My Love Lucifer (END)

By Muzillah

1.7M 104K 1.7K

Amandine Gillard, seorang putri dari Perdana Mentri Belgia sangat mencintai tunangannya Jordan De Vos seorang... More

Meet the character
Prolog
CHAPTER 1 | Interview with the Lucifer
CHAPTER 2 | Daily Life
CHAPTER 3 | Slut
CHAPTER 4 | Naughty Kids
Chapter 5 | Malmedy
Chapter 6 | He's Home
Chapter 7 | Family Dinner
Chapter 8| Wedding Dress
Chapter 9 | Uneasy
Chapter 10 | Waiting
Chapter 11 | The Proposal
Chapter 12 | Weird
Chapter 13 | Visit
Chapter 14 | Motivation
Chapter 15 | Just having Fun
Chapter 16 | Antagonis
Chapter 17 | I Hate
Chapter 18 | Who ?
Chapter 19 | What's wrong ?
Chapter 20 | Staying Up Late
Chapter 21 | Please Don't!
chapter 22 | Anger
Chapter 23 | Skeptical
Chapter 24 | Invitation
Chapter 25 | Wedding Day
Chapter 26| Our Journey Has Just Begun
Chapter 27 | Something Strange
Chapter 28 | That's Right
Chapter 29 | Sweet Night
Chapter 30 | Good Morning Lucifer
Chapter 32 | Bastard From London
Chapter 33 | What if ?
chapter 34 | Devil Wishper
Chapter 35 | Jealousy
Chapter 36 | Date
Chapter 37 | Couple's Fight
Chapter 38 | Hungaria
Chapter 39 | Miss Me ?
Chapter 40 | I Miss You
Chapter 41 | None of Your Business
Chapter 42 | Shameless
Chapter 43 | What is That ?
Chapter 44 | Broken Heart
Chapter 45 | Always There
Chapter 46 | Relieved
Chapter 47 | Feel Guilty
Chapter 48 | Silent

Chapter 31 | Irritate

24.9K 1.7K 38
By Muzillah

"Jordan ?"

Suara seseorang menginterupsi mereka berdua. Seketika Jordan dan Amandine menoleh kearah sumber suara. Terlihat seorang wanita berjalan mendekat kearah mereka berdua.

Seriuosly ? Bahkan di tengah domba domba pun masih ada yang mengganggu Amandine dan Jordan ?

"Wahhh, aku tidak menyangka kau benar benar Jordan" Suaranya riang sekali saat menyapa Jordan.

Jordan menyipitkan matanya, tidak menyangka akan bertemu seseorang disini.

"Hai Selena, lama tidak bertemu" Sapa Jordan namun matanya sesekali melirik Amandine yang tengah menatap Wanita dihadapannya dengan tatapan penuh selidik.

Wanita yang dipanggil Selena oleh Jordan kemudian berhenti dan berkacak pinggang menatap Jordan.

"Jordan kau sungguh keterlaluan, aku Anne. Bagaimana kau bisa melupakan namaku sementara dulu kita selalu menghabiskan malam bersama" Omelnya tak terima.

                              (duhhh Jordan, siapa lagi ini ??)

"Ahh, kau sedang bersama seseorang ya ? " Anne kemudian menoleh kearah Amandine yang sedari tadi menatapnya.

"Hai, Aku Anne" Wanita itu mengulurkan tangannya kearah Amandine. Amandine memaksakan senyumnya pada Anne dan menjabat tangan Anne.

"Apa kau partner nya juga ? Dulu aku dan Jordan adalah partner" Anne memelankan suaranya saat bertanya pada Amandine, namun tentu saja Jordan bisa mendengarnya. Jordan lalu terbatuk dan mengusap lehernya yang entah kenapa rasanya menjadi kaku seketika.

"partner ?" cicit Amandine tanpa sadar, dia tidak mengerti maksud wanita dihadapannya ini.

Anne mencebik lalu kembali berbisik "Partner sex" terangnya.

Sontak Amandine menganga dan membulatkan matanya menatap Jordan, meminta penjelasan dari Jordan secepatnya. Namun pria yang ditatapnya tentu saja tak berani menatapnya balik.

"Hei Anne, sepertinya temanmu sudah menunggu dari tadi" Sela Jordan sambil mengingatkan Anne bahwa temannya menunggu dari tadi. Sebaiknya wanita yang bahkan dia tak ingat namanya ini segera menghilang dari pandangan mereka.

Anne mencebik kesal, lalu kembali menatap Jordan dan Amandine.

"Sayang sekali, andai kita bisa bertemu kembali nanti. Kalau begitu aku pamit dulu ya" Pamit Anne pada Amandine dan Jordan dan melambaikan tangannya.

