My Love Lucifer (END)

By Muzillah

1.8M 104K 1.7K

Amandine Gillard, seorang putri dari Perdana Mentri Belgia sangat mencintai tunangannya Jordan De Vos seorang... More

Meet the character
Prolog
CHAPTER 1 | Interview with the Lucifer
CHAPTER 2 | Daily Life
CHAPTER 3 | Slut
CHAPTER 4 | Naughty Kids
Chapter 6 | He's Home
Chapter 7 | Family Dinner
Chapter 8| Wedding Dress
Chapter 9 | Uneasy
Chapter 10 | Waiting
Chapter 11 | The Proposal
Chapter 12 | Weird
Chapter 13 | Visit
Chapter 14 | Motivation
Chapter 15 | Just having Fun
Chapter 16 | Antagonis
Chapter 17 | I Hate
Chapter 18 | Who ?
Chapter 19 | What's wrong ?
Chapter 20 | Staying Up Late
Chapter 21 | Please Don't!
chapter 22 | Anger
Chapter 23 | Skeptical
Chapter 24 | Invitation
Chapter 25 | Wedding Day
Chapter 26| Our Journey Has Just Begun
Chapter 27 | Something Strange
Chapter 28 | That's Right
Chapter 29 | Sweet Night
Chapter 30 | Good Morning Lucifer
Chapter 31 | Irritate
Chapter 32 | Bastard From London
Chapter 33 | What if ?
chapter 34 | Devil Wishper
Chapter 35 | Jealousy
Chapter 36 | Date
Chapter 37 | Couple's Fight
Chapter 38 | Hungaria
Chapter 39 | Miss Me ?
Chapter 40 | I Miss You
Chapter 41 | None of Your Business
Chapter 42 | Shameless
Chapter 43 | What is That ?
Chapter 44 | Broken Heart
Chapter 45 | Always There
Chapter 46 | Relieved
Chapter 47 | Feel Guilty
Chapter 48 | Silent

Chapter 5 | Malmedy

28K 2K 8
By Muzillah


Malmedy, Belgium

Jordan melonggarkan dasinya, sudah hampir tiga jam Jordan bersama dua anggota kesayangannya Samuel dan Samir berada diruang rapat kantor pemerintahan walikota Malmedy. Bagaimanapun, pembukaan pabrik cokelat di Malmedy ini adalah sangat penting baginya.

Tampak diseberangnya walikota Malmedy, Arthur Janssens sedang berdiskusi dengan para staff nya mengenai penawaran terakhir yang diberikan De Vos Internationale Corporation.

"Bos, bagaimana jika mereka masih menolak bos ?" suara Samir terdengar sangat mengganggu ditelinga Jordan. Beraninya Samir meragukan keahlian Jordan dalam hal bujuk membujuk.

Jordan mengalihkan pandangannya kearah Samir dan memandangnya tidak suka "Jika kau meragukanku lagi, akan kupotong gajimu sampai tahun depan" ancam Jordan, yang diyakini Samir hanyalah sebatas gurauan.

"Jika kau melakukannya, maka Samir akan bekerja sampingan dirumah Bordil bos" ejek Samuel sambil menatap Samir dengan wajah penuh hinaan.

"ya, karena kau yang akan kujual disana Sam" Balas Samir tak kalah hina.

"Permisi, bisakah kalian berhenti saling menghina satu sama lain dan kita fokus dengan misi kali ini ?" Sindir Jordan dengan suara mendesis.

Samir dan Samuel langsung menutup mulut mereka rapat rapat, adalah hal yang sangat tidak baik jika Jordan telah kehilangan kesabarannya.

Arthur Janssens dan para staff nya terlihat duduk kembali dimeja mereka masing masing. Lalu menyampaikan hasil diskusi mereka.

"Umm, Mr. De Vos, setelah kami diskusikan. Penawaran terakhir yang anda berikan masih belum sesuai dengan yang dibutuhkan dan yang diinginkan oleh warga Malmedy. Kami rasa kita masih belum bisa mencapai kesepakatannya" Suara Arthur terdengar sedikit tidak enak karena masih belum bisa mencapai kesepakatan dengan Jordan.

Samir dan Samuel tampak terkejut, dan saling pandang. Namun tidak bagi Jordan.

Jordan kesal setengah mati mendengarnya, namun dia tetap harus menutupi emosinya. Jordan menarik napasnya dalam sebelum berbicara "Baiklah Mr. Janssens, jika memang kesepakatan yang kami tawarkan masih belum sesuai, saya sangat berharap anda dan staff masih memberikan kami kesempatan besok untuk memberikan rencana dan penawaran kembali. Tapi jika memang besok masih tidak tercapai kesepakatan, maka kami akan kembali ke Brussels."

Arthur dan para staffnya saling pandang, Nampak wajah Arthur mencoba mempertimbangan permintaan terakhir dari Jordan.

