Empat Puluh Tiga

3.1K 435 103
                                    

Akhirnya aku updaattee!!!

Yang nunggu bisa kasih VOTE dulu sebelum baca🫶 kasih komen juga biar rame dong!

Selamat membaca~

***

Pagi ini Hamam disibukkan dengan kegiatan pemeriksaan kesehatan untuk warga yang diadakan di balai desa. Pemeriksaan Kesehatan yang dilakukan secara gratis itu membuat para warga antusias menghadiri acara itu sehingga warga yang hadir cukup banyak. Untung saja Hamam tidak bekerja sendiri, ada Ahsan dan beberapa pemuda desa yang membantunya, sehingga ia tidak merasa kewalahan.

"Banyak juga yang datang hari ini," ujar Ahsan yang sedang mencatat data seorang warga. "Biasanya kalau ada pemeriksaan gratis enggak akan sebanyak ini yang dateng."

"Kayaknya banyak yang dateng bukan bener-bener mau periksa deh, tapi mau lihat Dokter Hamam," jawab seorang pemuda—Rizki. "Lihat aja yang dateng kebanyakan ibu-ibu sama mbak-mbak, mana dandannya menor," Ahsan tertawa kecil menyadari kebenaran yang diucapkan Rizki. "Eh, ada Mbak Hana."

Hamam yang sejak tadi memang mendengar percakapan antara Ahsan dan Rizki menatap Hana yang baru saja datang bersama seorang wanita tua. Wanita itu nampak mengambil nomor antrian yang dibagikan oleh seorang gadis remaja yang ikut membantu Hamam sebelum duduk di kursi yang telah disediakan untuk menunggu panggilan.

"Saya sakit apa ya, Dok?" tanya seorang wanita yang sedang diperiksa oleh Hamam, membuat Hamam yang semula menatap Hana kini beralih menatap wanita itu. "Saya susah tidur kalau malem, tapi selalu bangun pagi. Nafsu makan saya juga berkurang."

"Dari hasil pemeriksaan tekanan darah ibu normal, tidak ada gejala yang berarti juga," jawab Hamam dengan perlahan. "Apa mungkin ibu sedang memikirkan sesuatu akhir-akhir ini?" tanya Hamam. "Karena bisa saja ibu sedang stress," wanita itu Nampak menghela napas pelan. "Saya tidak akan memberi obat, ibu cukup istirahat dan menenangkan diri saja, tapi jika ada gejala yang berarti ibu bisa datang ke klinik."

"Terima kasih, Dok."

"Sama-sama, Ibu."

"Dia itu janda, Dok. Suaminya pergi sama perempuan lain," celetuk Rizki setelah wanita itu pergi. "Kayaknya lagi deketin dokter itu, lihat aja dia enggak kenapa-napa."

"Orang yang kelihatannya baik-baik aja, bisa jadi punya masalah yang berat," sahut Hamam. "Jangan suka nganggep orang yang dateng ke klinik atau rumah sakit itu punya masalah yang sepele karena kita enggak akan pernah tahu masalah yang dia punya."

Rizki terdiam mendengar ceramah Hamam, yang membuat Ahsan ikut mendelik pada Rizki seolah meminta pemuda itu untuk tutup mulut. Ahsan pun segera memanggil nomor antrean selanjutnya agar Hamam segera memeriksa para warga yang sudah mengantre karena hari sudah semakin siang.

Karena pemeriksaan gratis ini hanya untuk memeriksa berat badan, lingkar perut, tensi, cek gula darah, asam urat, dan kolesterol, Hamam pun dapat melakukan pemeriksaan dengan cepat namun cermat. Ia hanya akan memberikan rekomendas-rekomendasi kepada para warga, meski tetap ada saja warga yang perlu pemeriksaan lanjutan.

"Nomor antrean tiga puluh lima." Ahsan sedikit berseru untuk memanggil antrean berikutnya, hingga tak lama si pemilik nomor antrean berdiri dari duduknya dan segera menghampiri Ahsan. "Mbok War nomor tiga puluh lima?" tanya Ahsan dengan ramah yang dibenarkan oleh Warsih—si pemilik nomor antrean, sambal memberikan kartu yang bertuliskan nomor antrean miliknya itu. "Eh, Mbak Hana. Enggak ikut periksa, Mbak?"

Hana tersenyum tipis. "Saya cuma nganter Mbok War aja, Mas Ahsan," jawab Hana dengan ramah. "Kebetulan beberapa waktu lalu saya habis check up juga."

Me After YouWhere stories live. Discover now