About YOU

By sindiaasari

3.7K 1.7K 1.8K

Pertemuan yang terjadi antara aku dan kamu, ku anggap bukan sekadar kebetulan. Aku tak menyesalinya, sungguh... More

Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44
Chapter 45
Extra Chapter

Chapter 18

39 15 8
By sindiaasari

Meja makan di rumah Ara pagi ini terlihat begitu ramai karena kedatangan 2 tamu tak diundang yang sudah berada disana sejak kemarin.

Males pulang, kalo disini kan apa-apa enak, semuanya udah disiapin sama bunda. Gue berasa jadi anak kandung tau Ra disini tuh dan elo yang jadi anak tiri. Begitulah jawaban Febby ketika disuruh pulang oleh Ara.

"Loh Cla-nya mana kok belum turun?" Tanya bunda yang baru saja selesai membuatkan susu untuk para gadis-gadisnya.

"Alah bun baru semedi tadi."

"Huft, kayak nggak tau Cla aja sih bun. Pasti dia lagi di depan cermin buat--"

"Heh! Ngomongin gue ya lo berdua. Berdengung nih kuping gue." Serobot Clarissa yang baru saja turun dan mendengar namanya disebut-sebut oleh Ara dan Febby.

"Siapa juga yang ngomongin elo? Penting amat."

"Yee orang gue denger sendiri kok. Eh pagi bundanya Cla yang cantik!"

Lihat bukan tingkah mereka ini. Katanya sih sahabatan tapi tiap hari ada saja yang dibuat ribut. Pasti apa-apa musti adu mulut dulu.

"Pagi sayang, udah sekarang Cla duduk terus sarapan. Kalian ini ya dikurangin dong berantemnya. Masa tiap hari berantem mulu?"

Ketiganya pun patuh dan segera menyelesaikan sarapannya. Tak lama kemudian ayah pun ikut turun dengan setelan kemeja kerjanya yang terlihat rapi.

"Pagi ayah!" Ucap ketiganya kompak.

Ayah tersenyum, "Pagi putri-putri ayah yang cantik." Kemudian mereka semua pun sarapan bersama.

"Assalamualaikum. Pagi om, bunda." Ucap seseorang yang kini telah berdiri di samping meja makan.

"Waalaikumsalam." Mereka yang berada di meja makan itu pun bersamaan menoleh ke asal suara. Disana terlihat Farel yang sudah rapi dengan seragam putih abu-abunya juga ditambah sebuah tas hitam yang hanya digendongnya sebelah.

"Ngapain lo?"

Farel mengernyit, "lah seharusnya gue yang nanya. Ngapain lo berdua disini?"

Febby mendengkus tak suka ketika mendengar jawaban yang dilontarkan oleh Farel. "Ya suka-suka kita lah. Kita kan sering disini, lah elo?"

Yah, Febby memang suka jutek kalo sama Farel. Apa-apa ngegas. Eh tapi nggak cuma sama Farel sih sebenernya. Siapa saja yang kenal cewek itu pasti sangat tahu tabiatnya. Oh iya Febby bisa nggak jutek kalo lagi sama cogan, dan menurut Febby aroma cogan yang ada pada diri Farel itu kurang. Yah begitulah, Febby emang rada sinting.

"Huss udah, kebiasaan deh kalian ini. Ayo Farel ikut sarapan." Ucap bunda sembari menggiring Farel untuk duduk.

"Makasih bun, tapi tadi Farel udah sarapan di rumah. Kesini niatnya mau jemput Ara."

Uhuk!

"Ngapain jemput gue? Gue bisa kali berangkat sendiri."

"Ini itu masih bentuk tang--"

"Oh! Iya oke gue bareng lo." Potong Ara cepat ketika Farel baru saja akan membahas tentang tanggung jawab. Pasalnya sampai saat ini, ayahnya masih belum tahu tentang kecelakaan itu. Masa iya baru kenal, ayahnya langsung mengecap Farel sebagai anak yang tidak baik.

"Heh kalo lo bareng Farel terus gue gimana uun!"

"Ah elah, Febby kan bawa mobil! Susah amat."

Ara pun melihat ke arah Farel yang tersenyum manis ke arahnya. Ia pun memelototkan matanya ke arah Farel.

"Oh iya yah, ini Farel temennya Ara."

Farel tersenyum sembari menganggukan kepalanya untuk menyapa ayah. "Farel om."

