My Love Lucifer (END)

By Muzillah

1.8M 104K 1.7K

Amandine Gillard, seorang putri dari Perdana Mentri Belgia sangat mencintai tunangannya Jordan De Vos seorang... More

Meet the character
Prolog
CHAPTER 1 | Interview with the Lucifer
CHAPTER 2 | Daily Life
CHAPTER 3 | Slut
CHAPTER 4 | Naughty Kids
Chapter 5 | Malmedy
Chapter 6 | He's Home
Chapter 7 | Family Dinner
Chapter 8| Wedding Dress
Chapter 9 | Uneasy
Chapter 10 | Waiting
Chapter 11 | The Proposal
Chapter 12 | Weird
Chapter 13 | Visit
Chapter 14 | Motivation
Chapter 15 | Just having Fun
Chapter 16 | Antagonis
Chapter 17 | I Hate
Chapter 18 | Who ?
Chapter 19 | What's wrong ?
Chapter 20 | Staying Up Late
Chapter 21 | Please Don't!
chapter 22 | Anger
Chapter 23 | Skeptical
Chapter 24 | Invitation
Chapter 25 | Wedding Day
Chapter 26| Our Journey Has Just Begun
Chapter 27 | Something Strange
Chapter 28 | That's Right
Chapter 29 | Sweet Night
Chapter 30 | Good Morning Lucifer
Chapter 31 | Irritate
Chapter 32 | Bastard From London
Chapter 33 | What if ?
chapter 34 | Devil Wishper
Chapter 35 | Jealousy
Chapter 36 | Date
Chapter 37 | Couple's Fight
Chapter 38 | Hungaria
Chapter 39 | Miss Me ?
Chapter 40 | I Miss You
Chapter 41 | None of Your Business
Chapter 42 | Shameless
Chapter 43 | What is That ?
Chapter 44 | Broken Heart
Chapter 45 | Always There
Chapter 47 | Feel Guilty
Chapter 48 | Silent

Chapter 46 | Relieved

45.9K 2.8K 46
By Muzillah

Saat Jordan sedang tertunduk, matanya menangkap sepasang sepatu yang berdiri tepat dihadapannya saat ini.

"Ummm, apakah anda keluarga dari Nyonya Amandine ?" Tanya perawat yang menghampirinya.

Jordan sontak berdiri dengan perasaan tegang "Benar, aku suaminya"

Si Perawat mengangguk lalu mengarahkan Jordan bertemu dengan dokter yang sedang menatap monitor yang berada di ruang IGD.

"Dokter, ini Mr.de Vos, suami dari korban" Ucap sang perawat saat mereka tiba ditempat dimana dokter yang tadi memeriksa Amandine berada.

Dokter Joana, begitulah yang Jordan baca dari Name tag nya. Dokter Joana menarik nafasnya dalam, matanya menatap kasihan pada Jordan.

"Saat ini kondisinya bisa dikatakan tidak terlalu serius, tapi juga kita tidak bisa anggap remeh dengan kondisinya.".

"saat aku memeriksa denyut nadinya, aku merasa denyut nadinya ada yang berbeda. Mungkin dia sedang hamil, dan saat kami mengeceknya ternyata dugaan ku benar, pasien sedang hamil. Dan ternyata tadi siang dia melakukan pemeriksaan disini" Terang dokter Joana panjang lebar.

Amandine sudah mengetahuinya, Jordan mengusap kasar wajahnya saat mendengar penjelasan dokter Joana. dokter Joana memutar layar computer dihadapannya agar Jordan juga bisa melihat hasilnya.

"ini adalah hasil rontgen nya. Pasien mengalami patah tulang selangka sebelah kirinya. Tapi Bayi kalian baik baik saja, meskipun mengalami pendarahan sedikit. " dokter Joana memutar mutar kursor dilayar agar Jordan fokus pada titik yang dimaksud olehnya.

"Saat ini tulang lehernya mengalami sedikit pergeseran. Namun masih dalam kategori ringan, jadi kita tidak perlu khawatir, meskipun kita juga tidak boleh mengabaikannya. Aku yakin demi melindungi bayinya, pasien menahan benturan dengan bahu kirinya" dokter Joana berharap penjelasan nya bisa sedikit menenangkan keluarga pasien.

"Sepertinya ibu dan bayinya saling mencintai satu sama lain hingga keduanya bekerja sama dengan baik" Sambung dokter Joana.

Sekali lagi Jordan merasa seperti ditusuk tepat di jantungnya. Calon anaknya dan Amandine saling mencintai, tapi Jordan hampir memisahkannya.

