(52) Sebuah tawaran

1.2K 42 0
                                    

🍳🍳

Rahasia itu hanya memulai kehancuran.

Karina Valenssia

🍳🍳

Sore itu, salah satu pengurus Panti Asuhan Belia Cita datang. Namanya Bu Wahyuni, ia adalah ibu dari seluruh anak panti asuhan. Ia berterima kasih pada Kevin karena telah membayar seluruh biaya rumah sakit, bahkan rela menunggu Kai yang ada di sana. Sebenarnya, Kai masih perlu dirawat di rumah sakit. Sekitar dua minggu baru boleh pulang. Tapi, Bu Wahyuni berkata mending dibawa ke panti biar  ketemu teman-temannya. Jadi, Kai bisa cepet sembuh.

Sebenarnya Kevin tahu bukan itu alasan Bu Wahyuni membawa Kai cepat pulang. Perawatan di rumah sakit selama dua minggu itu terbilang mahal. Kevin berniat membantu tapi Karin malah memilih membiarkan Bu Wahyuni melakukan apa yang ia mau. Malam itu, saat Kai sudah tertidur lelap, Bu Wahyuni membawa Kai kembali ke panti asuhan.

Karin cukup sedih karena tak bisa membantu banyak. Namun, ia berjanji akan mengunjungi Kai. Bu Wahyuni juga membuka tangan lebar-lebar jika Kevin atau Karin datang ke panti asuhan mereka.

"Dingin, mau pulang gak?" Tanya Kevin. Mereka ada di taman rumah sakit, duduk bersebelahan sembari mengamati beberapa pasien yang malah jalan-jalan malam. Karin mengusap tangannya beberapa kali, ia kedinginan.

"Iya, pulang." Jawab Karin sambil nyengir. Mereka pun beranjak pergi menuju parkiran. Kevin memakaikan helm untuk Karin lalu memakai helmnya sendiri.

"Karin, boleh tanya?" Tanya Kevin ketika Karin sudah naik ke motor. Karin tertawa.

"Tumben Kak Kevin nanya dulu. Lagian Kak Kevin kan udah tanya tuh."

Kevin tersenyum singkat. "Kenapa kamu malah bolehin Bu Wahyuni bawa Kai pulang? Kamu tahu kan Kai masih butuh perawatan."

Dari spion, Kevin dapat melihat Karin yang diam sebentar lalu tersenyum kecil.

"Coba deh Kak Kevin jadi Bu Wahyuni. Bu Wahyuni pasti gak mau berhutang budi sama anak SMA. Dia udah bersyukur banget Kai dibantu sampai operasi, tapi pasti dia bakalan nolak kalau terus-terusan dibantu. Dia bakal merasa bergantung dan bersalah sama kita. Kan nggak enak juga. Lagian, pasti Kai cepet sembuh kalau ada temen-temennya." Jawab Karin. Kevin tersenyum mengerti. Rasanya potongan-potongan dirinya kembali menyatu dalam Kevin. Karin benar-benar melengkapinya.

Walaupun Karin seperti anak kecil, ia mengembalikan tawa pada Kevin. Karin juga lembut, menyadarkan Kevin dalam setiap sarkasmenya. Karin lebih berpikiran luas menggunakan hati, dan itu menyimbangkan Kevin dalam setiap perbuatannya. Kevin bisa melangkah lebih baik jika bersama Karin. Saat itu ia sadar. Karin bukanlah sekedar cewek yang ia suka. Cewek itu menuntun dirinya dari segala kegelapan yang pernah ia masuki. Ia gak bakalan nglepas Karin sampai kapapun. Dia berjanji pada dirinya sendiri.

"Kak Kevin!" Gerutu Karin.

"Eh, kenapa?" Tanya Kevin bingung.

"Karin dingin nih! Nggak jadi pulang?" Cewek itu cemberut lucu.

"Iya, maaf. Karin sih ngajakin ngomong terus." Kevin menyalakan mesin motor dan motor yang mereka naiki mulai menembus angin malam. Karin memeluk Kevin dari belakang. Bukan apa-apa karena ia kedinginan.

Kevin tidak membawa jaket, Karin pun tidak membawa karena mereka tadi akan mengikuti upacara. Lah tiba-tiba ada kejadian ini. Kan nggak lucu, upacara pake jaket.

"Siapa yang ngajakin ngomong terus?" Tanya Karin sedikit keras mengalahi suara motor di malam hari.

"Kamu." Kevin tersenyum geli.

KARIN✔Where stories live. Discover now