Lima Belas

3.8K 575 34
                                    

Yok!

Vote dulu yok!

Komen juga biar rame!

Selamat membaca <3

***

"Wah, ada yang lagi makan siang nih."

Seseorang muncul dari balik pintu ruangan Hamam, membuat Hamam tanpa sadar menghela napas berat—sebagai pertanda bahwa ia terganggu dengan kehadiran Dika, orang itu. "Dunia emang udah mau kiamat," ujar seseorang yang muncul dari belakang Dika, Gian. "Gue agaj khawatir kalau bentar lagi tiba-tiba langit runtuh karena Hamam rajin makan, sering pulang ke rumah, dan ngatur jadwalnya dengan teratur."

Hamam tidak menjawab ejekan teman-temannya, ia memilih memakan makan siangnya yang tersisa sedikit dalam diam. "Kalau tahu lo nikah jadi kayak gini, gue suruh lo nikah dari dulu, Mam." ujar Dika dengan tawa renyah.

"Kalian iri sama gue, ya?" setelah menghabiskan makannya dan meminum air mineral, Hamam mulai menanggapi ejekan teman-temannya. "Kalian berdua udah lama nikah tapi belum pernah dibuatin bekal. Kalian iri, kan?"

"Sial," umpat Gian yang sudah kalah telak karena ia memang istrinya tidak pernah membuat bekal untuknya. "Gue ngaku kalah karena bini gue enggak bisa masak."

Dika tertawa. "Sori, ya, Yan. Tapi gue pernah dibawain bekal meski lauknya beli."

Hamam hanya menggeleng pelan melihat kelakuan teman-temannya sambil merapikan kotak bekal yang sudah kosong—berbagai macam makanan yang dibawakan Hana sudah ia lahap sampai habis. Meski tidak pernah mengatakannya, namun Hamam akui jika masakan Hana memang tidak ada duanya.

"Weekend ini lo bawa Hana ke nikahan Yudha, kan, Mam?"

Hamam mengernyit. "Yudha siapa?"

"Yudha residen di paru," jawab Dika. "Kita pernah makan sama dia, Mam."

Hamam semakin mengernyit. "Logikanya lo enggak bakal diundang ke nikahannya dia kalau lo enggak kenal dia kan, Mam?" kini Gian yang bersuara.

"Emang gue dapet undangan?"

"Astaga, Hamam," Dika berujar gemas, ia kemudian melemparkan sebuah kartu undangan yang ada ke meja Hamam. "Ini udah diedarin dua minggu yang lalu, Mam."

Hamam memperhatikan kartu undangan itu. "Perasaan gue baru lihat."

Dika dan Gian sama-sama memutar mata jengah. "Gue pikir lo udah jadi lebih baik, ternyata sama aja," cibir Dika. "Ya udah, besok bawa si Hana ke nikahannya Yudha, sekalian kenalin dia ke temen-temen yang lain. Sampai sekarang pernikahan lo masih jadi gosip panas di rumah sakit, Mam."

"Gue enggak peduli."

"Tapi emang lo mau Hana digosipin yang aneh-aneh terus padahal dia enggak ngapa-ngapain?" kini Gian yang berbicara.

Kali ini Hamam hanya diam, hingga sebuah suara pesan masuk memecah keheningan. Hamam bergegas memeriksa ponselnya, sebuah pesan dari Hana.

Hana

Hari ini Hamas nemenin aku ketemu sama Lala

Dan makan lagi, padahal tadi di sekolah udah makan banyak

Dan makan lagi, padahal tadi di sekolah udah makan banyak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Me After YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang