My Love Lucifer (END)

By Muzillah

1.7M 104K 1.7K

Amandine Gillard, seorang putri dari Perdana Mentri Belgia sangat mencintai tunangannya Jordan De Vos seorang... More

Meet the character
Prolog
CHAPTER 1 | Interview with the Lucifer
CHAPTER 2 | Daily Life
CHAPTER 3 | Slut
CHAPTER 4 | Naughty Kids
Chapter 5 | Malmedy
Chapter 6 | He's Home
Chapter 7 | Family Dinner
Chapter 8| Wedding Dress
Chapter 9 | Uneasy
Chapter 10 | Waiting
Chapter 11 | The Proposal
Chapter 12 | Weird
Chapter 13 | Visit
Chapter 14 | Motivation
Chapter 15 | Just having Fun
Chapter 16 | Antagonis
Chapter 17 | I Hate
Chapter 18 | Who ?
Chapter 19 | What's wrong ?
Chapter 21 | Please Don't!
chapter 22 | Anger
Chapter 23 | Skeptical
Chapter 24 | Invitation
Chapter 25 | Wedding Day
Chapter 26| Our Journey Has Just Begun
Chapter 27 | Something Strange
Chapter 28 | That's Right
Chapter 29 | Sweet Night
Chapter 30 | Good Morning Lucifer
Chapter 31 | Irritate
Chapter 32 | Bastard From London
Chapter 33 | What if ?
chapter 34 | Devil Wishper
Chapter 35 | Jealousy
Chapter 36 | Date
Chapter 37 | Couple's Fight
Chapter 38 | Hungaria
Chapter 39 | Miss Me ?
Chapter 40 | I Miss You
Chapter 41 | None of Your Business
Chapter 42 | Shameless
Chapter 43 | What is That ?
Chapter 44 | Broken Heart
Chapter 45 | Always There
Chapter 46 | Relieved
Chapter 47 | Feel Guilty
Chapter 48 | Silent

Chapter 20 | Staying Up Late

24.1K 1.7K 119
By Muzillah

Setelah memenangkan tender yang diadakan oleh de Vos Corp, kini Amandine dan Helena disibukkan oleh kegiatan mereka mengerjakan proyek ini. 

Mulai dari mengerjakan rancangan miniaturnya, mengunjungi lokasi, diskusi dengan David sebagai kontraktornya bahkan ia masih harus disibukkan oleh perisapan pernikahannya sendiri.

Dua puluh empat jam rasanya tidak cukup baginya, bahkan ia tidak sempat bertemu dengan Jordan karena terlalu sibuk. Entah apa yang dilakukan pria itu sekarang, Amandine sangat merindukan Jordan.

Jika Amandine sangat merindukan Jordan, maka Teressa justru menjadi wanita yang hampir dua puluh empat jam bersama dengan Jordan. Buktinya, saat ini ordan justru tengah duduk di sofa Apartemennya.

Jordan menyenderkan pungungnya lalu memijat dahinya, kepalanya terasa sangat pusing.Minggu minggu ini pekerjaannya sangat banyak membuatnya merasa Lelah.

Teressa yang tau pria itu sedang kelelahan langsung berjalan kebelakang sofa dimana pria itu duduk kini, dan memijat lembut pundak Jordan dari belakang.

"kau terlihat sangat Lelah" bisik Teressa ditelinga Jordan.

Jordan menikmati pijatan yang diberikan oleh teressa, membuatnya merasa sangat rileks. "Kau memang tau caranya membuat pria senang ya" ucap Jordan.

Teressa tertawa mendengarnya, lalu ia mengalungkan tangannya dileher Jordan dari arah belakang dan berbisik "aku bahkan tau apa yang lebih menyenangkan lagi".

Jordan menyeringai senang "kau ini sangat nakal ya"

Mendapat respon baik dari sang lawan bicara, Teressa kini membuka satu persatu satu kancing kemeja Jordan.

"Aku bisa memijatmu sambil berendam dalam air hangat pasti sangat menyenangkan" bisik Teresa lagi lalu mengecup telinga Jordan.

