WHAT IF? (mark + koeun)

By day202

45.6K 5.5K 2.1K

What if? Bagaimana jika? Apabila Markoeun itu nyata adanya, mungkinkah hal-hal kecil disekitar mereka menjadi... More

Love At First Sight
Rainy Girl
Toy
Dance Dance Dance
Walk You Home
Sorry
Be Happy, I'm Sorry
Sweet Little Secret
Baby Step
Couple Things
Library
Runaway
Classmate
Baby Don't Like It
Nanya Dong
A Pair Of Eyes
The First Chatting Session
Try Again
Friendzone
Some
Hairstyle
Is It The End?
Paper Plane
You'll Be Okay
Memory Of The Wind
Unspeakable Word
Little Peck
3 a.m
She Is Gone
Late Night Cafe
A Hug
Make Her Smile
Retrouvailles
Admirer
Sunday Morning
It's Fine
Waiting
I'll Be There
Distance
Words
Her House
Unfaithful
Dream Stage
Espresso
Rendezvous
Give Up
Rainy Morning
Balcony
Beautiful Goodbye
Missing You
Angel
Another
Amnesia
Stand By Me
Candy Shop
F.W.B
Love The Way You Lie
First Love
Insecure
Listen To This Song
New York
Moonlight
Reverie
Comfort Zone
Feeling
Something Forgotten
Two Hearts
Secretary
Christmas Gift
Pit A Pat
Festival
Announcement
Distance
Secret
Sophie
Double Date
New Start
Way To Get You
Watermelon Lipbalm
!!! Mau Promosi !!!
Time Machine
Gotta Be You
Drivers License
Straight To You
Happy
Rumit

Science

331 57 17
By day202

Some science for love

Mark itu bukanlah tipikal siswa yabg rajin belajar. Tidak juga terlalu pintar. Dan seperti siswa lain pada umumnya, ia juga tak menyukai mata pelajaran berbau sains. Apalagi yang mengharuskannya menghapal dan berhitung sekaligus.

Tidak, terimakasih. Lebih baik ia pergi ke atas tebing lalu melakukan bungee jumping super ekstrim daripada harus memecahkan satu permasalahan yang memintanya mencari kapan si A dan si B berpapasan di jalan apabila A berangkat dengan kecepatan sekian dan B berangkat dengan kecepatan berbeda.

Untuk apa?

Tapi kali ini Mark tak bisa menolak untuk belajar mata pelajaran yang sebisa mungkin ia hindari itu. Karena Koeun sendiri yang mengajaknya belajar bersama.

Oke, katakan dia buta. Tapi iya, dia memang terbutakan oleh pesona gadis itu. Sahabatnya sejak kecil yang berbeda 180 derajat darinya.

Koeun selain cantik, ia pintar. Pintar yang kata Jaemin hampir jenius mengingat gadis itu kerap kali mewakili sekolah dalam kompetisi-kompetisi berbau sains.

Sayang sekali memang, hampir 3 tahun ia bersekolah dengan gadis itu tak sekalipun mereka pernah berada di kelas yang sama. Mark dan Koeun ibarat beda kasta.

Gadis itu tinggi tak terjangkau olehnya. Jadi kelas Koeun pastilah selalu kelas terbaik yang anggotanya para bintang sekolah yang sangat pintar. Lalu kelasnya? Satu sekolah juga tahu kelas Mark sudah seperti kelas buangan yang isinya siswa-siswa bandel dan benar-benar lambat.

Tapi ia tak pernah mengeluh. Ia menyayangi kelasnya lengkap dengan seluruh isinya yang memang kadang-kadang tidak pernah bisa diatur. Beberapa guru bahkan menyerah mengajari mereka.

Tapi kita hentikan dulu pembicaraan tentang dua kelas beda kasta ini. Kita kembali pada dua orang yang saat ini sedang duduk berhadapan di ruang tamu. Buku-buku tebal, catatan dan kertas berserakan disana. Seorang gadis lengkap dengan kacamata bacanya sedang sibuk mencorat-coret sesuatu dengan serius. Nampaknya ia sedang berusaha mencari pemecahan masalah dari satu soal yang ia tenukan di buku tebal didepannya. Sedangkan dihadapannya, anak laki-laki itu hanya diam sambil memainkan pensilnya bosan. Tetapi matanya tak henti juga melirik dan memperhatikan pergerakan gadis itu.

"Kau tak bosan belajar terus Eun?"

Gadis itu sedikit mendongak. Mengernyit melihat sahabatnya yang benar-benar terlihat tidak lagi tertarik dengan materi di depan mereka. Ia menghela nafas sekali lalu meletakkan pulpennya dan melepas kacamatanya. "Kenapa? Kau sudah bosan?"

Mark terkekeh. "Melihat buku ini saja membuatku alergi, apalagi jika kau suruh aku membacanya. Bisa-bisa aku terkapar di rumah sakit berikutnya."

"Mark, kau kapan mau berubah sih?" Perlahan Koeun mulai membereskan kertas-kertas dihadapannya. Jika ia belajar bersama dengan Mark, ia pastibakan berhenti tiap kali anak laki-laki itu bosan. Lalu mereka akan berakhir dengan bercanda dan bercerita sepanjang malam. "Ujian akhir sudah dekat. Kau harus mulai mengejar ketertinggalanmu itu jika mau lukus dengan nilai memuaskan dan mudah untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi."

"Eun, kau tahu kan aku tidak suka belajar? Setelah inipun aku tak ada niat untuk melanjutkan sekolah. Lebih baik aku fokus pada kegiatan bermusikku saja."

Mark memang menggawangi satu grup band yang beranggotakan dirinya dan sahabat-sahabatnya. Band mereka cukup terkenal. Beberapa kali pernah diundang ke acar-acara off-air maupun on-air dan event-event sekolah atau kampus. Fanspun tidak bisa dikatakan sedikit. Intinya band milik Mark sukses.

"Pendidikan tinggi itu penting tahu. Jangan pernah sepelekan pendidikan."

"Kau mencari pendidikan setinggi itu memangnya untuk apa? Untuk mencari pekerjaan kan? Mencari uang?" Mark mengidikkan bahunya. Ia kadang suka malas mendengar ceramah panjang lebar dari Koeun tebtangnya yang tak juga berubah. "Ya kalau begitu tak masalah untukku. Toh aku bisa mendapatkan uang dengan menyanyi."

Oke. Koeun menyerah. Mark degan mindset seperti ini memang sangat sulit untuk dilawan. Dia keras kepala.

"Terserahmu saja."

Berikutnya Koeun kembali mengambil buku yang sudah ia bereskan. Sebaiknya ia mengalihkan rasa kesalnya dengan belajar. Daripada ia harus menyimpan kedongkolah hatinya hanya karena laku-laki dihadapannya ini.

Mark tertawa jahil. Ia senang bisa membuat Koeun menyerah dan merasa sebal seperti ini. Wajah gadis itu berkali-lipat menggemaskannya jika ia mencebikkan bibirnya.

"Marah?"

"Tidak."

"Bohong."

"Serius."

"Aku tak percaya."

"Terserah kau saja."

Laki-laki itu lagi tertawa kecil. Koeun benar-benar menggemaskan. Ia menjulurkan tangannya lalu mengacak gemas puncak kepala gadis itu. "Kalau kau marah begini jadi terlihat menggemaskan tahu?"

"Hentikan Mark! Kalau kau memang tak niat belajar, paling tidak jangan ganggu aku."

Koeun makin sebal. Ia menatap Mark dengan tatapan tajamnya. Tapi laki-laki itu terlampau biasa menghadapi Koeun yang seperti ini. Sebentar lagi juga gadis itu akan kembali biasa padanya.

"Oke aku minta maaf." Kekehan geli masih keluar leluasa dari bibirnya. Ia membiarkan Koeun kembali berkutat dengan buku-buku tebal dihadapannya. Memperhatikan gadis itu yang berkonsentrasi dengan segala hitungan di otaknya sampai ketika Mark menyadari sesuatu. Ia sempat bertanya pada Jeno, salah satu anggota bandnya yang memang cukup pintar. Ia meminta saran pada laki-laki itu tentang bagaimana caranya meluluhkan hati seorang gadis yang pintar dan hobi belajar. "Eun, aku mau bertanya boleh?"

"Kalau bertanya yang aneh-aneh aku tak akan mau jawab."

"Kali ini serius. Aku sempat menanyakan hal ini pada Jeno tapi ia tak bisa menjawabnya." Dibawah meja, Mark sudah mengeluarkan ponselnya dan membuka notes yang berisi bahannya untuk meluluhkan hati Koeun. "Ini tentang beberapa mata pelajaran yang membuatku berpikir di kelas tiap kali guru kita menjelaskannya."

Koeun mulai tertarik dengan perkataan Mark. Pasalnya, laki-laki itu benar-benar tumben terdengar seserius ini saat bertanya sesuatu masalah pelajaran.

"Apa? Mata pelajaran apa?"

"Fisika. Kau ingat kan bagaimana pak Byun menjelaskan tentag hukum newton? Aku yakin kelasmu sudah melewati materi ini jauh sebelum kelasku." Koeun mengangguk. Ia benar-benar tertarik kini dengan pertanyaan Mark. Kira-kira apa yang seorang Mark akan tanyakan padanya tentang salah satu mata pelajaran yang membuatnya suka mual-mual tersebut. "Ingat bagiamana bunyi hukum newton 3 tidak?"