"Baiklah, saya akan memberikan anda kesempatan terakhir besok. Namun jika kesepakatan masih belum tercapai, dengan berat hati saya akan menolaknya Mr. De Vos" Arthur melepas kacamatanya dan memijat pangkal hidungnya sebentar lalu memakai kembali kacamatanya.

Jordan menangguk dan bangkit dari duduknya lalu mengulurkan tangannya kearah Arthur " Baiklah Sir, semoga kita bisa segera bekerja sama". Jordan lalu undur diri dari ruang rapat dan berjalan keluar diikuti oleh Samir dan Samuel.

Semua mata memandang kearah Jordan saat dia meninggalkan ruang rapat, Jordan memakai kacamata hitamnya lau memasukkan tangan kirinya kedalam saku celananya dan berjalan dengan gagah menuju lobby.

Saat akan memasuki mobilnya, seorang wanita dari arah berlawanan. Wanita berambut pirang, tersenyum dan mendekat kearah Jordan.

Jordan berhenti, kemudian membuka kacamatanya. "Dia putri Arthur Janssens bos" Bisik Samuel ditelinga Jordan.

"Hai, kau pasti Jordan De Vos yang terkenal itu" Ucap wanita itu saat ia tiba dihadapan Jordan.

"Ah, maafkan kelancanganku. Kau pasti putrinya Walikota Malmedy yang terkenal sangat cantik itu" Jordan mengulurkan tangannya kearah wanita itu.

"Aku Teresa" Ucap Teresa saat dia menyambut uluran tangan Jordan

"Jordan, dan sepertinya kau sudah tau namaku sebelumnya." Jordan mengedipkan satu matanya kearah Teresa yang disambut kekehan Teresa.

"Apakah ayahku menyusahkanmu ?" Teresa mencoba menggoda Jordan.

"Ah, aku takut kau mengadu pada Ayahmu Teresa" Jordan memandang sekilas kearah dalam Lobby.

"Well, jika kau butuh nasihat untuk membujuk ayahku. Aku bisa membantumu" kalimat Teresa seperti sebuah harapan yang muncul secara tiba tiba.

"Oh ya ampun, aku tidak percaya ini. Aku akan dibantu oleh anak dari musuhku" perkataan Jordan bukannya membuat Teresa sakit hati, malah dia merasa lucu dengan ekspresi Jordan.

"Hahaha, mungkin kita bisa membicarakannya sambil makan siang. Apa kau ada waktu ?" Teresa terdengar semangat saat mengajak Jordan.

"My God, harusnya aku yang menawarimu makan siang Teresa. Maafkan aku, mungkin kita naik mobilku saja. Nanti aku akan mengantarmu kembali" Tawar Jordan.

"Ah, baiklah kalau kau memaksa" Teresa tertawa senang. Jordan menuntun Teresa untuk masuk kedalam mobilnya, sementara itu Samir dan Samuel mengikuti mereka mengikuti mobil mereka dari belakang.

*

Teresa menyarankan Jordan untuk makan di Restaurant De Kristalijn,sebuah restaurant yang terletak dijantung kota Malmedy.

Dan kini mereka sedang berbincang sembari menunggu pesanan mereka datang, Samir dan Samuel juga berada disana, hanya saja dimeja yang terpisah.

"Awalnya aku tidak percaya saat mereka mengatakan Malmedy memiliki putri yang sangat cantik.Tapi ternyata itu benar" Jordan mulai melancarkan trik merayunya kepada Teresa.

"Yep, sama! Aku juga tidak percaya saat media mengatakan kau pria yang sangat hebat dalam merayu" Teresa menyelipkan rambutnya dibalik telinganya. Malu malu menatap Jordan.

Dasar Jordan, dia selalu senang ketika ada wanita yang seolah olah terjerat oleh pesonanya. Seperti putri Walikota Malmedy saat ini, terlihat sekali kalau dia seperti mencari cari perhatian Jordan. Jordan tidak peduli, selama itu menguntungkannya dia akan melakukannya.

Jordan mengusap ujung bibirnya dengan tisu, lalu menyandarkan tubuhnya dikursi mencari posisi ternyaman untuk berbincang.

Sementara itu, Teressa yang duduk dihadapannya buru-buru menyelesaikan makannya sambil tersenyum geli kearah Jordan.

"Sorry, harusnya aku makan lebih cepat lagi. Jadi kau tidak perlu menghabiskan waktumu disini" ucap teressa sambil membersihkan bibirnya.

Jordan menarik satu sudut bibirnya, ahh, ternyata kau orang yang sangat cerdas. Puji Jordan dalam hatinya.

"Tidak, kau tidak perlu melakukannya. Waktuku sangat banyak jika itu berkaitan dengan wanita cantik sepertimu" Suara Jordan terdengar santai.

Bagaimanapun, berbisnis haruslah pandai mengambil hati target. Harus pandai dalam permainan kata kata. Dan itu memang keahlian Jordan De Vos.