...

"Bagaimana dengan hasil yang kita dapat setelah memakai boyband korea itu sebagai brand ambassador ?" Tanya Jordan kepada dua ajudannya.

Mereka baru saja selesai rapat dengan tim produksi tadi, dan kini mereka sedang berjalan kembali keruangan Jordan.

"Begitu kita mengeluarkan iklan mereka, para penggemar mereka langsung memborong habis produk kita bos. Terutama dipasar Asia dan Amerika" Lapor Samuel sambil berjalan beriringan dengan Jordan dan Samir.

"benarkah ?" Tanya Jordan.

"Benar bos, aku rasa keputusan kita memang tepat memakai mereka sebagai Brand Ambassador kita. Meskipun kita harus merogoh kocek yang dalam tapi mereka tengah daun saat ini, dan apapun yang mereka pakai akan langsung diburu oleh para penggemar mereka" cerocos Samir panjang lebar.

Wahhh, Jordan tidak menyangka bagaimana bisa boyband yang terdiri dari tujuh pria dari korea itu bisa booming sampai diundang ke Grammy.

"Achoooo"

"Bos, kau tidak apa apa ? dari tadi kau bersin. Aku rasa kau flu" Tanya Samir khawatir, karena bos nya ini sedari tadi bersin dan hidungnya mulai memerah.

Jordan menggerak gerakkan bahunya "No, I'm okay" jawab Jordan. Tubuhnya sejak tadi pagi terasa tidak enak dan tulangnya ngilu. Tapi dia harus tetap memaksakan diri karena bisnisnya lebih penting dari apapun.

Begitu tiba diruangannya, Jordan langsung dihadapkan dengan setumpuk laporan yang harus dia baca. Jordan, walaupun terlihat tidak peduli, tapi dia sangat cerdas dan berdedikasi pada bisnisnya sehingga ia tidak ingin ada kesalahan sekecil apapun.

"Achooooo"

Haaaahhhh, kepalanya sangat pusing dan tubuhnya semakin tidak fit.

"Apa kau sakit ?" tanya Teressa yang baru saja muncul dari balik pintu.

Jordan menggeleng pelan dan pandangannya tak lepas dari kertas kertas dihadapannya. Teressa mendekat dan menempelkan telapak tangannya didahi Jordan.

"Hei, tubuhmu panas sekali. Kau sedang demam Jordan, sebaiknya kau segera pulang" omel Teressa.

"No, pekerjaan ini sangat penting. Aku baik baik saja, bukankah kau sedang banyak pekerjaan ?" tanya Jordan lagi pada teressa.

"Haishhhh, jika deadline nya bisa diundur, aku pasti sudah merawatmu" gerutu Teressa. Jordan terkekeh pelan. Sungguh dia baik baik saja saat ini, bisnisnya saat ini lebih penting dari apapun.

**

Pukul setengah sebelas malam Amandine tiba di Penthouse Jordan, mobil Jordan sudah terparkir disana. Berarti pria itu sudah pulang lebih dulu daripada Amandine.

Amandine memijat pundaknya yang Lelah sambil berjalan menuju kamarnya lalu menghempaskan dirinya diatas Kasur empuk miliknya.

Tubuhnya terasa berat dan Lelah, Proyek Malmedy sangat menguras waktu dan tenaganya. Ditambah lagi pernikahan mereka yang sudah semakin dekat, membuat Amandine tidak punya waktu untuk bersantai.

Amandine melihat kembali jam diatas nakasnya, wanita itu masih punya pekerjaan yang harus diselesaikan secepatnya. Jadi ia akan mandi, lalu kembali meneruskan pekerjaannya.

Hanya butuh sepulu menit untuk Amandine kembali menyegarkan dirinya dengan kucuran air hangat. Sungguh, mandi air hangat disaat kelelahan bisa sangat ampuh mengobati rasa Lelah.

Saat akan membuka laptopnya, Amandine mendengar suara bersin Jordan. Mengapa pria itu tidak berhenti bersin sejak tadi ? sudah lebih dari tujuh kali Amandine mendengar pria itu bersin.