Sedetik kemudian dia berhenti dan mendekati Jordan lagi. "Aku masih merindukanmu Jordan. Aku harap kita bisa bertemu lagi" Anne memeluk Jordan dan mendaratkan sebuah ciuman di bibir Jordan.

WHAT ?!

Seketika Jordan merinding, membayangkan bagaimana nasibnya setelah ini. Jordan menatap Anne yang menjauh dan berjalan kearah mobilnya lalu melambaikan tangannya dengan senyum yang dipaksakan.

Lehernya terasa berat, menelan ludah saja rasanya ia sudah tak sanggup apalagi untuk menoleh kearah Amandine.

"umm, kau tau, kami hanya teman" Ucap Jordan kikuk dan mencoba menoleh kearah Amandine. Namun kini justru keadaannya lebih mencekam dari dugaan Jordan.

Amandine tersenyum menatap Jordan, bukan senyum tulus ataupun senyum kebahagiaan. Tetapi seperti sebuah senyum yang mengatakan 'kau ingin aku bunuh dengan cara apa ?'

"Mandy, kau sungguh menyeramkan" Ucap Jordan hati hati.

"haha, benarkah ?" Tanya Amandine masih dengan senyum diwajahnya. "Menyenangkan sekali rasanya, menikmati liburan empat belas hariku sambil bertemu dengan mantan partner sex mu di tengah domba domba tak berdosa ini" Amandine tersenyum menatap Jordan.

Bibirnya boleh saja tersenyum, tapi sorot matanya seperti akan menebas leher Jordan. Jordan bahkan tidak bisa bernafas lagi rasanya.

"Daannnn..." Amandine menarik nafasnya " Bahkan mantan partner sex mu yang sok akrab itu mencium suamiku dihadapanku" Ucap Amandine penuh penekanan.

"Menyenangkan sekali bukan ?" Wajah Amandine memerah, lalu ia menginjak kaki Jordan. Saat Jordan mengaduh kesakitan, Amandine membawa langkah kakinya besar besar meninggalkan Jordan ditengah sekumpulan domba.

                              (Sekumpulan domba tak berdosa yang jadi saksi bisu)

Sumpah demi apapun, Amandine kesal setengah mati. Bahkan di sisa perjalanan mereka Jordan harus membujuk Amandine agar istri kejamnya itu berhenti merajuk.

"Ayolah Mandy, kau tau dia hanya masa lalu kan ? kita semua pasti memiliki masa lalu. Benar kan ?" Terang Jordan yang sedang mencoba memberi pengertian kepada Amandine.

Jordan bahkan sudah tidak ingat sudah berapa kali dia mengatakan itu. Tapi kabar baiknya kini wajah kesal Amandine akhirnya melunak.

"Hmmm, kau benar, semua orang pasti punya masa lalu " suara Amandine terdengar pelan, namun Jordan sudah merasa senang karena Amandine akhirnya mengeluarkan suara.

Jordan tersenyum girang "Yap, benar !!! Semua Orang pasti punya masa lalu" Jordan menjentikkan telunjuk dan ibu jarinya, pria itu senang bukan kepalang karena akhirnya Amandine sependapat dengannya.

"hmmm, aku pun pernah hampir bercinta dengan seorang pria dulu" Balas Amandine polos.

"Ah, benarkah ? kau hampir ber..cin..ta ?" Suara Jordan tedengar ragu.

"What ? bercinta ? dengan siapa ?" Jordan kaget saat ia baru menyadari ucapan Amandine. Jordan mutar wajahnya, sebentar menatap jalan dan sebentar menatap wajah Amandine yang tak kunjung memberikan jawaban.

"Hey, Amandine, ayolah. Kau jangan bercanda ! bagaimana mungkin kau hampir bercinta dengan seorang pria ? dan siapa pria itu ? katakan ! apa aku pernah bertemu dengannya ?" cecar Jordan pada Amandine.

Jordan tidak suka mendengarnya, terlebih saat ia kembali mengingat percintaannya dengan Amandine. Kulitnya, aroma tubuhnya, rambutnya, suaranya...

No.. No.. No... BIG NO !!

Jordan tidak bisa terima ada orang lain yang melihatnya selain dirinya. Jordan sungguh kesal mendengarnya.

"Come on Mandy, kenapa kau diam saja ? siapa orang itu ?" tuntut Jordan.

Amandine mengangkat bahunya cuek lalu membuang pandangannya keluar jendela "entah lah, kita semua punya masa lalu bukan ? untuk apa kau mengetahuinya sekarang ?"

Jordan membuka mulutnya, lalu menutupnya lagi. Sepertinya pria itu bingung ingin mengatakan apa lagi, saat ini dia kena batunya sendiri.

Amandine diam diam menahan senyumnya melihat wajah kesal Jordan saat Amandine mengatakan dia hampir bercinta dengan seseorang tadi. Rasakan kau Lucifer !

