(50) Janji

1.2K 46 5
                                    

🍳🍳

Aku harap kamu bisa bertanggung jawab pada janji ini.

Karina Valenssia

🍳🍳

"KARIN!!" Teriak Kevin.

Karin berteriak karena terkejut melihat anak yang ingin ia hampiri terpental jauh ke depan. Anak itu tertabrak sebuah mobil berwarna hitam. Yang pada akhirnya, mobil itu langsung melarikan diri walaupun posisi sedang ramai.

Kakinya bergerak cepat menghampiri anak yang tergeletak di tengah jalan dengan darah menggenang di kepalanya. Karin terkesiap ketika sampai di depannya, melihat betapa mengenaskannya anak itu.

"Ka..kakak?" Lirih anak itu dengan mata yang hampir terpejam. Tangis Karin langsung pecah. Ia berlutut di samping anak itu, memangku kepalanya yang berdarah dengan tangan bergetar.

"Tahan bentar, ya?" Kata Karin bergetar. "Kak Kevin, ambulan!!" Teriak Karin panik ketika Kevin sudah ada di sekitar mereka.

Sekarang Karin, Kevin dan anak kecil itu berada dalam kerumunan manusia yang menonton tanpa berbuat apapun selain hanya ikut panik. Kevin segera mengeluarkan ponselnya, melaksanakan apa yang Karin inginkan.

"Ambulan, ambulan?" Pak Bordon yang tiba-tiba masuk datang ke kerumunan langsung ikut panik.

"Udah pak," jawab yang lainnya.

"Siapa nama kamu?" Tanya Karin masih dengan nada panik. Ia berusaha membuat anak itu tetap sadar.

"Kai," jawabnya lirih dengan mata yang hampir terpejam.

"Kai bertahan bentar ya? Ambulan mau dateng, jangan tidur.." lanjut Karin.

Suara dari sirine ambulan pun terdengar memekakkan telinga. Anak kecil yang masih ada di pangkuan Karin nampak mengernyit sakit, pandangannya memburam.

"Kai.." panggil Karin lagi. Kai mengangguk lemah.

"Ka-kakak teme..temeni Kai. Kai ta-kut." Kata Kai lirih. Karin mengangguk saja.

Setelah itu, petugas rumah sakit yang Kevin telepon pun datang.

🍳🍳

Siang itu matahari sudah berpose nyentrik di langit. Panasnya menembus kulit hingga keringat pun bercucuran. Walaupun panas matahari tidak dibawa masuk, tapi efeknya sampai ke dalam- eh iklan.

Begitu pula dengan Kevin yang nampak sibuk sejak pagi tadi. Ia mondar-mandir di rumah sakit bersama Karin yang masih menangis, entah itu mengurus administrasi maupun mencari kontak keluarga dari anak kecil yang kecelakaan itu, Kai. Sampai sekarang Kai belum sadar hingga tak bisa mengorek sedikit informasi.

"Kak Kevin, Kai.. Kai kasihan," Karin kembali terisak. Mereka sedang menunggu di depan ruang UGD. Entah apa yang terjadi di dalam yang jelas sejak pagi tadi dokter yang bolak-balik keluar ruangan belum memberikan penjelasan apapun. Siang ini belum mencapai dzuhur, tapi panasnya sudah terasa sampai ke ubun-ubun.

"Iya, kamu yang tenang, Kai bakal baik-baik aja," Kevin merangkul Karin dari samping sembari mengusap bahunya, mencoba menenangkan.

Sekolah terpaksa memberikan dispensasi untuk mereka berdua karena sebelum mereka pergi ke rumah sakit, Kai meminta Karin bersamanya. Lagipula, keluarga Kai belum dikatahui, jadi pihak sekolah juga membiarkan Kevin ikut. Beberapa guru tadi sudah datang menanyakan keadaan anak kecil itu. Memang sebenarnya itu bukan urusan mereka, namun namanya jiwa kemanusiaan, terutama guru perempuan yang tak akan tega melihat anak kecil tersakiti.

KARIN✔Where stories live. Discover now