(58) Yaudah

1.1K 51 21
                                    

🍳🍳

Yaudah sih ya. Aku emang gak bisa marah sama kamu

Karina Valenssia

🍳🍳

Pyar!!

"Woi, diem bangke! Itu piala gue tai!" Teriak Kevin kesal sembari melotot pada Andre dan Tanduk. Mereka itu baru saja baku hantam gara-gara hal kecil terus gak senggaja nyenggol salah satu piala milik Kevin.

Mereka ada di ruang musik Kevin sekarang. Baru saja selesai latihan nge-band. Dan duo cecungguk itu udah buat ulah lagi yang bikin si pemilik rumah marah (tapi si pemilik rumah emang pemarah sih). Lah gimana enggak? Jadi gini nih, setelah selesai latihan Tanduk menemukan sebuah benda ajaib. Benda ajaib itu tak lain dan tak bukan adalah hands sanitize. Mereka berdua langsung berebut buat cepet-cepetan make sampe harus guling-gulingan di bawah dan nyenggol salah satu piala berharga Kevin.

Tanduk nyengir. "Besok gue ganti gampang!"

"Lagian cuma piala, kita bisa buat kok, kan kita berjouis." Jawab Andre santai. Tapi, Kevin mana bisa santai lagi kalau matanya udah melotot kaya Gollum di The Lord of The Rings.

"Kalau berjouis, nggak usah rebutan hand sanitize, bego. Beli!" Dylan melemparkan beberapa kacang yang baru saja ia kelupas.

"Woi, buang sampah pada temannya!" Sungut ikut-ikutan mendelik pada Dylan. Dylan nyengir lalu melemparkan remahan kacang dan kulit kacang pada Sungut.

"Jagalah kebersihan." Ucap Tin Tin kalem. Sejauh ini, hanya dia yang masih duduk anteng di sofa sambil main ponsel- kecuali Ana dan Karin tentunya. Karin dan Ana sedari tadi hanya bercerita tak jelas hingga tak memerdulikan kekacauan yang selalu orang-orang ini buat.

"Salah!" Sungut menyerobot lagi. "Jagalah pacarmu!" Dia langsung melirik Dylan. Dylan mendelik.

"Kan sekarang ada Corona. Ginian mahal, cuk!" Seru Andre sembari merebut benda yang ada di tangan Tanduk perlahan.

"Aelah, berapa sih? Paling banter cuma seratus rebu. Gue beli se pabriknya nih!" Sombong Dylan. Iyalah, anak bos, anak sultan, anak holkay, sombong itu kewajiban.

"Iya, yang anak sultan. Aku mah apa hanya butiran debu di dakimu." Tin Tin menunduk hormat.

"Beresin!" Seru Kevin kesal. "Lo juga," dia menatap Dylan tajam. "Nebar-nebar kulit kacang sembarangan lo pikir rumah gue kandang apa?"

"Sans dong, bebski. Sini-sini dek Andre peluk." Andre mendekati Kevin yang ada di sofa dengan gaya ingin memeluk.

"Najis, minggir lo maho!"

"Woi, pencuri!!" Tanduk kembali berteriak ketika menyadari hand sanitize-nya sudah tidak ada di genggaman. Dia langsung berlari mengejar Andre yang sudah muter-muter di ruangan musik kaya baling-baling bambunya Doraemon.

Dylan melempar kacang ke atas lalu menangkapnya dengan mulut. Ia berpindah duduk ke sebelah Kevin lalu menepuk pundaknya. Cowok itu kembali sinis.

"Banyak selogan bilang gini 'buanglah sampah pada temannya.' Lo-lo pada kan temen gue." Kata Dylan dengan raut wajah serius yang jelas tak selaras dengan ucapannya.

Kevin mengangkat tangan. "Woi, sejak kapan kita punya temen yang namanya Dylan?" Sontak seluruh warga- orang maksudnya- di ruangan itu berhenti melakukan aktivitas dan menatap Kevin.

"Dylan? Dylan yang mana? Dylan yang sama Milanta itu?" Tanya Sungut

"Milea." Koreksi Ana.

"Sejak kapan Milea punya penyakit maag?" Andre menggeleng.

KARIN✔Where stories live. Discover now