"Apakah patah tulangnya berbahaya dokter ?" Tanya Jordan lirih.

Dokter Joana melipat bibirnya sebelum melanjutkan penjelasannya "Ummm, sebenarnya pemulihan untuk patah tulang bisa lebih cepat jika kita melakukan operasi. Tapi karena saat ini pasien sedang hamil maka operasi tidak bisa kita lakukan. Pada umumnya operasi bisa saja dilakukan, hanya jika menyangkut hidup atau mati calon ibu"

Jordan mengangguk anggukkan kepalanya, telinganya dibuka lebar lebar agar bisa mendengarkan dengan jelas penjelasan dokter Joana.

"Kehamilan pasien masih merupakan tahap awal, jika kita melakukan operasi maka harus menmberikan anestesi pada pasien. Anestesi sendiri sebenarnya bisa mempengaruhi tumbuh kembang janin. Kita akan memakaikan penyangga bahu untuk pasien, semoga dengan perlahan tulang bahunya bisa kembali pulih" Terang dokter Joana lagi.

"Berapa lama penyembuhannya dokter ?"

"karena kita tidak melakukan operasi, maka perkiraan proses penyembuhan bisa mencapai delapan sampai dua belas minggu kedepan" Jawab dokter Joana.

Jordan terdiam, jantungnya berdegup kencang "apa ini berarti dia akan kesakitan saat kehamilan ini ?" Tanya Jordan ragu.

Dokter Joana mengangguk pelan "bisa dikatakan begitu, karena obat Pereda nyeri untuk wanita hamil pasti berbeda dengan yang tidak hamil. Dosis yang diberikan dan reaksinya pasti berbeda" tutur dokter Joana.

Oh tuhan ! Jordan tidak tau harus bagaimana, disatu sisi dia lega jika kondisi Amandine tidak terlalu mengkawatirkan, disisi lain dia tidak berani membayangkan Amandine akan merasa kesakitan selama kehamilannya.

Setelah mendengarkan penjelasan dari dokter Joana, Jordan berjalan lunglai menuju tempat Amandine kini terbaring. Jordan memegang ujung jari Amandine, berharap istri kejamnya ini segera bangun.

"Kapan dia akan bangun ?" Tanya Jordan pada perawat yang sedang mengecek selang infus Amandine.

"Pasien pingsan karena mengalami syok saat terjadi tabrakan. Kemungkinan pasien akan segera bangun. Bisakah anda mengurus adiministrasinya ? agar pasien bisa segera dipindahkan ke kamar perawatan" perawat tadi mengarahkan Jordan ke meja administrasi.

Jordan melakukan semuanya sendiri, tidak ada siapapun saat ini. Yang dia tau saat ini hanyalah Amandine, bahkan Jordan tak tau kalau saat ini kabar kecelakaan Amandine tengah menjadi headline news dan berita nasional seantero Belgia.

Syukurlah Jordan selalu membawa dompetnya kemanapun, karena saat ini ia tentu saja membutuhkan kartu pengenalnya untuk mengurus adimintrasi rumah sakit. Ponselnya ia tinggalkan dirumah saat ia berlari keluar tadi.

Jordan tak bisa menghubungi siapapun, dia tak ingat nomor ponsel siapapun, saat ini hanya ada dirinya dan Amandine.

Jordan yakin sebentar lagi Auguste dan yang lainnya akan segera sampai kesini, karena bagaimanapun Amandine adalah anak tunggal Perdana Menteri, jika terjadi apapun akan segera menyebar dengan cepat.

"Pindahkan istriku ke ruangan VIP" Ucapnya saat ia telah selesai melakukan registrasi di bagian adiministrasi.

Jordan ingin Amandine mendapatkan pelayanan yang paling utama, bahkan jika dia bisa menyewa dokternya hanya untuk Amandine maka akan Jordan lakukan.

Sesuai dengan instruksi Jordan, Amandine kini sudah dipindahkan keruangan VIP. Meskipun kamar yang ditempati oleh Amandine sangat luas, Jordan memilih duduk tepat disamping ranjang Amandine.

Jordan menumpukan kepalanya diatas ranjang Amandine, tangannya menggenggam erat jemari Amandine.

Jordan dipenuhi rasa bersalah saat ini, mengingat kembali saat ia membentak Amandine tadi padahal sebelumnya dia tidak pernah melakukannya.

Pikirannya kacau, hinga ia mengangkat kepalanya perlahan. Amandine masih memejamkan matanya, nafasnya teratur meski harus dibantu alat pernafasan.

