(59) Berlian

1.1K 57 8
                                    

🍳🍳

Temenan sama orang brengsek bukan berarti kamu ikut rusak. Terkadang kita butuh orang seperti itu untuk mengerti arti sebuah hubungan.

Karina Valenssia

🍳🍳

Karin segera keluar dari mobil Dylan dan berjalan cepat masuk ke panti.

"Ati-ati jalannya, cantik!" Seru Dylan dari balik kemudi.

"Kevin denger mampus lo Dy!" Ujar Tanduk yang duduk di belakang bersama Andre dan Tin Tin.

"Iya, Dylan cerewet!" Balas Karin sembari teriak membuat Dylan melongo kesal.

Karin memasuki panti asuhan yang nampak ramai seperti biasa. Beberapa anak girang menyapa dirinya dan hanya dibalas sapaan sebentar. Ia memutari gedung panti yang tak terlalu besar. Akhirnya, setelah sempat bertanya pada ibu panti, Bu Wahyuni, Karin bertemu dengan Kinar. Ternyata Kinar sedang ada di kamar Kai, membacakan buku cerita.

"Karin." Kinar nampak semangat ketika Karin datang. Namun, Karin hanya menatapnya dengan rasa bersalah. Hari ini ia tak tahu jika Kevin punya urusan dadakan. Kinar langsung memeluk Karin hangat dan Karin membalasnya dengan lembut.

"Tante, Maafin Karin. Kak Kevin lagi ada perlu." Lirih Karin merasa bersalah. Namun, Kinar tersenyum sembari melepaskan pelukan.

"Iya, gak papa. Tante bakal cari cara."

Karin mengangguk. "Nanti Karin coba ngomong lagi sama Kak Kevin." Lanjut Karin.

"Iya. Makasih Karin, kamu udah mau bantu Tante yang bukan apa-apa kamu."

Cewek itu mengerjap, terlihat terkejut. "Tante kan mamahnya Kak Kevin. Ya itu berarti mama duanya Karin." Jawabnya santai seakan itu adalah hal yang biasa. Awalnya, Kinar nampak terkejut, namun kemudian tawa kecilnya pecah.

"Kamu emang mau punya mama kaya tante?"

Dia mengangguk saja tanpa beban. "Mau lah."

"Tante itu nggak baik." Kinar tersenyum miris.

"Menurut Karin, tante itu baik. Baik-buruknya itu cuma pandangan orang aja, tante." Jawab Karin lagi. Kinar tak bisa menahan senyumnya. "Eh, tante, Karin duluan, ya? Maaf, tante. Karin ditungguin sama temen-temen."

Kinar tersenyum maklum. "Sama temen-temennya Kevin, kan?" Tebaknya membuat Karin mengerutkan kening.

"Kok Tante tau?" Tanyanya sambil tertawa.

Kinar mengangguk. "Mereka sebenernya baik kok. Sana,"

Karin menghela nafas lalu memeluk Kinar sekali lagi. "Maaf tante."

"Iya."

Setelah itu, Karin kembali ngacir keluar panti sembari membalas sapa-sapaan anak kecil dan Bu Wahyuni. Sampai di sebelah mobil mengkilap berwarna hitam milik Dylan, ia berhenti. Memandangi Sungut yang sedang mencoba tersenyum padanya. Sungut ada di belakang mobil, menggunakan motor bersama Ana yang memboncengnya.

Karin melambai sambil tersenyum sumringah. Seakan ia baik-baik saja. Memang seperti itu, ia harus meyakinkan orang lain bahwa ia baik-baik saja. Dia bukan cewek lemah. Setidaknya, terus-terusan berjuang itu adalah sifat mendarah daging di dirinya. Ia hanya akan berhenti jika tindakan itu memang dibutuhkan.

KARIN✔Where stories live. Discover now