"Hukum aksi-reaksi? Tentu saja." Gadis itu menyukai fisika. Semua yang berbau sains dan pergitungan adalah makanannya sehari-hari. Jadi pertanyaan Mark sangat mudah baginya. "Gaya aksi dan reaksi dari dua benda memiliki besar yang sama dengan arah yang terbalik dan segaris."

"Benar. Tapi aku masih tak paham dengan maksudnya. Bisa kau jelaskan padaku lebih jelas lagi tentang itu?"

Gadis itu tersenyum cukup cerah. Ada kemajuan dalam diri Mark yang membuatnya bisa menjadi penasaran dengan sesuatu yang tak pernah Koeun bayangkan akan menjadi salah satu topik pembicaraan mereka.

"Itu begini maksudnya, apabila ada suatu benda A dengan gaya x newton memberikan gaya pada suatu benda B, maka benda B akan membalas gaya benda A juga sama besarnya dengan x newton. Tetapi arah mereka berlawanan. Jika A memberikan gaya dari arah kiri ke kanan, maka B akan meresponnya dengan menberikan gaya dari arah kanan ke kiri. Paham?"

Laki-laki itu mengerutkan keningnya. Oke, sejujurnya penjelasan Koeun membuat otaknya berpikir keras. Ia tidak bisa membayangkan apa itu benda A, benda B dan x newton. Tapi ia kembali sekilas mencontek notesnya pada ponsel. Mengucapkan sesuatu yang sudah ia siapkan bersana Jeno untuk meluluhkan hati Koeun.

"Jadi jika misalkan aku menyukaimu dengan rasa suka yang sangat besar, maka kau akan membalas rasa sukaku sama besarnya begitu? Lalu karena rasa suka kita itu, perlahan kita saling mendekat sampai akhirnya kita menjadi sepasang kekasih, iya?"

Mark bisa melihat semburat merah tipis muncul diwajah Koeun. Membuatnya menjadi makin cantik dengan pipi yang memancarkan semburat kemerahan samar.

"Mark, aku serius. Jangan bercanda."

"Aku juga serius Eun. Aku tak bisa membayangkan dengan sesuatu benda A dan B. Lebih mudah bagiku untuk mengerti jika diibaratkan tentang kita."

Semburat merah itu makin kentara. Mark jadi tambah bersemangat untuk melancarkan rencananya. "Apa sih? Memangnya jika kau menyukaiku maka aku akan menyukaimu balik begitu? Lagipula kau kan tak menyukaiku?"

"Siapa bilang?"

Koeun menggigit bibir dalamnya gugup. Mark kadang bisa jadi semenyebalkan ini. Serius!

"Ah, kalau seperti ini aku tak mau lagi menjawab pertanyaanmu."

"Eh, aku masih punya beberapa pertanyaan untukmu. Apa kau rela membiarkanku bodoh terus seperti ini?"

Mark selalu bisa membuatnya menyerah dan menelan kembali perkataannya.

"Apa lagi yang mau kau tanyakan?"

Laki-laki itu tersenyum. Kembali ia mencontek kearah ponselnya dibawah meja. Membaca sebaris kalimat lagi yang sudah ia ketikkan sebelumnya. "Sekarang tentang biologi. Kau tahu tidak apa itu dopamine?"

"Dopamine? Hormon kan?"

"Hormon apa?"

"Dopamine itu hormon yang dihasilkan oleh hipotalamus dan mampu menyebabkan rasa senang pada mahluk hidup."

"Rasa senang ya? Kalau begitu kau sama saja dengan dopamine dong, Eun?"

Gadis itu lagi-lagi mengernyit. Merasa jika perumpamaan yang diucapkan Mark agak tidak masuk akal. "Kenapa aku?"

"Karena setiap melihatmu aku selalu merasa bahagia."

Sialan. Pipi Koeun makin memanas. Mark yang seperti ini bahaya untuknya dan kesehatan jantungnya.

"Ku katakan untuk jangan aneh-aneh lagi Mark. Apa maumu sebenarnya?" Gadis itu menunduk. Berusaha menyembunyikan pipinya yang sepertinya mulai merah padam. Dan ia yakin, kedua telinganya juga sedang tak bisa diajak bekerja sama saat ini karena mereka juga pasti mulai memerah. "Perumpamaanmu makin tidak jelas, tahu!"

"Aku berbicara fakta Eun, nyatanya aku memang selalu bahagia saat bersamamu."

Mark benar-benar perayu ulung. Koeun tidak tahu harus merasa kesal atau senang dengan perkataan sahabatnya ini.

"Aku serius kali ini tak akan lagi menjawab pertanyaanmu." Koeun lagi-lagi berusaha keras untuk mengalihkan perhatiannya kearah soal yang tak juga selesai ia kerjakan karena distraksi dari orang didepannya ini.