Wahanya dipenuhi luka, sepertinya terkena serpihan kaca mobilnya. Pandangan Jordan kali ini turun ke perut Amandine, menatap tempat dimana calon anak mereka kini sedang berkembang.

"Bahkan dia rela mematahkan tulangnya hanya untuk melindungimu" Bisiknya pelan dengan pandangan tak lepas dari perut Amandine.

Jordan lalu tertawa pelan, sangaaat pelan. Mentertawakan bagaimana dunia mempermainkannya, bukan, bagaimana Amandine mempermainkannya.

Jordan tak pernah berniat menikahi siapapun, tapi Amandine melamarnya. Jordan tak berniat memiliki anak, Tapi Amandine mengandung anaknya. Amandine mengatakan wanita itu mencintainya, tapi tak pernah menunjukkannya. Saat Jordan dengan percaya dirinya menganggap Amandine tak akan pernah bisa meninggalkannya, justru wanita itu kini lebih memilih sesuatu yang bahkan belum bernyawa saat ini.

Jordan tertawa pelan, bagaimana pun Jordan menganggap hidupnya tidak bisa dikendalikan siapapun, nyatanya keputusan besar dalam hidupnya Amandine lah yang menentukannya. Amandine mempermainkannya, tanpa dia sadari.

Lalu, semua sesuai dengan perkiraan Jordan, Auguste kini sudah berada di ruangan Amandine. Terlihat beberapa pengawal pribadinya hanya berdiri didepan pintu. Auguste berjalan secepat kilat menghampiri ranjang Amandine, bahkan pria tua itu tidak menyapanya sama sekali.

"God! Apa yang terjadi pada anakku ?" ucap Auguste panik. Pria itu ingin sekali memeluk putri kesayangannya, namun ia menahannya karena takut menyakiti Amandine.

Auguste kemudian menatap Jordan, berharap ia mendapatkan penjelasan dari Jordan. "Apa yang terjadi sebenarnya ?" Tanya Auguste pada Jordan.

Jordan berusaha menenangkan pikirannya sendiri, bukan karena ia takut akan amukan Auguste tapi karena ia tak sanggup mengingat akibat dari pertengkaran mereka.

"Amandine pergi dari rumah, karena kami bertengkar..." Jordan menatap tajam Auguste.

Auguste mengerutkan dahinya "why ?" Tanya nya penasaran.

Jordan menarik nafasnya dalam dalam, lalu memejamkan matanya sejenak "Amandine hamil, dan dia tidak memberitahukannya padaku. Dan aku memberikannya pil pencegah kehamilan padanya" tandasnya.

"Apa kau bilang ?" Auguste membelalakkan matanya, emosi mulai menjalari pikirannya.

"dengar Auguste, aku tidak tau kalau saat itu Amandine hamil. Aku bahkan mengetahuinya saat disini !" Jelas Jordan. "Tidak mungkin aku memberikan pil itu pada nya jika aku tau dia hamil" Sambung Jordan.

"Lalu, menurutmu kenapa dia tidak memberitahukannya padamu ? Apa yang kau katakan padanya ??!!" Suara Auguste mulai naik. Namun dia menahannya agar tidak terjadi keributan.

Jordan diam, sudah tau jawaban dari pertanyaan ayah mertuanya itu.

"katakan!! Apa yang kau katakan padanya ?!!" Desak Auguste yang kini berhasil meraih kerah kemeja milik Jordan.

"aku tidak ingin kami harus terikat seumur hidup karena memiliki anak..." Cicitnya pelan.

Seketika emosi Auguste meluap sampai ke ubun ubunnya, ingin rasanya Auguste menghajar wajah Jordan saat ini.

"Apa kau bilang ? kau tidak ingin terikat dengannya karena anak ? apa kau tolol ? mengapa tidak kau batalkan saja pernikahan kalian dari dulu hah ?!!" Auguste sangat marah saat ini hingga ia menghempaskan tubuh Jordan ke lantai.

"Aku mengatakannya karena aku tidak tau dia hamil" Jordan mencoba membela dirinya. Tapi Auguste belum puas, ia kemudian mencengkram kerah kemeja milik Jordan "kalau kau tau dia hamil, lalu apa ? apa kau ingin anakku menggugurkannya ? begitu maksudmu ?" Auguste sudah tidak bisa menahan emosinya lagi.