Menjelang sore, mereka sudah tiba di Skye. Sisa perjalanan tadi dihabiskan dalam keheningan, Amandine bisa melihat kerutan di dahi Jordan. Sepertinya suaminya itu kesal mendengar ucapannya tadi.

Sebelum mencari tempat bermalam disekitar Skye, Amandine mengajak Jordan menepi di sebuah tempat makan disana.

Seperti kebanyakan orang Scotlandia, mereka ramah kepada orang asing, tidak seperti orang Inggris yang tidak ramah pada orang asing.

Hari masih terang, Amandine dapat melihat keindahan pemandangan Isle of Skye yang berada di pinggiran samudera Atlantik. Katanya disini adalah rumahnya burung besar seperti elang, bahkan ada juga rusa tanduk merah. Amandine sungguh tidak sabar untuk menuju kesana.

                                        (isle of Skye yang asli)

Jordan menepikan campervan mereka di restaurant kecil bernama the three chimneys yang menurut Amandine sangat terkenal dikalangan traveller Scotlandia.

Restaurant ini dari luar terlihat seperti sebuah rumah, namun ternyata didalamnya sudah disulap menjadi sebuah Restaurant, bahkan mereka memiliki taman di belakang yang menghadap langsung ke Samudera Atlantik. Sungguh pilihan yang tepat.

Jordan dan Amandine memilih untuk menyantap makan mereka di taman belakang. Meski udara cukup dingin, namun jika mereka menggunakan mantel dingin mereka makaitu bukan sebuah masalah.

Amandine memilih makan steak domba khas Scotland dan anggur merah, sementara Jordan memesan steak ikan salmon dan sebotol bir.

Sambil menunggu pesanan mereka, Amandine menikmati udara sore serta sinar matahari yang cukup hangat membuat pemandangannya terasa sempurna.

Dihalaman belakang ini ternyata cukup ramai pengunjung yang makan disini, dari percakapan yang bisa Amandine tangkap, mereka juga turis yang ingin mendatangi Isle of Skye.

"Bagaimana menurutmu ?" Tanya Amandine pada Jordan yang kini bersandar pada kursinya.

"pemandangan yang Indah" Jawab Jordan yang kini meliarkan pandangannya pada luasnya samudera.

Amandine tersenyum senang, berarti pilihannya tidak salah memilih Isle of Skye sebagai tujuan mereka.

"pergi kesini saat bulan madu adalah salah satu impianku" gumam Amandine. Jordan menoleh pada Amandine yang kini tengah menatapnya sambil bertopang dagu.

"Aku tidak menyangka kau ternyata punya mimpi seperti ini. Senang bisa mewujudkannya" Ujar Jordan senang.

Amandine berdecak, menatap Jordan. "Hei, aku lah yang bekerja keras siang dan malam agar bisa memenangkan proyekmu" peringat Amandine.

Jordan terkekeh kecil. "Bukankah kau menggunakan uangku untuk berpetualang ?" Sindir Jordan.

"yaa... ya...yaa... daripada uang mu dihabiskan oleh wanita lain. Sebaiknya dihabiskan saja oleh istrimu" kesal Amandine.

Groowwlll.....

Lagi lagi bunyi perut kelaparan menyapa mereka, kompak mereka berdua tertawa. Untung saja makanan datang tepat pada waktunya, sehingga mereka tidak perlu menahan lapar lebih lama lagi.

Selesai makan, Amandine dan Jordan sepakat untuk bersantai sejenak disini sambil menikmati matahari yang tenggelam di samudera Atlantik.

"Aku ke toilet sebentar" Jordan bangkit dari kursinya dan permisi ke toilet.

Amandine kemudian berjalan kearah tembok pembatas untuk menikmati pemandangan, namun tiba tiba ada seorang pria yang mendekatinya.

Saat Jordan kembali, dia bisa melihat istrinya itu tersenyum dan berbincang dengan seorang pria di hadapannya.Namun sayang, saat ia mendekat, pria itu sudah berjalan pergi.

Sontak saja Jordan yang penasaran langsung bertanya pada Amandine.

"Kau sedang bicara dengan siapa ? siapa dia ?" Tanya Jordan. Amandine berbalik hingga kini ia menyandarkan punggungnya di tembok. Amandine terlihat ragu ingin menjawabnya, membuat Jordan semakin penasaran.

"Kenapa kau diam saja ? siapa itu tadi ?" Cecar Jordan tak sabar. Amandine menatap Jordan seakan sedang berpikir sesuatu. 

"Aku akan katakan, tapi kau harus berjanji jangan membuat keributan" Ucap Amandine memberikan syarat yang tentunya semakin membuat Jordan mati penasaran.

Maut tak mau Jordan menangguk, meskipun lehernya terasa kaku untuk mengangguk.

" dia adalah pria yang hampir bercinta denganku dulu" bisik Amandine pada Jordan.

