(54) Kebetulan

1.2K 57 8
                                    

🍳🍳

Aku perlu membantu, dan aku ingin membantu.

Karina Valenssia

🍳🍳

Karin membuka pagar setinggi pinggangnya dan masuk ke halaman panti. Banyak sekali anak-anak kecil yang berlarian ke sana kemari. Tawa mereka membuat suasana di sini menghangat. Sore ini memang terlihat mendung, tapi nampaknya anak-anak itu tak mau masuk ke rumah.

"Ayo, ayo.. udah mau hujan. Kita masuk, yuk?" Teriak salah seorang wanita paruh baya yang terlihat kelelahan mengatur banyaknya anak-anak. Anak-anak itu tak menghiraukannya. Mereka tetap berlarian ke sana kemari. Tak peduli sekalipun jika hujan turun membasahi pakaian mereka bahkan membuat mereka demam.

"Eh Adi! Jangan nakal! Thalita, kamu ambil lagi di dalam. Ridwan! Ridwan! Jangan lari ke sana nanti jatuh, nak!"

Karin mendekat ke wanita itu. Lalu mengucapkan permisi, membuat perhatiannya teralih ke Karin.

"Eh, nak Karin?" Bu Wahyuni mengenali Karin tentu saja karena baru kemarin mereka bertemu.

"Iya, bu. Kai-nya ada?" Tanya Karin. Bu Wahyuni mengangguk.

"Kamu masuk aja, ada lorong terus lurus, pojok sendiri kamar Kai."

Karin mengangguk. Ia berniat meninggalkan Bu Wahyuni untuk masuk ke dalam panti. Tapi ketika mendengar suara wanita paruh baya itu lagi. Karin berhenti dan berbalik. Betapa lelahnya wanita itu mengurus anak-anak yang lainnya. Ia nampak kewalahan dalam mengatur mereka. Jadilah Karin berniat membantu.

"Teman-teman, sini yuk masuk, udah mau hujan lho." Seru Karin menarik perhatian beberapa anak. Mereka menatap Karin bingung karena tak tahu siapa Karin.

"Kalian nggak mau kenalan sama temen baru? Sini dong." Ajak Karin. Sebagian besar anak menghentikan kegiatan mereka dan berlari mendekati Karin.

"Kakak temen baru?"

"Kakak siapa?"

"Kakak cantik, Thalita mau kenalan!"

Seruan mereka membuat Karin tertawa senang. "Siapa yang mau kenalan sama Kakak?"

"Aku! Aku! Aku!" Seru mereka girang.

"Masuk dulu, yuk? Mau hujan ntar kehujanan terus sakit deh." Ajak Karin.

Mereka pun akhirnya mau masuk ke panti. Mereka berbaris dengan rapi untuk masuk ke pintu. Karin tak menyangka mereka bahkan berbaris hanya untuk masuk ke rumah.

"Makasih, ya udah mau bantu ibu." Ucap Bu Wahyuni tulus. Karin mengangguk.

"Sama-sama bu. Mereka lucu, ya? Disiplin."

"Iya. Kami memang menerapkan displin sejak kecil agar terbawa sampai mereka besar."

"Wah, hebat. Biasanya anak kecil susah diatur."

"Iya. Mereka kadang memang susah diatur." Bu Wahyuni tertawa kecil. "Ayo, nak, masuk."

Karin pun segera mengikuti Bu Wahyuni masuk ke dalam panti. Anak-anak tadi berkumpul di sebuah ruangan cukup besar di salah satu sisi bangunan. Di dalamnya terdapat banyak mainan yang berserakan. Ruangan di sini hangat, temboknya terbuat dari batu-bata ekspose. Secara design terlihat ini bukan bangunan asli Indonesia. Karena ada sebuah perapian tak terpakai di salah satu dinding ruangan. Atapnya pun tinggi. Anak-anak yang tadi kembali ribut berlarian. Namun, beberapa ada yang langsung mendekat pada Karin. Terutama gadis kecil berambut keriting yang dikuncir dua.

KARIN✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang