Dua Puluh Sembilan

2.8K 490 56
                                    

Haluuwww!

Aku dateng lagi xixixi

Jangan lupa vote!

Komen juga deng..

Selamat membaca~

***

Hari ini setelah pulang sekolah Hana tidak langsung pulang ke rumah, ia pergi dulu ke apartemen Fasa untuk melihat keadaan adik iparnya itu, meski sebenarnya Fasa sudah mengirim pesan bahwa dia baik-baik saja. Tapi Hana yang begitu khawatir, terlebih dengan keadaan Fasa yang sekarang, membuat Hana memutuskan untuk mengunjungi adik iparnya itu.

"Sampai rumah langsung cuci tangan, ganti baju, terus tidur ya, Abang," ujar Hana sebelum turun dari mobil. "Nanti kalau ada apa-apa langsung minta tolong Bi Asih buat telepon ibu, oke?"

Hamas mengangguk patuh. "Oke, Ibu."

Hana menghela napas pelan dan memeluk anak laki-laki itu sebelum menutup pintu mobil, membiarkan mobil yang ia tumpangi itu melaju meninggalkannya. Hana sebenarnya juga mengajak Hamas untuk ikut menemui Fasa, tetapi anak laki-laki itu menolak, ia memilih untuk langsung pulang. Membuat Hana terheran-heran karena tidak biasanya Hamas memilih pulang sendiri, karena biasanya Hamas pasti akan merengek untuk ikut ke manapun Hana pergi, namun Hana pun tidak mau ambil pusing dengan pilihan Hamas dan menyetujuinya saja.

"Hana?"

Hana yang sedang menunggu lift menatap seseorang yang baru saja menyapanya. "Fathur?" Hana nampak terjekut dengan siapa yang dia lihat. "Kamu ngapain di sini?"

"Aku tinggal di sini," jawab Fathur dengan senyum lebarnya. "Kamu sendiri ngapain?"

"E—oh, adik iparku tinggal di sini."

Fathur mengangguk mengerti. Tak lama pintu lift terbuka, Hana segera masuk ke lift tersebut, begitu juga dengan Fathur. "Adik iparmu di lantai sepuluh?" Hana yang baru saja menekan tombol lift hanya membenarkan. "Kebetulan apartemenku juga di lantai sepuluh," Hana hanya mengangguk pelan. "Aku kira kita masih berteman, Hana."

Hana menatap Fathur bingung. "Dari dulu kita emang temen."

"Tapi kenapa kamu seolah ngehindarin aku?" Hana terdiam. "Sejak terakhir kali kita ketemu, enggak ada satu pun pesanku yang kamu bales, dan sekarang kita kayak orang asing."

"Tolong mengerti kalau sekarang aku udah menikah, Fathur," jawab Hana setelah menghela napas pelan. "Aku udah bersuami, dan suamiku enggak suka aku deket sama laki-laki mana pun termasuk kamu," Hana menatap Fathur kesal. "Dan kamu pikir aku perempuan yang kayak gimana sampai-sampai mau bales chat bahkan ketemu sama laki-laki sementara aku udah bersuami?"

"Aku enggak minta apa-apa, Hana. Aku cuma minta kita temenan kayak dulu, itu aja." sahut Fathur membela diri.

Hana menatap Fathur tajam. "Kalau aku membuka pintu 'temenan' yang kamu maksud itu, apa kamu bisa jamin kalau bakal enggak ada apa-apa di antara kita? Apa kamu bisa jamin kalau suamiku bisa nerima pertemanan kita?"

"Kamu aneh," komentar Fathur. "Aku cuma mau kita berteman kayak dulu, tapi kenapa reaksimu berlebihan?"

"Karena dari awal kamu yang ngebuat reaksiku berlebihan."

Pintu lift terbuka di lantai tujuan Hana, wanita itu bergegas keluar dari lift, meninggalkan Fathur yang masih terdiam di tempatnya. Hana tidak peduli, ia juga tidak mau tahu bagaimana perasaan Fathur atau apakah ia sudah melukai pria itu.

Hana menghela napas pelan. Sekarang ia sudah sampai di depan pintu apartemen Fasa, dengan perlahan Hana mengetuk pintu itu. Tidak butuh waktu lama, Fasa sudah membukakan pintu untuk Hana. "Kakak!" Fasa menyambut Hana dengan antusias, wanita itu juga langsung memeluk Hana dengan erat. "Kenapa repot-repot ke sini? Kan aku udah bilang kalau aku baik-baik aja."

Me After YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang