan lobby rumah sakit. "Nanti kalau sudah selesai langsung telepon saya, ya, Mbak."

Hana mengulas senyumnya. "Iya, Pak, nanti saya telepon Pak Yo," ujar Hana sebelum turun dari mobil, Hamam menyambut kedatangannya dengan tersenyum kecil. "Aku kira kamu nunggu di depan ruangan Dokter Elina."

"Aku enggak tega biarin kamu jalan sendiri ke sana," jawab Hamam yang membuat Hana tersenyum lembut. "Ayo," Hamam menggenggam tangan Hana sebelum melangkah masuk ke rumah sakit, namun langkahnya terhenti karena Hana tidak kunjung mengikutinya. Hamam menatap Hana bingung. "Kenapa?"

Hana terdiam sejenak sebelum memberanikan diri menatap Hamam. "Kalau.. kalau hasilnya enggak sesuai sama yang kita harapkan, kamu jangan kecewa ya, Mas."

Hamam menghela napas pelan dan melangkah mendekati Hana, ia menangkup pipi Hana agar wanita yang kini menunduk itu menatapnya. "Apapun hasilnya aku bakal terima," ujar Hamam mencoba meyakinkan Hana. "Yang lebih penting sekarang kita harus pastiin biar kamu enggak mikir yang aneh-aneh lagi."

Hana menghela napas berat sebelum mengangguk pelan, Hamam kembali menggenggam tangan Hana dan membawanya pergi ke ruangan dokter kandungan yang juga salah satu rekan kerjanya.

"Dokter Hamam, Nyonya Athaya," sambut Elina setelah Hamam dan Hana masuk ke ruangan. "Senang bertemu lagi, silakan duduk," Hamam dan Hana pun duduk di kursi yang telah disediakan. "Apa kabar, Nyonya Athaya?"

"Saya baik, panggil Hana saja, Dok." jawab Hana dengan canggung.

Elina mengangguk. "Baik, Nyonya Hana. Jadi, apa yang bisa saya bantu?" Hana terdiam karena bingung bagaimana harus menjelaskan permasalahannya karena yang berasumsi bahwa ia sedang hamil adalah Hamam. Elina yang tidak kunjung mendapatkan jawaban menatap Hamam dan Hana secara bergantian dengan bingung. "Jadi? Apa Nyonya Hana baru saja melakukan tes kehamilan lagi?"

"Enggak, Dok," jawab Hamam. "Kali ini istri saya belum melakukan tes kehamilan," Hamam memperjelas jawabannya. "Tapi akhir-akhir ini istri saya jadi lebih sensitif dan bulan ini belum mendapat datang bulannya."

Hana menatap Hamam tidak percaya, bagaimana bisa Hamam memperhatikan siklus menstruasinya?

Elina mengangguk mengerti. "Agar lebih jelas, sebaiknya kita lihat sama-sama lewat USG ya. Silakan Nyonya Hana," ujar Elina sambil mengarahkan Hana untuk berbaring di ranjang. "Semoga kali ini hasilnya positif, ya," dibantu perawatnya, Elina segera melakukan pemeriksaan USG. Tidak lama Elina tersenyum ketika melihat Hamam yang sedang melihat layar monitor dengan serius. "Dokter Hamam bisa lihat sendiri," ujar Elina seolah menyadarkan Hamam yang sejak tadi memantau layar monitor. "Di sini ada janin yang sedang berkembang. Jadi, selamat, Nyonya Hana saat ini sedang mengandung dengan usia kandungan yang memasuki minggu ke-enam."

Me After YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang