WHAT IF? (mark + koeun)

By day202

45.6K 5.5K 2.1K

What if? Bagaimana jika? Apabila Markoeun itu nyata adanya, mungkinkah hal-hal kecil disekitar mereka menjadi... More

Love At First Sight
Rainy Girl
Toy
Dance Dance Dance
Walk You Home
Sorry
Be Happy, I'm Sorry
Sweet Little Secret
Baby Step
Couple Things
Library
Runaway
Classmate
Baby Don't Like It
Nanya Dong
A Pair Of Eyes
The First Chatting Session
Try Again
Friendzone
Some
Hairstyle
Is It The End?
Paper Plane
You'll Be Okay
Memory Of The Wind
Unspeakable Word
Little Peck
3 a.m
She Is Gone
Late Night Cafe
A Hug
Make Her Smile
Retrouvailles
Admirer
Sunday Morning
It's Fine
Waiting
I'll Be There
Distance
Words
Her House
Unfaithful
Dream Stage
Espresso
Rendezvous
Science
Give Up
Rainy Morning
Balcony
Beautiful Goodbye
Missing You
Angel
Another
Amnesia
Stand By Me
Candy Shop
F.W.B
First Love
Insecure
Listen To This Song
New York
Moonlight
Reverie
Comfort Zone
Feeling
Something Forgotten
Two Hearts
Secretary
Christmas Gift
Pit A Pat
Festival
Announcement
Distance
Secret
Sophie
Double Date
New Start
Way To Get You
Watermelon Lipbalm
!!! Mau Promosi !!!
Time Machine
Gotta Be You
Drivers License
Straight To You
Happy
Rumit

Love The Way You Lie

436 55 18
By day202

(!!!) Warning, cerita ini memuat adegan abusive dan toxic relationship. Beberapa suasananya mungkin sedikit disturbing untuk beberapa orang. Jika tidak berniat membaca silahkan skip part ini untuk kebaikan bersama. Aku tidak berniat mentrigger siapapun disini (!!!)









































Even angels have they're wicked schemes

"Bisakah kita hentikan semua ini? Apa kita tak bisa berhenti sampai disini saja? Aku lelah."

Ketika kata-kata itu berakhir menjadi sebentuk angan yang ingin Koeun sampaikan. Tapi sayang, ia tak bisa melakukan itu. Rasa sakit yang ia dapatkan tak setimpal dengan rasa cintanya yang besar. Bahkan Yuqi selalu datang padanya dan memakinya karena kebodohan perempuan itu sendiri.

"Apa lagi hari ini?"

Koeun tahu sahabatnya itu lelah menasehatinya. Perempuan itu juga tahu betapa Yuqi ingin sekali melihatnya bebas dan jauh dari hubungan beracun itu.

"Tidak ada. Aku hanya ingin bertemu denganmu saja."

Yuqi tahu Koeun berbohong. Jelas terlihat dari matanya yang sedikit membengkak. Pasti habis menangis lagi.

"Jangan berbohong padaku Eun, aku tahu kau tidak baik-baik saja."

Memang benar. Koeun saat itu tidak baik-baik saja. Bukan hanya matanya yang bengkak tanda selesai menangis, tapi juga kedua pipinya yang sedikit lebam kebiruan. Belum lagi mengering luka bekas robekan di sudut bibirnya.

Perempuan didepannya ini terlihat menyedihkan.

"Kau memang satu-satunya orang yang tahu keadaanku."

Koeun terkekeh lalu menyesap teh melati hangat yang ia pesan sambil sedikit mengernyit. Menahan sakit ketika cairan sedikit panas itu mengenai bekas lukanya.

Yuqi menghela napasnya kecil lalu menarik satu kursi kayu tepat dihadapan sahabatnya dan mendudukan diri disana. Menatap kasihan sekaligus sedih perempuan itu. "Eun, bisakah kau hentikan semuanya? Lama-lama badanmu sendiri yang tidak akan mampu menerima perlakuannya. Kau tak kasihan dengan dirimu?"

