(32) Terlambat

1.7K 67 7
                                    

🍳🍳

"Kak Kevin sayang Karin, gak?"

Pertanyaan yang tak berguna lagi ditanyakan walaupun jawabanmu berbeda kali ini.

~Karina Valenssia

🍳🍳

Karin menatap jalanan becek di depannya dengan kosong. Ia tak tahu kemana ia melangkah. Rasanya ia benar-benar mati. Ia tahu apa artinya itu.

Linda sukses.

Dia benar-benar membuat dirinya mati. Bahkan, Karin tak akan berani memunculkan dirinya lagi di depan Kevin karena cowok itu pasti juga akan muak menatapnya.

"Hujan pergi, Kak Kevin pergi. Kenapa nggak mau nemenin Karin?" Tanya Karin lirih.

Ia benar-benar merasa mengambang. Bukan tubuhnya. Namun, hatinya. Ia juga tak mengerti mengapa Kevin hanya bisa melihat kesalahannya?

Ia merenung. Sedari tadi berjalan tanpa arah namun tak ia sadari malah keluar dari hutan dan menghadap jalan raya yang sepi sekarang.

Cewek itu mendongak menatap langit yang bersinar cukup cerah. Ia kembali menitikkan air matanya. Lihat? Bahkan, langit pun senang melihatnya sedih.

"Karin!!" Panggil seseorang sambil berlari setelah turun dari motornya.

Karin mendengarnya. Tapi ia tak peduli siapa yang memanggilnya. Buat apa menoleh jika akhirnya seseorang yang sudah melihat wajahnya langsung berpaling lagi?

Lihatlah langit. Tadi ia seakan-akan bersamanya. Menangis bersamanya. Namun, sekarang? Ia sudah pergi dan bersinar cerah. Bukankah itu mempermainkannya?

"Karin!" Seseorang menarik tangannya untuk berbalik.

Karena Karin lemah ia pun dengan mudahnya berbalik hingga menubruk dada bidang seseorang. Hangat. Rasa yang ia inginkan sejak kemarin. Namun, seseorang yang ia inginkan tak pernah memberikannya.

"Lo itu bodoh banget, sih?! Kenapa lo lari gitu aja, heh?!" Seru cowok itu kesal sambil memeluk Karin erat. Memberikan kehangatannya pada cewek yang basah kuyup karena hujan itu.

Tubuh Karin langsung menegang. Ia mengenali suara ini. Bahkan sangat mengenalinya. Perlahan Karin mendongak menatap seseorang yang memeluknya saat ini.

Seketika tangisnya pecah. Ia kembali menunduk dan terisak. Cowok itu tetap memeluknya erat. Hatinya sakit melihat Karin yang terlihat menyedihkan seperti ini. Ia tak tahu mengapa. Yang ia tahu, ia tak suka melihatnya seperti ini.

"Lo ngapain lari, heh? Lo takut sama gue?" Tanya cowok itu lagi dengan nada lembut. Karin semakin terisak dan tak bisa menjawab pertanyaan yang cowok itu lontarkan.

"Gue gak suka lo nangis. Cengeng tau gak?" Ucapnya lagi. Ia pun melepas pelukannya dan menghapus jejak air mata yang tentu masih mengalir itu. "Gue. Gak. Suka. Cewek. Nangis." Tekannya lagi.

"Siapa yang buat Karin nangis?" Tanya Karin lirih sambil terisak.

Hening. Tidak ada yang mau bicara. Kevin enggan sekali menjawab pertanyaan itu karena ia tahu jawabanya. Namun, setelah ia menarik nafas dalam ia dengan yakin menjawab pertanyaan berat Karin itu.

KARIN✔Where stories live. Discover now