"Tapi sekarang aku mau bertanya tentang pelajaran yang sangat kau sukai. Ini tentang matematika Eun." Laki-laki itu kembali berusaha merayu Koeun agar tetap bermain dengan permainnya. Ini semakin menarik. "Ayolah, soal ini benar-benar sulit. Jeno saja tak bisa menyelesaikannya."

"Kau pasti bohong lagi."

"Serius. Kali ini aku benar-benar bertanya padamu."

Koeun mengehela nafas untuk kesekian kalinya hari ini. "Apa?"

"Bisa kau bantu aku untuk membuat grafik dari fungsi y dikurangi akar mutlak x kuadrat kemudian ditambah x kuadrat sama dengan satu?"

"Dimana kau dapat fungsi seperti ini?"

"Iseng saja aku berpikir seperti itu."

Harusnya Koeun sadar perkataan Mark. Tak mungkin laki-laki itu iseng saja sampai bisa membuat fungsi yang cukup rumit seperti ini. Tapi nampaknya gadis itu lebih tertarik dengan soal yang diberkan Mark ketimbang memikirkan keisengan sahabatnya yang terdengar tak masuk akal itu. "Beri aku waktu untuk membuatnya."

Tidak butuh waktu lama bagi Koeun untuk menyelesaikan permasalahan itu. Tapi setelah ia berhasil menggambar grafik fungsi yang diminta Mark, ia mengernyit. "Kenapa Eun, sudah gambarnya?"

"Ini memang gambarnya seperti ini atau aku yang salah?"

Mark ikut memperhatikan gambar yang dibuat Koeun. Ia tersenyum. Ternyata Jeno benar. Gambar grafik fungsi itu hasil akhirnya pasti akan membentuk sebuah gambar hati.

(Yang penasaran, ini gambar grafiknya)

"Sepertinya memang begini."

"Kau yakin Mark?"

"Yakin." Laki-laki itu tersenyum. "Karena sebenarnya memang ini yang ingin aku perlihatkan padamu."

"Maksudmu?"

Laki-laki itu kembali tersenyum dengan gaya sok misteriusnya. "Satu soal terakhir untuk menjelaskan semuanya."

"Lagi?"

Mark mengangguk. "Terakhir tentang kimia. Kau punya tabel periodik unsur kan Eun?"

Gadis itu mengambil tasnya lalu mulai mencari benda yang diminta oleh Mark dan mengeluarkannya. "Punya. Memangnya ini ada hubungannya dengan unsur?"

"Sekarang bantu aku mencari unsur kimia dengan nomer atom 53, 71, 23 dan 92."

Koeun, masih dengan kening berkerut tetap mengikuti permintaan Mark. Mencari satu persatu unsur kimia dalam tabel periodik unsur tersebut yang memiliki nomer atom seperti apa yanh dikatakan Mark. "53 itu Iodine, lalu 71 itu Lutetium, 23 Vanadium dan 92 Uranium. Lalu bagaimana?"

"Setelah itu cari simbolnya."

"Simbolnya ya?" Koeun kembali memperhatikan unsur-unsur kimia tersebut untuk kemudian mencari simbolnya masing-masing. "Iodine simbolnya I, Lutetium simbolnya Lu, Vanadium simbolnya V dan Uranium simbolnya U."

"Tuliskan simbol itu di kertas secara berurut."

Tanpa protes, gadis itu tetap mengikutinya. Bagaimanapun, ia sangat penasaran dengan apa yang Mark coba lakukan padanya.

Namun akhirnya ia terkejut setelah mengurutan semua simbol itu diatas kertas. Keningnya makin berkerut dan semburat merah di pipinya makin jelas. "Mark ini maksudnya apa?"

"Yang kau urut itu bacaannya apa?"

"I Lu V U?"

"I love you too, Eun." Sialan. Harusnya Koeun tahu ini. "Mulai sekarang kita pacaran saja bagaiamana? Bosan jika harus berteman terus."

Setelah hari ini Koeun akan terus mengingatkan dirinya agar tidak lagi mencoba belajar bersama Mark.

MARK LEE SIALAN!



















Typonya banyak males ngecek wkwk
Maafkan
Ide ini muncul begitu saja
Maaf juga kalo ada penjelasan yang salah
Aku sudah cukup banyak buka blog buat riset sebelum nulis ini sih wkwk
Tapi semoga kalian terhibur ya

Continue Reading

You'll Also Like

127K 587 8
Area dewasa..
TAKDIR (CH2) By à

Short Story

15.8K 2.1K 16
"kenapa ya dari sekian banyak ketidak mungkinan di dunia ini, kita salah satu-nya?" _____________________________________ "Takdir kita sebatas kakak...
87.6K 251 10
Cerita Istri majikan yang kepincut pegaiwainya.