Ayah membalasnya juga dengan senyum. "Wah temen cowok kamu tambah ya, Ra."

"Maksudnya yah?"

"Ya kan dari dulu temen kamu cuma Revan sama Radit doang."

"Ihh ayah, ngambek nih." Ucap Ara cemberut.

"Najis amat lo sok imut." Ucap Clarissa.

"Cla," ucap bunda sembari menggelengkan kepalanya tanda tidak setuju dengan kata-kata yang keluar dari mulut Clarissa.

"Hehe peace bunda." Ucapnya diikuti dengan mengangkat jari tengah dan telunjuknya.

Berbeda dengan Farel yang tersenyum gemas melihat ekspresi Ara. Lucu.

"Ara udah selesai." Ucapnya lalu berdiri dan mengode Farel untuk mengikutinya. Disaliminya tangan bunda dan ayah bergantian. "Berangkat dulu yah, bun. Assalamualaikum. Cla, Feb duluan!"

"Waalaikumsalam."

Seperginya Ara dan Farel dari ruangan itu, kemudian sosok kepala keluarga di rumah itu pun buru-buru membrondong pertanyaan kepada ketiga perempuan yang berada disana. "Ayah belum percaya ya kalo Farel itu temennya Ara doang. Nggak mungkin juga langsung manggil bunda, bunda juga. Ayah nggak di rumah cuma 5 hari dan sebelum ayah pergi nggak ada tuh yang namanya Farel-Farel itu. Kok bunda nggak cerita sama ayah? Kalian berdua juga nggak cerita sama ayah kalo Ara punya temen cowok."

Febby dan Clarissa saling pandang. Mencoba berpikir sebentar sebelum benar-benar menceritakan kejadian sebenarnya. Tetapi mereka takut salah jika bercerita. Melihat reaksi Ara yang tiba-tiba memotong ucapan Farel tadi. Dan keduanya pun menarik kesimpulan kalau sepertinya Ara menyembunyikan kejadian tempo hari pada ayah.

"Febby? Cla?" Ulang ayah mencoba menuntut penjelasan.

"Ah... itu yah anu... emm lo aja ah Cla yang ngomong." Ucap Febby dengan menyenggol-nyenggol Clarissa yang berada di sampingnya.

"Lah kok gue sih? Enggak ah lo aja. Kan elo yang tau semuanya."

Febby memaki Clarissa di dalam hatinya. Berani-beraninya dia mengumpankan dirinya pada ayah. Kalau dalam mode gini nih Febby jadi takut sama ayah. Hingga akhirnya ia mencoba menghela napas. "Ja-di Farel itu anak baru yah di sekolah kita dan kita juga sekelas." Ucap Febby menggantung.

Disana ayah masih melihat lurus ke arah Febby untuk menunggu kelanjutannya. "Terus kok bisa dia sampai kesini buat jemput Ara? Sedekat itu mereka?"

"Ehm... sebenernya di hari per--"

"Eh udah setengah tujuh lebih ini. Kalian buruan berangkat gih nanti terlambat loh." Ucap bunda berusaha menyelamatkan Febby juga Clarissa dari interogasi suaminya itu.

Clarissa kemudian melirik ke arloji yang melingkar di pergelangan tangan kirinya, dan ternyata benar. "Eh iya udah jam segini."

Di sampinya Febby menghela napas lega. Untung bunda mengingatkannya, kalau tidak bukan hanya terlambat ke sekolah saja dia tetapi juga mendapat amukan maut dari Ara nantinya. "Eh yaudah yah, bun kita berangkat dulu ya. Assalamualaikum!"

Mereka berdua pun buru-buru berlari ke luar. Untung selamat!

                           ***

Selama di perjalanan ke sekolah Ara terus saja menggerutu dan memaki-maki Farel yang masih berani menjemputnya. Apalagi tadi hapir saja Farel membeberkan fakta yang disembunyikan Ara pada ayahnya.

"Besok lagi nggak usah jemput! Males banget tau berngkat sama lo!" Ucap Ara sedikit keras karena takut Farel tak mendengarnya seperti tadi saat ia mengomel.

Farel tersenyum samar mendengar omelan Ara yang sedari depan rumahnya sampai saat ini ketika berada di perempatan lampu merah dekat sekolah.

Plak!

"Lo dengerin gue nggak sih Rel!" Ucap Ara seraya menabok bagian belakang helm yang digunakan Farel.