Koeun tersenyum lemah. Melihat ke dalam mata sahabatnya untuk kembali memberitahu jawaban yang ia inginkan. "Aku sudah berusaha, tapi tetap tidak bisa. Kau tahu aku dan kebodohanku dengan baik, Yuqi!"

"Kalau memang kau tak bisa menghentikan itu untuk dirimu, hentikanlah itu untukku." Rasanya sefrustasi ini untuk bisa membuat Koeun paham jika hubungan yang sekarang ia jalani sudah tidak sehat. "Demiku kau mau kan?"

Tawa sarkastik Koeun lantas keluar dari celah bibir tipisnya. Entah mentertawakan permintaan aneh Yuqi atau mentertawakan kebodohannya sendiri. "Aku saja gagal melakukannya untuk diriku sendiri, lalu bagaimana mungkin aku bisa berhasil hanya demi dirimu?"

Koeun benar. Melepaskan belenggu orang itu darinya sudah hampir mustahil. Mark terlalu mengikat perempuan itu. Sampai pada tahap dimana Koeun lebih memilih menghancurkan tubuhnya daripada harus kehilangan laki-laki itu.

"Tapi lihat apa yang dia lakukan padamu Eun!" Ingin rasanya Yuqi berteriak. Memaki perempuan dihadapannya ini agar kembali ke pikiran warasnya. "Pipimu, lihatlah! Dia pasti menamparmu lagi kan? Berapa kali lagi kau harus menerima tamparan darinya untuk bisa membuatmu sadar dan mengerti jika kau juga butuh dihargai?"

"Ah ini....!" Koeun menggerakan tangannya lalu menyentuh salah satu pipinya yang lebam. Yuqi tidak salah ketika mengatakan jika Mark memang menamparnya. Hampir tiap malam ketika laki-laki itu kehilangan kendali atas dirinya, maka perempuan itu yang akan jadi sasaran. "Kau benar. Kemarin malam dia menamparku lagi. Tapi kau tak perlu khawatir, ini sudah biasa untukku."

"Sudah biasa katamu? Ini sudah masuk ke kategori tidak wajar Eun." Yuqi bahkan harus mengacak rambutnya saking tidak mengerti dengan jalan pikiran Koeun. "Jangan membenarkan perlakuannya yang salah hanya karena kau dibutakan oleh cinta, demi Tuhan!"

"Kau tahu aku tak bisa meninggalkannya disaat seperti ini." Perempuan itu menunduk meremas ujung roknya. Berusaha menahan agar air matanya tak berurai begitu saja. "Aku tak bisa melihatnya gila sendiri. Dia butuh seseorang untuk menenangkannya."

"Terserah kau saja Eun, terserah kau!" Yuqi sedikit menggebrak meja di depan mereka. Dia kesal bukan main dengan kepala batu sahabatnya. Sampai sekarang ia tak mengerti, dimana letak bagusnya Mark hingga Koeun berusaha mati-matian menjaga hubungan mereka? Padahal di luar sana banyak laki-laki menarik dan baik hati yang setia menunggunya untuk membuka hati dan pikirannya kembali. "Aku sebenarnya tak ingin membantumu lagi jika kau ada masalah saking keras kepalanya dirimu itu. Tapi aku tak bisa berbalik begitu saja dan ikut meninggalkanmu sendirian. Aku sayang padamu, Eun. Kau bukan hanya sebatas sahabat untukku. Tapi juga seorang saudara perempuan."

Koeun tahu jika dia akan tetap bisa mengandalkan Yuqi saat dirinya butuh tempat bersandar. Saat dirinya butuh bahu untuk menangis. Dan saat dirinya butuh omelan panjang lebar hanya untuk mengingatkan bahwa dirinya masih waras.

