Tiga Belas

3.6K 565 70
                                    

Halooww!

Ada yang nungguin Mas Hamam sama Hana?

Yok VOTE duluu!

Jangan lupa kasih komen!

Selamat membaca~

***

Suara bel terdengar, menjadi sebuah tanda untuk anak-anak agar segera istirahat sejenak dari aktivitas belajar mereka. Hana tersenyum senang melihat anak-anak yang bersemangat pergi keluar kelas untuk bermain di area bermain, termasuk Hamas yang kini sudah berlari keluar dengan teman-temannya.

"Miss Hana," seseorang dari luar kelas memanggil Hana. "Ada tamu buat Miss Hana."

Hana mengerutkan keningnya heran. "Tamu? Siapa?"

"Saya juga kurang tahu, Miss. Cuma bilang kalau temennya Miss Hana."

Hana mengerutkan keningnya namun tetap berterima kasih pada orang yang baru saja memberikan informasi bahwa ia saat inis edang memiliki tamu. Sambil menerka-nerka siapa yang bertamu di sekolah, Hana berjalan menuju ruang tamu yang memang disediakan sekolahnya untuk menerima tamu baik dari wali murid atau tamu dari para pegawai sekolahan. Namun langkah Hana terhenti ketika mendapati sosok yang sedang duduk sendiri di sofa ruang tamu, dan seolah menyadari keberadaan Hana, sosok itu pun menoleh dan tersenyum lebar saat menatap Hana.

Entah kenapa jantung Hana berdebar melihat senyum lebar itu, rasanya ia sudah lama tidak melihat senyum cerah itu. Senyum yang bisa menenangkan hatinya, dulu. Melihat ruang tamu yang cukup ramai, Hana pun memutuskan membawa tamunya ke taman yang tidak jauh dari area bermain anak-anak.

"Tahu dari mana kamu kalau aku kerja di sini?" tanya Hana setelah duduk di kursi taman.

Fathur—orang itu menyandarkan punggungnya di punggung kursi taman dan tersenyum. "Kamu lupa kalau aku punya banyak mata-mata?"

"Basi." sahut Hana sambil memutar matanya jengah dan membuat Fathur tertawa kecil.

"Udah lama kita enggak ngobrol sesantai ini." ujar Fathur setelah menghela napas pelan.

Hana mengernyitkan keningnya. "Emang kapan kita pernah ngobrol serius? Kita selalu kayak gini."

Fathur membenarkan pernyataan Hana, mereka pun diam untuk sesaat. Sibuk dengan pikiran masing-masing. "Sebenernya kamu ada perlu apa sama aku sampai-sampai kamu dateng ke tempat kerjaku?" tanya Hana memecah keheningan.

"Emang aku udah enggak boleh ketemu kamu lagi?" tanya Fathur dengan pandangan terluka. "Karena kamu udah.. nikah?"

Hana menghela napas pelan. "Kamu tahu bukan itu maksudku."

"Tapi emang bener kamu udah nikah?" tanya Fathur dengan serius. "Aku masih susah percaya kalau kamu udah nikah."

"Emang kelihatannya gimana?" tanya Hana sambil menatap Fathur jenaka, mencoba tidak membawa pembicaraan mereka ke arah yang serius.

Fathur menatap Hana dengan teliti. "Kamu masih kayak Hana yang dulu.. enggak banyak yang berubah," Fathur mulai menilai. "Kamu juga belum pakai cincin kawin," tanpa sadar Hana mengepalkan tangan kanannya. "Tapi kalau dilihat dari respons laki-laki yang ngaku sebagai suamimu kemarin.. kamu memang udah menikah, atau seenggaknya punya hubungan sama kamu."

"Kamu juga enggak pernah berubah, masih paling pinter kalau soal analisa," sahut Hana sambil tersenyum kecil. "Dan, iya, aku memang bener-bener udah nikah sama laki-laki yang kamu lihat kemarin."

"Kenapa?"

Hana mengernyit bingung. "Kenapa apanya?"

"Kenapa kamu menikah sama dia?"

Me After YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang