Empat

4.1K 545 30
                                    

Aku tau ini telat, tapi semoga masih ada yang nunggu hehehe

Kasih vote biar aku semangat <3

Selamat membaca~

***

Hana baru saja selesai sarapan dan berniat bersiap-siap untuk pergi ke rumah sakit ketika suara pintu diketuk dengan tergesa-gesa terdengar. Suara ketukan itu semakin keras dan terdengar tidak sabar. Mungkin pintu rumah Hana akan didobrak jika saja Hana tidak buru-buru membukakan pintu untuk orang itu.

"Lala?" Hana terlihat terkejut dengan keberadaan sahabatnya, telebih penampilan Lala sekarang sangat berantakkan. "Kamu kenapa?"

"Harusnya aku yang tanya," sahut Lala cepat. "Kamu kenapa?"

Hana mengernyitkan keningnya bingung. "Orang jelas-jelas kamu yang enggak baik-baik aja kok," jawab Hana yang masih belum mengerti dengan tingkah aneh Hana. "Kamu yang kenapa-kenapa."

"Aku baik-baik aja, Hana," sahut Lala jengkel. "Kamu yang gila karena tiba-tiba nikah."

"Kamu tahu dari mana?"

Lala melotot. "Jadi bener kamu nikah?!" Hana diam, tidak memberi jawaban. "Astaga, Hana. Kamu gila, ya?!" seru Lala kesal. "Kenapa kamu tiba-tiba nikah?! Kamu mau nikah sama siapa?!"

Hana menghela napas pelan, ia mempersilakan Lala masuk dan menutup pintu. Ia pun enggan menjawab pertanyaan Lala dan bergegas masuk ke kamar. "Hana!" Lala kembali berseru kesal karena Hana tidak memberi jawaban. "Kamu nikah sama siapa?!"

"Dokter Hamam."

"Dokter Hamam siapa? Sejak kapan kamu kenal sama dia? Kenapa kamu tiba-tiba memutuskan buat nikah sama dia?" cecar Lala tak sabaran.

Hana mendengus. "Bukannya kamu bilang aku harus buka hati buat orang baru dan nyuruh aku buat nikah?" tanya Hana jengah. "Sekarang giliran aku mau nikah kenapa kamu malah uring-uringan kayak gini sih, La?"

"Karena kamu udah gila, Hana," sahut Lala dengan gemas. "Demi Spongebob dan kerang ajaibnya, baru kemarin kamu bilang enggak mau nikah, dan tiba-tiba hari ini aku dapet kabar kalau kamu mau nikah. Gimana aku enggak uring-uringan?!" Lala menghela napas berat, kembali mengatur emosinya agar tidak semakin meledak. "Sekarang bilang sama aku kalau kabar yang aku denger subuh tadi bohong."

Hana menghela napas pelan. "Kamu mau denger aku bilang apa?" Hana bergegas pergi ke kamarnya untuk bersiap, Lala membuntuti Hana. "Aku emang mau nikah, pagi ini jam delapan."

"Hana!" Lala memegang lengan Hana dan membuat sahabatnya itu berbalik dengan paksa. "Kamu gila? Kamu mau nikah sama siapa?!"

"Aku udah bilang kalau aku bakal nikah sama Rahadian Hammam Ahmadi, Dokter Hamam, pasangan kencanku tempo hari," jawab Hana malas-malasan. "Kamu mau aku nikah, kan? Hari ini aku nikah, jadi kamu enggak perlu lebay kayak gitu."

"Masalahnya kamu nikah sama stranger, Hana!" Lala berseru kesal, ia sudah tidak tahan lagi dengan sikap gila sahabatnya itu. "Kamu enggak tahu dia, kamu enggak kenal dia, dan dia enggak kenal kamu! Gimana kalau dia nyakitin kamu?!"

"Kamu sendiri yang bilang kalau aku enggak perlu memikirkan kemungkinan-kemungkinan terburuk," sahut Hana yang mulai terpancing emosi. "Kamu sendiri yang bilang kalau aku harus mencoba. Sekarang aku mau mencoba, tapi kenapa kamu malah kayak gini?!"

"Karena kamu nikah sama orang yang bener-bener enggak kamu kenal, Hana," jawab Lala. "Kamu tahu maksudku, kan?" Lala mengusap wajahnya kasar. "Kalau kamu mau nikah, nikah sama seseorang yang seenggaknya kamu tahu siapa keluarganya. Bukan kayak gini, enggak kayak gini."

Me After YouWhere stories live. Discover now