***

Memang ada yang tak beres begitu Koeun melangkah masuk ke dalam apartemennya. Dimana ka tinggal berdua bersama kekasihnya, Mark. Pecahan keramik piring dan gelas-gelas kaca berserakan disepanjang dapur hingga ruang tamu.

Nampaknya Mark lepas kendali lagi.

"Mark? Kau dimana?" Perlahan ia melangkah. Menghindarkan kakinya dari serpihan tajam disepanjang jalan. Dia tak mau kakinya terluka karena kecerobohannya. "Mark....?"

Suara menggeram lalu terdengar jelas dari arah kamar mandi di dalam kamar mereka. Dengan perasaan sedikit ragu, perempuan itu berjalan menuju sumber suara. Mengetuk pelan pintu kamar mandi yang tertutup.

Belum lagi perempuan itu dapat memanggil nama kekasihnya, pontu terbuka dan memperlihatkan wajah memerah menahan amarah milik Mark. Rambutnya berantakan dan basah. Pun pakaian yang ia gunakan. Kuyup.

"Kemana saja kau hah? Kau pergi menemui selingkuhanmu pasti." Suara Mark teedengar dalam dan dingin. Melukai hati Koeun. Tapi dia sudah terbiasa. Hatinya sudah penuh bekas luka gores karena perkataan dan perbuatan Mark. Jadi dia hanya membiarkan satu ini lolos lagi. Perempuan itu berusaha terlihat tenang. Menarik tubuh basah Mark kedalam pelukannya dan berusaha membuatnya merasa lebih baik. "JANGAN SENTUH AKU, SIALAN!"

Koeun tahu jika setelah itu tubuhnya pasti akan terhempas ke lantai. Kali ini hempasa Mark cukup kuat. Membuat punggungnya tidak sengaja lantas menabrak kaki ranjang yang terbuat dari kayu. Perempuan itu sedikit meringis. Tapi ia kembali berusaha berdiri. Mendekati Mark.

"Aku tidak selingkuh Mark, aku tidak menemui orang lain selain dirimu." Tertatih, perempuan itu berjalan kembali kearah laki-lakinya. "Kau tahu aku sangat mencintaimu kan?"

"BOHONG! KAU BERBOHONG PADAKU! DASAR PEREMPUAN TAK TAU DIRI!"

Koeun ingin berteriak ketika ia merasakan kesakitan di puncak kepalanya. Akar-akar rambutnya serasa ingin melepaskan diri karena tarikan kuat dari Mark. Tangannya secara otomatis menggenggam tangan Mark yang mencengkram rambutnya.

"Mark sakit, tolong lepaskan!"

Menangis, Koeun ingin lakukan itu. Tapi air matanya seolah kering di depan laki-laki yang ia cintai ini. Banyaknya luka, kesakitan dan penderitaan ini seolah tak ada apa-apanya dibanding rasa cinta yang ia miliki.

Cinta itu buta. Koeun menyadarinya. Karena dia sendiri saat ini memang sedang terbutakan. Dia bisa menjadi linglung dan bodoh begitu dihadapkan pada Mark. Dia bisa tiba-tiba jadi tak tahu mana yang benar dan mana yang salah.

"SAKIT KAU BILANG? MANA LEBIH SAKIT DARI HATIKU EUN?!" Laki-laki itu makin mencengkaram rambut Koeun. Menyeretnya seolah ia bangkai binatang menuju ruang tamu. Lalu ia hempaskan tubuh ringkih itu diatas sofa dengan kepala yang tak sengaja membentur meja. Koeun tahu, sudut kepalanya mengelurkan darah lagi. "SEMUA ORANG MENINGGALKANKU. SEMUA ORANG PERGI DARIKU. MELIHATKU BAGAI SAMPAH TAK BERHARGA. KAU JUGA KAN? KAU JUGA PASTI MENGANGGAPKU SAMPAH YANG TIDAK LAYAK HIDUP?"

