My Love Lucifer (END)

Oleh Muzillah

1.7M 104K 1.7K

Amandine Gillard, seorang putri dari Perdana Mentri Belgia sangat mencintai tunangannya Jordan De Vos seorang... Lebih Banyak

Meet the character
Prolog
CHAPTER 1 | Interview with the Lucifer
CHAPTER 2 | Daily Life
CHAPTER 3 | Slut
CHAPTER 4 | Naughty Kids
Chapter 5 | Malmedy
Chapter 6 | He's Home
Chapter 7 | Family Dinner
Chapter 8| Wedding Dress
Chapter 9 | Uneasy
Chapter 10 | Waiting
Chapter 11 | The Proposal
Chapter 12 | Weird
Chapter 13 | Visit
Chapter 14 | Motivation
Chapter 15 | Just having Fun
Chapter 16 | Antagonis
Chapter 17 | I Hate
Chapter 18 | Who ?
Chapter 19 | What's wrong ?
Chapter 20 | Staying Up Late
Chapter 21 | Please Don't!
chapter 22 | Anger
Chapter 23 | Skeptical
Chapter 24 | Invitation
Chapter 25 | Wedding Day
Chapter 26| Our Journey Has Just Begun
Chapter 27 | Something Strange
Chapter 28 | That's Right
Chapter 29 | Sweet Night
Chapter 30 | Good Morning Lucifer
Chapter 31 | Irritate
Chapter 32 | Bastard From London
Chapter 33 | What if ?
chapter 34 | Devil Wishper
Chapter 35 | Jealousy
Chapter 36 | Date
Chapter 37 | Couple's Fight
Chapter 38 | Hungaria
Chapter 39 | Miss Me ?
Chapter 40 | I Miss You
Chapter 41 | None of Your Business
Chapter 42 | Shameless
Chapter 44 | Broken Heart
Chapter 45 | Always There
Chapter 46 | Relieved
Chapter 47 | Feel Guilty
Chapter 48 | Silent

Chapter 43 | What is That ?

27.2K 1.9K 20
Oleh Muzillah


Saat Amandine membuka matanya, hal pertama yang dilihatnya adalah langit langit berwarna putih dengan bau obat yang sangat menyengat. Kepalanya terasa berat saat ia mencoba mengangkat kepalanya.

"Kalau kepalamu masih sakit sebaiknya kau tidur saja" Helen yang meihat Amandine berusaha untuk bangun langsung mencegahnya.

 Tapi Amandine menolak tiduran, wanita itu menggelengkan kepalanya dan memberi isyarat pada temannya itu kalau dia sudah tidak apa apa.

"Kau sendirian yang membawaku ?" Tanya Amandine, dirinya ingin memastikan kalau si jalang Teressa tidak turut campur membawanya kerumah sakit ini.

Helen mengangguk, memang Helen yang membawanya kerumah sakit. Tapi dibantu oleh satpam dari Apartemen Teressa saat ia akan membawa Amandine kedalam mobil.

"sepertinya kau hamil" ucap Helen pelan. 

Meskipun pelan, Amandine bisa mendengarnya dengan sangat jelas. Amandine menoleh cepat pada Helen dengan mulut ternganga tak percaya.

"Benarkah ?" Tanya Amandine tak percaya. Helen mengangguk "Hmm, kata dokter begitu. Tapi tadi dia menyarankan agar kau memeriksa ke bagian kandungan."

Sontak Amandine mengelus pelan perutnya, rasanya dia tidak percaya. Benarkah didalam tubuhnya kini ada satu nyawa yang bergantung pada dirinya ?

Dadanya berdegub kencang, tangannya dingin. Ini sebuah kejutan yang tak pernah diduga oleh Amandine.

"Aku tidak bisa percaya" Bisik Amandine saat ia menatap Helen. "Katanya mungkin sudah berusia enam minggu. Hey, masa kau tidak tau sih ?" Ujar Helen sembari mengerutkan dahinya.

Bagaimana pun, bagaimana bisa Amandine tidak mengetahuinya. Apa temannya ini tidak tau kapan dia mendapatkan period nya atau tidak ?

Amandine menggeleng pelan, sungguh dia tidak tau. Amandine tidak merasakan gejala apapun, bahkan dia saja tidak sadar kalau dia belum mendapatkan period nya.

"Kapan poli kandungannya buka ?" Tanya Amandine tak sabar. Helen mengibaskan nomor antrian milik Amandine yang sudah dipersiapkannya.

"Setengah jam lagi akan buka. Aku sudah susah payah mendapatkannya untukmu, jika kau tidak bangun dalam setengah jam kedepan aku akan menarik rambutmu" Ancam Helen.

"Apa kau tidak sebaiknya menghubungi Jordan ?" Sambung Helen lagi. Bagaimana pun Jordan adalah orang yang paling penting diberitahukan berita ini.

Amandine menggeleng lagi "Jangan dulu, aku akan memberitahukannya nanti" Ucapnya lirih. Helen menangkap kejanggalan dari ucapan Amandine.

"Apa kau tidak berani memberitahukannya ?" Tanya Helen pada Amandine yang kini menatap kosong kearah luar jendela.

Amandine menarik nafasnya dalam dalam dan membuangnya dengan kasar, kemudian mengangguk pelan "aku tidak tau, tapi sepertinya dia tidak akan menyukainya" terang Amandine dengan suara lirih.

Helen memaklumi ucapan Amandine, mungkin Jordan adalah pria yang belum siap untuk menjadi seorang ayah. Tapi hey, bukankah dia yang membuat istrinya hamil ? harusnya dia akan bertanggung jawab.

Saat poli kandungan sudah dibuka, Amandine mendapatkan urutan pertama untuk konsultasi. Setelah tekanan darahnya di cek oleh perawat, Amandine langsung diarahkan ke ruangan dokter.

"Apa anda tidak mengalami mual dipagi hari ?" Tanya dokter saat ia sudah duduk diruangan dokter. Amadine membaca kembali nama dokter yang ada dihadapannya, Olivia. Wanita berusia sekitar akhir empat puluh tahunan dan berambut hitam.

Amandine menggeleng "Saya belum pernah mengalaminya, saya hanya merasakan kurang sehat saja makanya saya tidak tau kalau sedang hamil" Terang Amandine.

Dokter Olivia tersenyum lalu menganggukkan kepalanya "Ya, itu bisa saja terjadi. Ada beberapa calon ibu yang tidak menyadari kalau mereka sedang hamil. Kalau begitu kita akan periksa melalui USG dulu. Silahkan berbaring disana" tunjuk dokter itu.

Amandine menatap Helen sejenak lalu berjalan menuju sebuah ranjang di tunjukkan dokter Olivia. Amandine bisa merasakan dokter itu mengoleskan sebuah gel yang dingin ke perutnya.

Lalu sedetik kemudian dokter Olivia menggerakkan sesuatu diatas perutnya. "bisa kau lihat, yang bentuknya seperti buah ceri ini adalah janinmu. Masih sangat kecil" Ujar dokter Olivia sambil membulatkan ibu jari dan telunjuknya dan tersenyum menatap Amandine.

Saat menatap kearah yang ditunjukkan oleh dokter Olivia, Amandine tidak bisa menutupi perasaan harunya. "sangat kecil..." Cicitnya.

"Apakah dia baik baik saja ?"

Dokter Olivia mengangguk "semuanya baik baik saja, bayi berusia tujuh minggu mungkin memang masih kecil tapi otaknya sedang berkembang dengan kecepatan yang luar biasa. Menghasilkan sel sel baru setiap menit, bahkan mereka mulai membentuk gigi, langit langit mulut dan sendi" Terang dokter Olivia pada Amandine.

Dokter Olivia bangkit dari duduknya dan mengambil hasil print dari USG milik Amandine dan menyerahkannya.

Amandine sangat terharu menatapnya, anaknya.... Bahkan sekarang sedang membentuk gigi gigi kecilnya sebagai janin. Amandine mengusapnya pelan, dan merapalkan segala doa dan mantra agar anaknya ini bisa lahir dengan selamat.

"ukuran rahimmu saat ini telah membesar dua kali lipat, mungkin kedepannya kau akan sering merasa ingin buang air kecil. Jangan khawatir, ini adalah hal yang wajar bagi ibu hamil" Terang dokter Olivia saat mereka sudah kembali ke mejanya.

Amandine mengangguk paham.

"Mulai sekarang jaga pola makan, makan makanan yang sehat. Tubuhmu sekarang membutuhkan nutrisi, mineral dan vitamin. Dan bahkan akan membutuhkan tiga ratus hingga tiga ratus lima puluh kalori ekstra setiap hari selama trimester kedua dan ketiga nanti" Sambung dokter Olivia panjang lebar.

"Baiklah, aku mengerti dokter" Balas Amandine yang kini kembali mengusap perutnya.

"Pastikan kau menjaga asupan makanan dan nutrisimu ya. Karena akan sangat mempengaruhi perkembangan bayimu nanti" Tutup dokter Olivia sebelum Amandine meninggalkan ruangannya.

Amandine meninggalkan ruangan dokter Olivia dengan perasaan bercampur aduk. Ada rasa haru, senang, sedih, takut hingga tidak bisa di deskripsikan dengan kata kata.

"Kenapa wajahmu begitu ? kau ini akan mejadi seorang ibu" Helen mencolek lengan Amandine yang terlihat murung.

Amandine menatap Helen dengan pandangan bercampur aduk "aku tidak tau harus bagaimana" lirih Amandine.

Amandine menatap arlojinya, masih pukul tiga sore. Sebaiknya dia langsung kembali kerumah dan beristirahat.

"Bisa kah kau mengantarkanku pulang ?" pinta Amandine. Helen berdecih kesal, bagaimana mungkin dia membiarkan Amandine pulang sendirian ?

Saat mendatangi Apartemen Teressa tadi, Amandine pergi bersama dengan Helen. Karena memang ia tidak juga membawa mobilnya.

Akhirnya, Helen mengantarkan Amandine sampai kedepan rumahnya "Cepat beritahu ayahnya" Helen lalu melambaikan tangannya pada Amandine dan bergegas pergi dari sana.

Setelah memastikan Helen sudah pergi, Amandine bergegas masuk kerumahnya. Rasa gugup tak juga hilang dari perasaannya.


Berbagai pikiran merasuk kedalam benaknya saat ini. Apakah Jordan akan senang atau tidak ? apakah Jordan akan menolaknya ? atau justru akan tersenyum bahagia ?

Sejenak Amandine bisa melupakan permasalahannya dengan Teressa tadi. Karena kali ini adalah sesuatu yang amat sangat penting.

Amandine lalu menimbang nimbang, mana yang akan dia bahas lebih dulu ? foto milik Jordan kah ? atau kehamilannya ?

Amandine lalu menghempaskan tubuhnya diatas Kasur, sungguh rasanya lelah sekali. Mungkin dia akan tidur sejenak sambil menunggu Jordan kembali.

Saat mata Amandine sayup sayup menutup dan mimpi mulai menariknya dari alam sadarnya, sebuah ciuman hangat mendarat di bibirnya.

Jordan sudah pulang, belum sampai Amandine terlelap Jordan sudah pulang. Amandine tersenyum lalu memeluk Jordan yang kini membungkuk disampingnya.

"Sepertinya kau kelelahan" Bisik Jordan lalu dibalas anggukan oleh Amandine. Jordan tekekeh pelan lalu mengusap lembut rambut Amandine "Tidur lah lagi" sambungnya.

Namun Amandine yang memang sejak tadi menunggunya menggelengkan kepalanya pelan "tidak" ucapnya lalu duduk dan bersandar pada tempat tidur mereka.

"Baiklah princess, bagaimana kalau kita mandi dulu ?" Ucap Jordan sembari mengedipkan matanya.

Amandine mendengkus kesal, bagaimana mungkin mereka hanya akan mandi saja ? dia sudah sangat tau isi otak Jordan jika dia sudah menagatakan begitu.

"Tidak kau mandi saja dulu" Tolak Amandine lalu menyadarkan kepalanya.

Jordan menarik satu sudut bibirnya dan beranjak dari tempat tidur. Saat membuka jasnya, Jordan mengeluarkan sebuat botol obat kecil dan meletakkannya diatas nakas.

Amandine memperhatikannya, dan mengerutkan dahinya heran "Apa itu ? apa kau sakit ?" Tanya Amandine lalu meraihnya.

Jordan berbalik dan menatap kaku pada Amandine "Bukan, bukan untukku" Jawabnya terbata. Sejujurnya dia juga bingung bagaimana mengatakannya.

"Enovid ? birth....control ?" Ucap Amandine tak yakin dengan apa yang di bacanya. Matanya langsung menatap tak percaya pada Jordan.

"Kau... ingin aku meminumnya ? pencegah kehamilan ?"

.....................................................................................................................................

Wahhhh Jordan, belum tau aja diye si Antagonis Sadis Amandine lagi hamil.

Terima Kasih buat komen komenan penambah semangat Author. Meskipun kadang saya sebagai Author merasa terancam karena banyak paranormal yang nebak ini itu, tapi author suka ...

hahaha

Lanjutkan Membaca

Kamu Akan Menyukai Ini

1.8M 92.4K 50
Kehidupan Ariana berubah ketika ia diminta untuk berpura-pura menjadi saudara kembarnya. Pasalnya dengan menyanggupi permintaan tersebut, Ariana haru...
2.7M 38K 29
Mature Content || 21+ Varo sudah berhenti memikirkan pernikahan saat usianya memasuki kepala 4, karena ia selalu merasa cintanya sudah habis oleh per...
166K 5.2K 66
"Cewek? Gue gk mau berurusan sama makhluk ini" -Azlan Arkan Adelard Putra A. Most wanted Di Sma Alexander High school. Hampir dikatakan perfect semua...
2.9M 204K 36
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Roman dikenal sebagai sosok misterius, unto...