Raut wajah Jordan seketika berubah kesal, pria itu menenggak bir yang ada ditangannya namun matanya masih memindai pria yang sedang mereka bicarakan.

Jordan kembali duduk di meja mereka, mencoba mengambil cemilan yang tersedia sembari mensugesti dirinya sendiri untuk tidak penasaran. Tapi seberapa keras Jordan berusaha, pria itu tak dapat menahan dirinya untuk tidak memperhatikan pria yang dimaksud Amandine.

                                             (kenapa ? Cemburu ya ?)

Namun dirinya yang terlanjur kesal tidak bisa menahannya lagi, akhirnya ia memutuskan untuk menghampiri pria itu. "Kau mau kemana ?" Tahan Amandine.

Jordan menghabiskan birnya lalu meletakkannya di meja.

"Aku hanya ingin menyapanya" Ujar Jordan sambil berjalan menghampiri pria yang dimaksud.

"Sorry, Aku Jordan suaminya Amandine. Apa kau sudah lama mengenal istriku ?" Tanya Jordan tanpa basa basi.

Pria yang diajak bicara olehnya menatapnya keheranan "Amandine ?" Tanya nya.

Jordan mengangguk, "Ya, Amandine" jawab Jordan sambil menunjuk dimana istrinya itu berada.

"Ahh, jadi Namanya adalah Amandine ? sepertinya kau salah paham, aku hanya menanyakan jalan padanya tadi. Tapi ternyata sepertinya kita sama sama turis disini" Jawab Pria itu sembari tertawa santai.

Jordan terdiam kesal, Amandine.........Tega sekali wanita itu mengerjainya. 

Saat Jordan melemparkan pandangannya pada Amandine, Istrinya itu justru tengah menahan tawanya.

"Apa kau puas ?" Tanya Jordan kesal saat ia kembali menghampiri Amandine. Amandine menyemburkan tawanya puas.

"Menyebalkan" kesal Jordan. Amandine langsung menggamit lengan Jordan dengan manja "Harusnya aku merekam wajahmu tadi Jordan" Amandine geli bila mengingatnya.

Jordan yang kesal karena dikerjai oleh Amandine hanya bisa cemberut sampai mereka kembali ke campervan.

Hingga kini mereka sudah berada ditempat tujuan mereka, Jordan masih saja menampilkan wajah cemberutnya.

"Jadi... apa menurutmu aku adalah wanita yang membiarkan diriku di sentuh oleh sembarang pria ?" Tanya Amandine yang kini menghempaskan tubuhnya diatas pangkuan Jordan. Amandine melingkarkan tangannya dileher Jordan hingga kini wajahnya berdekatan.

"Kau sangat menyebalkan" Gantian kini Jordan yang melingkarkan kedua tanganya di pinggang Amandine.

"Tidak ada yang pernah menyentuhku selain Jordan" Amandine menatap Jordan dengan senyuman nakal.

Entah kenapa Jordan merasa senang mendengar penuturan Amandine barusan. Entah Amandine berbohong untuk menyenangkan Jordan, atau itu memang kenyataan. Namun mengingat Dirinya adalah yang pertama bagi Amandine dan sudah ia buktikan, Jordan percaya dengan pengakuan Amandine barusan.

"Kau tau, anak nakal sepertimu harus dihukum" Jordan menyeringai menatap Amandine.

Amandine yang paham maksud dan tujuan Jordan merinding mendengarnya.

Jordan langsung menyerang Amandine dengan ciuman penuh gairah. Tangannya pun menyelinap masuk kebalik kaus hangat milik Amandine dan berhasil menyingkirkan penghalang diantara mereka.

Jordan akan menghukum Amandine hingga istrinya ini tidak akan bisa berjalan besok.

.................................................................................................................................

Chapter ini panjang banget perasaan...

Gimana chapter ini ? senang ya senang ya ?

Continue Reading

You'll Also Like

2.9M 101K 32
CERITA TELAH SELESAI BELUM ADA REVISI SAMA SEKALI SEMENJAK 2016 🙏🏼 COPYRIGHT © NOVEMBER 2016 by AESTINAES
861K 68.4K 84
REPUBLISH 1 #billionaire 1 #work 1 #fakelove 1 #barat 1 #end Carra Morris adalah wanita biasa yang menjabat sebagai manajer umum VH Hotel. Sedangka...
330K 18.7K 49
[PRIVATE RANDOM] Yang Anya tau pria itu hanya satu, Azka. Satu-satunya pria yang menjadi alasan di setiap tindakan yang Anya lakukan. Yang Azka tau...
1.6M 87.9K 73
Di Negara maju dan Negara Demokrasi siapa saja bisa menjadi orang nomer satu. Apalagi ketika diri mereka memiliki kecerdasan, kekayaan dan kekuasaan...