Meresa ada yang aneh, Amandine langsung saja pergi kekamar Jordan. Amandine memutar handle pintu Jordan dan melongokkan kepalanya.

"Hei Lucifer, kau baik baik saja ?" Tanya Amandine memastikan.

"Hmmm, I'm okay" Sahut Jordan singkat.

Amandine mengerutkan dahinya, suara Jordan terdengar aneh. Lalu tanpa dipersilahkan masuk, Amandine melangkah mendekati Jordan yang saat ini tengah fokus pada pekerjaannya yang ada di meja kerjanya.

"Hei, apa kau gila ?!" Pekik Amandine. Saat Amandine menempelkan telapak tangannya didahi Jordan, tubuh nya terasa sangat panas sekali.

"What ? I'm okay" balas Jordan kesal. Sungguh dia baik baik saja, mengapa Amandine sampai berteriak begitu ?

"Okay My Ass" Geram Amandine lalu segera pergi dari kamar Jordan dan membanting pintunya, membuat Jordan terperanjat karena kaget.

"ohh god" bisiknya.

Lalu tak lama Amandine kembali muncul dengan thermometer ditangannya. Tanpa permisi wanita itu menempelkan thermometer ketelinga Jordan.

Jordan yang tengah berada disurga pekerjaannya tidak peduli dengan apa yang dilakukan oleh Amandine.

Bip bip

Amandine menatap thermometer ditangannya. Tiga puluh Sembilan koma Sembilan derajat, hampir empat puluh derajat dan  iblis ini masih menempel dimeja kerjanya ? begitu cintanya kah dia dengan pekerjaannya ?

Amandine meletakkan dengan kasar thermometer itu diatas meja Jordan lalu merebut kertas apapun itu yang ada ditangan Jordan sekarang.

"Apa kau gila ?!" desis Jordan kesal. Apa Amandine tidak tau kalau ini harus segera diselesaikan ?

"Apa kau gila ? kau ingin mati ? jika kau sangat mencintai bisnis mu ini harusnya kau sehat !!!" Bentak Amandine.

Amandine kemudian menarik Jordan dari kursinya dan memaksanya berbaring diatas ranjangnya.

"Kau pikir kalau kau sakit lalu mati, siapa yang akan menikmati hasil kerja kerasmu itu ? Ayahmu ? Ibumu ? mereka pasti akan merasa sangat bersalah dan bahkan ingin menyusulmu juga." Ceramah Amandine namun tangannya dengan cekatan menyelimuti Jordan.

Haishhh, Tubuh Jordan yang tidak bertenaga membuat pria itu tidak mampu melawan Amandine. Jika dia sedang sehat saja sulit mendebat Amandine, apalagi jika dia sedang sakit ?

"Apa kau sudah makan ?" Tanya Amandine yang kini berdiri berkacak pinggang. Persis seperti ibu ibu yang sedang mengomeli anaknya.

"Aku tidak berselera" jawab Jordan malas.

Amandine berdecih kesal. "Diam disini dan jangan bergerak" Amandine mengacungkan jari telunjuknya pada Jordan.

" Aku akan langsung memasukkan makanan kedalam perutmu tanpa melewati mulutmu". Ancam Amandine lalu menghilang dibalik pintu.

Oh tuhannn, mengapa Amandine sangat kejam pada nya bahkan saat ia sedang sakit. Keluh Jordan dalam hatinya.

Setelah tiga puluh menit, Amandine kembali dengan nampan ditangannya. Ada bubur yang masih hangat, segelas air dan obat.

Jordan yang hampir tertidur menjadi terbangun saat Amandine masuk.

Amandine meletakkan nampan yang dibawanya tadi diatas nakas, lalu membantu Jordan duduk dan meletakkan bantal dipunggung Jordan untuk sandarannya.

"Buka mulutmu" setelah meniupnya agar tidak panas, Amandine menyuapkan buburnya.