Teressa merasa senang, kepalanya diangguk anggukkan tanda setuju dengan pernyataan Jordan barusan. "So, aku harus mulai darimana ya ?" Tanya Teressa lagi.

"Tidak perlu terlalu terburu buru nona, mungkin kita bisa memulai dari hal hal kecil terlebih dahulu. Misalkan apa makanan yang kau sukai ?" Jordan melemparkan senyuman mautnya kearah Teressa.

Bibir Teressa merekah lebar, tidak tahan lagi dengan rayuan dari Jordan. Rumor itu memang benar, Jordan memang ahlinya merayu. Tapi entah kenapa dia suka dirayu oleh Jordan.

Teressa menegakkan punggung nya dan memasang wajah seriusnya kearah Jordan "sebenarnya aku malu mengakuinya, tapi untukmu aku akan menghilangkan rasa malu ku"

Jordan menaikkan satu alisnya, sementara dimeja seberang Samir dan Samuel yang berpura pura mengetik dilaptop mereka tengah menguping dengan hikmat sedari tadi.

"Ayahku sebenarnya adalah seorang Nepotisme. Kau paham maksudku kan ? jika kau menjadikan aku kepala pengawas untuk pabrikmu di Malmedy, ditambah bujukan dariku maka aku yakin dia akan memberikan izin untukmu" ucap Teressa sambil tersenyum.

Jordan yang telah selesai mendengarkannya tidak langsung menjawab. Pria itu kembali menyandarkan punggungnya sambil berpikir.

"Dan ? sebagai imbalannya kau menginginkan apa ?" tanya Jordan serius.

Teressa tertawa kecil, semakin menyukai kepribadian Jordan ini. Pria yang sangat cerdas.

"Kau tidak perlu takut, kau hanya perlu menggajiku seperti kau menggaji kepala pengawas yang lain"

Jordan mengerutkan dahinya. Tak mungkin wanita ini hanya meminta itu saja. "Dan ?" tanya Jordan lagi.

"Dan, kencan satu hari denganmu saat aku ke Brussel nanti" Jawab Teressa singkat.

Sontak Jordan terkekeh "Maafkan aku Nona, tapi aku sudah punya tunangan yang galak"

"Yep, aku tau. Aku juga tau kau suka membawa wanita wanita kerumahmu dimana ada tunanganmu disana" Jawab Teressa santai.

Jordan terdiam sejenak, "Aku tidak menyangka kau mengetahui banyak tentangku"

Teressa mengangguk senang "Dan aku rasa kencan satu hari tidak akan membuatmu bertengkar dengan tunanganmu kan ?"

Jordan tersenyum lebar "Aku akan mempertimbangkan nya dan akan mengabarimu tiga jam dari sekarang. Bagaimana ?" tanya Jordan sambil melirik arloji ditangan kirinya.

Teressa mengangguk setuju lalu mengambil tasnya bersiap untuk kembali "Aku rasa kita sudah memakai terlalu banyak waktumu. Mungkin kau ingin segera kembali ke hotelmu"

Jordan mengangguk setuju, pria itu lalu berdiri dan mengulurkan tangannya kearah Teressa. Memberikan isyarat untuk menggandengan wanita itu.

"Aku akan mengantarmu kembali kekantor walikota tadi" usul Jordan.


ini penampakan kota Malmedy ya. Kota ini emang beneran ada di Belgia.

Eyooo....

Udah lama nggak update cerita yang ini. Lagi WFH gini, rasanya pengen nyelesain cerita ini. Semoga bisa selesai dalam waktu dekat ya.

please tinggalkan komen kalian, paling nggak biar aku tau cerita ini layak dilanjutkan atau enggak.

Stay safe, stay at home.

- 21 April 2020-

Continue Reading

You'll Also Like

19.1M 1.3M 80
𝐒𝐔𝐃𝐀𝐇 𝐓𝐄𝐑𝐁𝐈𝐓 PART LENGKAP!!! 🚫𝐊𝐀𝐋𝐀𝐔 𝐌𝐀𝐔 𝐇𝐄𝐁𝐀𝐓, 𝐉𝐀𝐍𝐆𝐀𝐍 𝐉𝐀𝐃𝐈 𝐏𝐋𝐀𝐆𝐈𝐀𝐓🚫 AWAS BAPER!! Kolaborasi humoris dan ro...
10.6M 185K 51
WARNING 21+ Nira memiliki sebuah rahasia masa lalu yang selalu ditutup dengan rapat. Hingga tiba-tiba hadir seseorang yang secara ajaib mengetahui s...
4.4M 385K 44
Grizelle Ivana Adhitama, Perempuan yang sedari kecil tinggal di panti asuhan, ia bercerai karena mantan suaminya ketahuan selingkuh dan membohongi di...
ANGKASA [END] By ~L

Teen Fiction

1.6M 139K 32
Namanya Angkasa. Sifat dingin seolah tak ingin tersentuh oleh siapapun selalu mendominasi dirinya hingga membuat Amira ingin menjauh seketika. Namun...