"Mbak itu kasian pacarnya, masa sama pacar begitu." Suara itu sampai di telinga Ara 3 detik setelah ia menabok helm Farel tadi. Kemudian ia mengarahkan pandangannya ke sumber suara. Dan disana ada seorang bapak-bapak supir angkot yang berada tepat di sampingnya.

Ara melotot. Pacar? What the hell? "Maaf pak dia bukan pacar saya." Balas Ara dengan mencoba tersenyum karena bapak itu terus memperhatikannya dengan tersenyum.

"Haha lagi ngambek pak pacar saya makannya galak." Ucap Farel yang kini juga menghadap bapak supir angkot.

Plak!

"Ngawur aja kalo ngomong!"

Si Bapak supir angkot dan Farel pun tertawa melihat aksi Ara yang ke dua kalinya itu.

Tepat setelah itu kemudian lampu yang tadinya berwarnya merah itupun berubah menjadi hijau.

Tin!

Klakson Farel pada si bapak untuk menghormatinya. Kemudian ia kembali melajukan vespanya menuju gerbang sekolah yang kini sudah tinggal beberapa meter di depannya.

Setelah sampai di parkiran Ara buru-buru turun dan melepas helmnya. Menyodorkannya pada Farel yang sebenarnya juga tengah sibuk melepas helm miliknya sendiri.

"Ra!"

"Astagfirullah." Ara pun membalikkan badanya. "Manggilnya biasa aja bisa nggak sih! Jantungan gue!"

Febby menatap datar ke arah Ara. "Enak banget ya lo kabur gitu aja. Nggak tau apa gue udah mau mati diinterogasi sama ayah! Itu juga temen lo satu masa nggak mau bantuin gue ngomong!"

Mata Ara sukses terbuka. "Eh iya! Tapi lo nggak cerita kan sama ayah? Feb please jangan bilang sama gue kalo lo udah cerita! Mati gue!"

Febby dan Clarissa memutar bola matanya malas saat mendengar ucapan Ara yang kelewat panik.

"Lo sebenernya kenapa sih nggak cerita sama ayah tentang kejadian itu?"

"Ih lo kok ngalihin pembicaraan sih Cla! Jawab dulu pertanyaan gue! Lo berdua nggak cerita kan?"

Febby dan Clarissa untuk kedua kalinya memutar bola matanya dengan malas diikuti dengkusan kasar. "Enggak!" Ucap mereka kompak, kemudian buru-buru berjalan mendahului Ara karena sebal.

"Ehh kok gue ditinggal?! Heh kalian bilang apa sama ayah kalo gitu!?" Ara pun buru-buru berlari menyusul keduanya.

Ara berusaha memendam kekepoannya tadi karena tidak mau para siswa lain mendengar apa yang dibicrakannya nanti.

Mereka bertiga akhirnya berjalan beriringan melewati lapangan juga koridor-koridor untuk ke kelasnya. Diikuti Farel di belakang mereka seolah seperti penjaga bagi ketiganya.

# # #

Haloooo

Hehehe gapapa ya updatenya malam, kan yang penting nggak nyeleweng dari jadwal😉

Rasanya makin kesini kok makin absurd ya?

Jujur sebenernya aku masih stuck di satu chapter, soalnya aku bingung aja gitu. Udah nulis, hapus lagi bahkan beberapa minggu kemarin nggak aku sentuh saking bingungnya :(

Semoga suka❤

Continue Reading

You'll Also Like

15.5M 875K 28
- Devinisi jagain jodoh sendiri - "Gue kira jagain bocil biasa, eh ternyata jagain jodoh sendiri. Ternyata gini rasanya jagain jodoh sendiri, seru ju...
13.2M 1M 74
Dijodohkan dengan Most Wanted yang notabenenya ketua geng motor disekolah? - Jadilah pembaca yang bijak. Hargai karya penulis dengan Follow semua sos...
6.2M 481K 57
Menceritakan tentang gadis SMA yang dijodohkan dengan CEO muda, dia adalah Queenza Xiarra Narvadez dan Erlan Davilan Lergan. Bagaimana jadinya jika...
9.7M 183K 41
[15+] Making Dirty Scandal Vanesa seorang aktris berbakat yang tengah mencapai puncak kejayaannya tiba-tiba diterpa berita tentang skandalnya yang f...