"Tidak, aku tak pernah menganggapmu sebagai sampah Mark. Tidak mungkin aku menganggapmu seperti itu." Tubuh Korun rasanya sakit semua. Dia setengah berbaring diatas sofa itu dengan rambut yang benar-benar berantakan serta wajah yang penuh lebam dan luka. Sedikit meringis ketika melihat tangan kanan Mark dengan helaian rambutnya yang terlepas. "Berapa kali ku katakan aku mencintaimu? Aku benar-benar tak ingin pergi darimu. Aku juga tak mau kau pergi dari hidupku. Percayalah Mark!"

"AKU TIDAK PERCAYA. TIDAK ADA ORANG DI DUNIA INI YANG BISA AKU PERCAYAI." Teriakan demi teriakan seolah makan sehari-hari untuk telinganya. Ia sangat biasa menghadapi ini. Apalagi teriakan Mark akan berakhir dengan dua tamparan keras di masing-masing kedua pipinya. "SEMUA ORANG MUNAFIK!"

Tamparan lagi. Dan Koeun bersumpah ia bisa merasakan rasa asin dalam mulutnya. Nampaknya, pipi dalamnya berdarah lagi.

"Aku tidak munafik Mark." Sekuat-kuatnya perempuan itu, ia pasti akan tetap menangis. Tapi sebisa mungkin Koeun menahan lelehan air matanya. Dia tak mau Mark melihatnya menangis dan bersedih. Dia harus selalu terlihat bahagia dan senang dengan laki-laki ini. "Aku sungguh-sungguh mencintaimu tanla syarat Mark. Aku akan selalu ada di sisimu. Meskipun kau bilang dunia menolakmu, tapi masih ada aku. Aku bisa jadi duniamu. Hidupmu. Kebahagiaanmu. Apapun yang kau mau. Ada aku Mark. Aku disini!"

Laki-laki di depannya jatuh terduduk. Bersimpuh dan lantas menangis kencang seperti seorang bayi. Malam ini, Mark cukup bisa mengontrol emosinya meskipun Koeun tetap mendapatkan pukulan di beberapa titik. Setidaknya dia tidak menyiksa perempuan iti hingga berjam-jam.

Koeun lantas bangkit dari posisinya. Memeluk tubuh laki-laki itu erat. Mereka berdua kini praktis terduduk diatas permadani tebal di ruang tamu. Di bawah sofa. Dengan Mark yang tak hentinya menangis. Dan Koeun, yang kini tak bisa lagi menahan ledakan air matanya.

Malam itu, mereka berakhir dengan berpelukan dan menangis berdua.

Seperti malam-malam sebelumnya yang sudah-sudah.

***

Mark tak pernah berhenti merasa bersalad disetiap paginya. Ketika mendapati perempuan yang ia cintai tertidur di sebelahnya sambil mendekap tubuhnya erat.

Pagi ini, mereka terbangun dengan saling berpelukan erat di ruang tamu. Dia ingat apa yang telah ia lakukan malam tadi. Mark menyesal tapi tak bisa berbuat banyak.

Tangannya berusaha mengangkat dagu Koeun yang saat itu merebahkan kepala diatas dadanya. Dengan perlahan karena ia takut membangunkan perempuan itu.

Tapi Koeun sangat peka dengan gerakan dalam tidurnya. Perempuan itu membuka matanya dan langsung menyapa Mark dengan satu senyum menenangkan.

Demi apapun, Mark merasa tak pantas mendapatkan perempuan sesempurna Koeun dalam hidupnya.

"Kau baru bangun Mark?"

Suara perempuan itu bahkan terdengar serak dan tidak jelas. Satu sisi pipinya terlihat membesar dan bengkak. Ada noda luka mengering di ujung dahinya. Dan tangan kanan Mark penuh dengan renggutan helai rambut perempuan itu.

Lagi-lagi Mark menangis menatap Koeunnya. Ia lantas terbangun dari posisi tidurnya dan menarik perempuan yang ia cintai kedalam dekapannya. "Maafkan aku Eun, aku melukaimu lagi. Aku membuatmu kesakitan lagi."