"Setelah makan, kau harus meminum obatmu dan jangan protes" Ancam Amandine pada Jordan yang sedang mencoba menelan bubur dimulutnya dengan susah payah.

"Mandy, aku sudah berusia tiga puluh enam tahun. Mengapa kau memarahiku seperti aku ini adalah anakmu" protes Jordan dengan suara yang lemah.

Amandine menahan tawanya saat ia mendengar protes dari Jordan, Jordan saat sedang lemah dan tak berdaya sungguh sangat menggemaskan sekali.

"Jika kau sudah setua itu, harusnya kau tidak perlu kupaksa untuk istirahat" omelnya lagi.

Setelah makan dan meminum obatnya, Amandine memaksa Jordan untuk tidur.

"Jika kau istirahat malam ini, maka besok kau bisa bermain lagi" ejek Amandine, seolah olah Jordan adalah anak TK.

Jordan tertawa pelan, namun tak berniat membalas Amandine. Pria itu lalu meletakkan tangan kirinya diatas dahinya untuk menutup matanya.

Amandine benar, sebaiknya dia tidur agar bisa kembali bekerja besok.

Pukul tiga dinihari, Jordan terbangun dari tidurnya. Saat menoleh kearah jam diatas nakasnya, Jordan mendapati Amandine duduk dimeja kerja miliknya. Dengan laptop dan kaca mata anti radiasi milik Amandine, Jordan yain wanita itu tengah mengerjakan proyeknya.

Walaupun panasnya sudah mulai turun, tapi mata Jordan masih sangat berat. Sehingga ia kembali tertidur.

Pukul empat dini hari, Jordan merasa Amandine tengah mengganti kompresnya mau tak mau membuatnya terbangun, namun Jordan terus berpura pura tertidur.Lalu Amandine kembali menempelkan thermometer ditelinga Jordan.

Jordan tidak tau Entah angka berapa yang keluar ditermometer itu, yang jelas Jordan bisa mendengar Amandine menghembuskan napasnya lega.

Setelah itu Amandine kembali ke laptonya lalu memijat mijat pelan lehernya. Semua itu tidak lepas dari pandangan Jordan, namun sepertinya Amandine tidak menyadarinya.

Jordan sepertinya tau mengapa dia demam. Pria itu kembali mengingat pergumulan panasnya dengan Teressa di dalam bathup. Hampir satu setengah jam mereka berendam disana, pantas saja dia terserang flu.

Jordan lalu menatap Amandine yang tengah fokus, tiba tiba muncul perasaan tidak enak dalam hatinya.

Jordan lalu menghembuskan napasnya berat. Kepalanya terasa pusing lagi.

                                 Jordan habis diberantakin sama Teressa

                     Amandine yang nggak tau apa apa dan habis begadang merawat Jordan

                                             (Tersangka yang minta digebuk Mandy)

..............................................................................................................................

Yuhuuuuu....

Chapter ini panjang kaann ?

Gimana perasaannya habis baca chapter ini ?

Ada yang pengen nonjok ? gebuk ? maki maki ? jenggut ?

Ada yang mau nangis ngeliat nasib Amandine ?

Sampai ketemu besok ^^

Continue Reading

You'll Also Like

2.7M 151K 23
Dia mantan pacarku, Leo. Beberapa tahun tidak berkabar, membuatnya seolah - olah tidak pernah bertemu dengan diriku sebelumnya. Namun, satu persatu k...
82.5K 13.5K 47
A SERIES OF 'AMETHYST FLORIST'. 1st sequel 'HIM' 2nd sequel 'CONSEQUENCES' 3rd sequel 'CONQUERED' Do not copy my works. If you find any simila...
526K 28K 41
[COMPLETED] Highest Rank #1 -Luka Highest Rank #1 - Perpisahan Highest Rank #1 - Kehilangan Semenjak kejadian malam itu, kehidupan Rosaline berubah 1...
2.9M 101K 32
CERITA TELAH SELESAI BELUM ADA REVISI SAMA SEKALI SEMENJAK 2016 🙏🏼 COPYRIGHT © NOVEMBER 2016 by AESTINAES