Pria paruh baya itu kemudian berdiri dan menunjuk nunjuk wajah Jordan dengan emosi "Seharusnya aku tidak membiarkannya menikah denganmu ! kau pikir kau masih bisa melihatnya setelah ini ? jangan harap !!" Wajah Auguste memerah, seluruh darahnya mengalir ke wajahnya. Emosi Auguste sungguh tak bisa ditahannya lagi.

Jordan segera bangkit dan berdiri tak terima dengan apa yang dikatakan Auguste "tidak, kau tidak bisa membawanya ! dia istriku, jadi aku berhak atas Amandine!!" Protes Jordan.

Mungkin Auguste sudah kehilangan akal hingga ia berpikir untuk membawa Amandine pergi. Pikir Jordan dalam hatinya.

"Apa ? Apa yang kau inginkan darinya ? Kau tidak pernah memperlakukan dia dengan baik, kau yang mengatakan tidak ingin terikat dengannya !! dan bahkan kau tidak menginginkan anaknya ! apa kau sudah gila hah ?" Maki Auguste geram.

Jordan terdiam ditempatnya, bahkan kini ia tak tau harus berkata apa lagi.

Apa yang diinginkan Jordan dari Amandine ? "Tapi dia mengandung anakku" bela Jordan.

Auguste semakin berang mendengarnya "Apa?!! Kau sendiri yang mengatakan padanya jika kalian memiliki anak maka kalian akan terikat seumur hidup. Sekarang aku beri kau kemudahan, aku akan membawa Amandine pergi dan anggap saja dia tidak mengandung anakmu. Kau bisa hidup bebas semaumu !!"

Tidak, Jordan tidak mau. Amandine tidak boleh pergi kemana pun, Amandine harus berada dalam pandangannya.

"Kau pikir Amandine mau meninggalkanku ?" Tantang Jordan pada Auguste, Jordan membohongi dirinya sendiri.

Auguste berdecih menatap Jordan "Kau memang tidak mengenal anakku dengan baik. Dia mematahkan tulangnya hanya untuk melindungi bayinya. Pikirmu dia akan memilihmu daripada bayinya ?" Balas Auguste telak.

Lagi, Jordan bagai dihantam sebuah batu besar. Benar apa kata Auguste, Jordan tidak mengenal Amandine dengan baik.

"Tidak, kau tidak bisa membawanya. Selama aku masih menjadi suaminya, kau pun tak punya hak untuk membawanya!" Tegas Jordan.

Ingin rasanya Auguste meludahi wajah sombongnya itu "Apa yang kau inginkan dari anakku ? kau bahkan tidak mencintainya. Untuk apa kau lanjutkan semua ini ?"

Jordan tidak bisa menjawabnya, mengapa ia begitu menginginkan Amandine untuk tetap bersamanya ?

Auguste tersenyum sinis menatap Jordan "Lihatkan, kau sendiri bahkan tak bisa menjawabnya. Jika Amandine bangun nanti, biarkan dia yang memilihnya. Dan kau tidak bisa menahanku lagi jika memilih untuk meninggalkanmu !" Auguste memberi peringatan pada Jordan.

.....................................................................................................................................

Yuhuuuu, 

Lagi pada Nungguin Jordan-Mandy Update yaaaaa ?

Jadi udah jelas ya. Amandine Istri Antagonis yang kuat dan nggak bisa ditindas. Bahkan sampe ke Rahim nya juga nggak bisa ditindas sama malaikat maut.

Buat yang takut Mandy keguguran, kalian udah bisa tidur nyenyak sekarang yess. ^^ Tapi sebelum tidur tulis komen dulu dooongggg :D

Oh iya, adegan adegan percakapan dengan dokter tadi aku hasil searching google ya. Terus hasil Nonton Drakor Hospital Playlist, ada yng nonton juga kah ?

Continue Reading

You'll Also Like

2.4M 108K 47
⚠️ Jangan menormalisasi kekerasan di kehidupan nyata. _______ Luna Nanda Bintang. Gadis itu harus mendapatkan tekanan dari seniornya di kampus. Xavie...
131K 12.3K 66
Kumpulan sad/angst story about Huang Renjun and other cast Happy reading!
5.7M 425K 59
Perjodohan dengan Mia Sparks membawa William Clifford terjebak dalam pernikahan yang membuatnya kesal hampir setiap hari akibat kecerobohan dan sifat...
6.5M 603K 43
[CERITA MASIH LENGKAP SAMPAI END] Trauma mendalam membuat Nala Olivia harus kehilangan kemampuan berbicaranya. Dia yang semula hidup normal berubah m...