Tapi Koeun hanya akan membalas pelukannya dan menenangkannya. "Shhh, jangan menangis Mark. Aku baik-baik saja. Kau tak melaukaiku. Tenang saja!"

Mark pernah berpikir untuk merelakan perempuan itu. Membiarkannya pergi dan menjauh dari kekacauan seperti dirinya. Tapi dia juga harus jujur mengatakan bahwa ia tak sanggup. Laki-laki itu tak bisa jika tanpa Koeunnya.

"Kau terluka Eun, lihatlah wajahmu!" Mark menarik wajah Koeun mendekat kearahnya. Menekan beberapa titik luka diwajahnya. Dan perempuan itu lantas meringis kecil. "Sakit sekali. Ini karena diriku."

"Bukan karenamu, percayalah! Itu bukan kau yang menyakitiku. Aku percaya Markku adalah orang yang sopan, baik dan sangat lembut."

Mark benar-benar tak hentinya berucap syukur mendapatkan perempuan ini. Dia benar-benar orang paling beruntung di dunia yang bisa jatuh cinta dan dicintai oleh Koeunnya.

Laki-laki itu, masih dengan air mata yang menggenang lantas mendekatkan wajah mereka. Mengecup pelan bibir perempuan itu. Menyalurkan permintaan maafnya yang mendalam. Karena ia dengan bodohnya harus lepas kendali lagi dan melampiaskannya ke orang yang ia cintai.

"Terimakasih, terimakasih karena kau selalu ada untukku. Aku tak pernah bisa membalas semua perbuatan baikmu itu. Aku sebenarnya sangat merasa berdosa dengan ini semua."

"Aku yang harusnya berterimakasih Mark. Karena kau masih bertahan disini. Kau masih berjuang untuk tetap hidup."

Begitulah.

Ketika Mark yang sering kali harus kehilangan kendali atas emosinya akibat depresi berat yang ia alami bertemu dengan Koeun. Perempuan berhati baja dengan kemampuan pengendalian hati yang besar.

Koeun pernah berjanji dan bertekad untuk tak meninggalkan Mark meskipun laki-laki itu kadang kembali berubah menjadi monster menyeramkan untuknya. Dia tahu suatu saat nanti, laki-laki itu pasti berubah.

Mereka hanya perlu bersabar menghadapi semuanya.

Karena Koeun tahu, Mark tak akan pernah sembuh ketika dia kembali merasakan perpisahan. Dia tak akan mungkin meninggalkan laki-laki itu. Dia tak mau Mark akhirnya menyerah pada hidup dan penyakitnya.

Koeun mau Mark tetap hidup.

Semua mahluk hidup berhak untuk hidup dan bahagia kan?

























































Halo, aku bawa topik yang cukup berat untuk bagian kali ini
Aku harap tidak ada yang ke-trigger dengan ceritaku ini
Ingat, ini hanya fiksi belaka
Aku pengen aja gitu ngangkat tema yang nggak biasa untuk bukuku ini
Jadi mungkin kedepannya, expect aja aku nulis dengan tema-tema seruoa atau malah lebih ekstrim dan aneh
Hehehe

Continue Reading

You'll Also Like

30.2K 1.4K 14
MENGANDUNG 18+❗⚠️❗⚠️❗ sorry kalo ada typo yaw🤗
103K 8.6K 66
DREAM : KOSSAN KHUSUS PRIA! Kossan Dream terdiri dari rumah 1 lantai dengan di isi oleh 7 pria. mereka adalah : 1. Mark Adelard. 2. Haechan Arcelio...
1.6M 124K 57
Ini tentang Jevano William. anak dari seorang wanita karier cantik bernama Tiffany William yang bekerja sebagai sekretaris pribadi Jeffrey Alexander...
170K 776 3
21+ Kisah Anna dengan gairahnya. INI LAPAK DEWASA!!!